Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Titik Perubahan Seiring Sirnanya Bayangan Garis Keras

7 Februari 2023   20:33 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:07 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita akan bingung sendiri, jika pendukung Anies menyalahkan sesamanya pendukung. Ia laksana "jeruk makan jeruk." Yang anti Anies menyalahkan kandidat atau koalisi lain. Ini  soal dukung mendukung sehingga semuanya harus dicurigai.

Maka kondisi tersebut membuat kita untuk memutar haluan. Sebaiknya tidak ada lagi buzzeRp, entah dari istana, dari Anies,  Prabowo, dan Ganjar. Karena jika para buzzer masih "gentayangan," maka apa bedanya dengan FPI dan HTI? Semuanya berpotensi menjadi sumber "teror" dalam kehidupan.

Semuanya akan mengundang perpecahan persatuan dan kesatuan bangsa. 

Kita sudah lelah dengan konflik antaranak bangsa. Tempo hari, FPI dan HTI disamakan PKI. Mengapa?

Ketiganya sama-sama organisasi atau kelompok terlarang dan bakal menyulut api permusuhan dan kekerasan. Persamaan ketiga kelompok tersebut mungkin berlebihan menurut pandangan orang. Tetapi, begitulah kenyataannya. Jika mereka dibiarkan, kehidupan bangsa ini terasa tidak adem dan curiga mencurigai sampai di ubun-ubun.

Bagaimana jika ditawari dengan pandangan dan sikap moderat? 

Konon, Anies katanya sosok moderat? Terus, mengapa Anies memanfaatkan FPI dan HTI (boleh jadi saling memanfaatkan)?

Bayangkan, saat kelompok garis keras melihat sesuatu dengan serba "kacamata hitam," maka semua penyelenggara negara dinilainya sebagai penjelmaan kaum munkar. Mereka malahan menganggap dirinya sebagai kelompok paling "benar" ketimbang golongan lain. Yang pro FPI dan HTI siapa? Yang menolak siapa? Ayo angkat tangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun