Kita akan bingung sendiri, jika pendukung Anies menyalahkan sesamanya pendukung. Ia laksana "jeruk makan jeruk." Yang anti Anies menyalahkan kandidat atau koalisi lain. Ini  soal dukung mendukung sehingga semuanya harus dicurigai.
Maka kondisi tersebut membuat kita untuk memutar haluan. Sebaiknya tidak ada lagi buzzeRp, entah dari istana, dari Anies, Â Prabowo, dan Ganjar. Karena jika para buzzer masih "gentayangan," maka apa bedanya dengan FPI dan HTI? Semuanya berpotensi menjadi sumber "teror" dalam kehidupan.
Semuanya akan mengundang perpecahan persatuan dan kesatuan bangsa.Â
Kita sudah lelah dengan konflik antaranak bangsa. Tempo hari, FPI dan HTI disamakan PKI. Mengapa?
Ketiganya sama-sama organisasi atau kelompok terlarang dan bakal menyulut api permusuhan dan kekerasan. Persamaan ketiga kelompok tersebut mungkin berlebihan menurut pandangan orang. Tetapi, begitulah kenyataannya. Jika mereka dibiarkan, kehidupan bangsa ini terasa tidak adem dan curiga mencurigai sampai di ubun-ubun.
Bagaimana jika ditawari dengan pandangan dan sikap moderat?Â
Konon, Anies katanya sosok moderat? Terus, mengapa Anies memanfaatkan FPI dan HTI (boleh jadi saling memanfaatkan)?
Bayangkan, saat kelompok garis keras melihat sesuatu dengan serba "kacamata hitam," maka semua penyelenggara negara dinilainya sebagai penjelmaan kaum munkar. Mereka malahan menganggap dirinya sebagai kelompok paling "benar" ketimbang golongan lain. Yang pro FPI dan HTI siapa? Yang menolak siapa? Ayo angkat tangan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H