Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Titik Perubahan Seiring Sirnanya Bayangan Garis Keras

7 Februari 2023   20:33 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:07 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anies Baswedan dalam suatu acara (Sumber gambar: detik.com)

Para fans Anies yang riang jangan cepat "besar kepala" dulu, karena permainan baru dimulai.

Di balik semuanya itu, sebagian publik melihat Anies mampu memainkan sentuhan atas kelompok minoritas tidak lebih dari kerap labelisasi "nir kemajemukan" pada dirinya. Anies terlanjur basah, dimana dia masih kuat dengan oposisi sebagai red alert bagi pemerintahan Jokowi. Sementara, Prabowo dan Ganjar merupakan green light menuju Pilpres 2024.

Kenyataannya, Anies sama sekali tidak pernah mendapat "endors" dari Jokowi. Kecuali Ganjar dan Prabowo sudah mendulang kode keras dari Jokowi. Sudah bukan rahasia publik jika keduanya tetap terus "melenggang" di atas panggung.

Penampilan Anies dan Nasdem di atas panggung menunjukkan pada kita, betapa permainan "lucu" dan "bersetubuh" di luar Koalisi Perubahan terjadi saat berkomunikasi dengan partai Golkar, misalnya. Nasdem memang bermain "dua kaki" dalam dan pinggiran lingkaran kuasa negara. Kaki yang satu masih kepincut menjadi dua menteri di kabinet. Kaki yang lain, dimana Anies tetap maju terus sebagai capres hingga dirinya tidak lagi berada dalam oposisi "jadi-jadian" bagi pemerintahan.

Yang jelas, Anies tidak ingin menjadi "kancil pilek" dalam kontestasi Pilpres 2024. 

Ingin bubar jalan koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS akan menjadi cerita lain bagi Anies. Terbukanya peluang Anies untuk meminang cawapres lain di luar koalisi tidak menutup kemungkinan baginya.

Bagaimana dengan diungkit-ungkitnya (jika publik atau warganet masih waswas) jalinan ideologis dari FPI dan HTI atas Anies? Adalah hak Anies, tim pendukung, dan relawan untuk bungkam dan membantah adanya kelompok eks FPI dan HTI mendeklarasi dukungan Anies Baswedan Presiden 2024 seperti terjadi di masa yang telah berlalu. Akhirnya, isu itu dinyatakan oleh politisi di luar koalisi sebagai deklarasi palsu. Menurutnya, deklarasi itu dirancang untuk menjatuhkan Anies.

Tetapi, ibarat menyelam sambil minum air tertuju pada pernyataan politisi Nasdem. Zulfan Lindan masih menyimpan kebimbangan yang beralasan. "Jadi begini, buat Anies kalau dia jadi presiden, FPI dan HTI ini simalakama." Pertarungan politik di masa yang telah berlalu membuat ingatan publik bangkit dari lamunan kosong. Betapa tidak, peran FPI dan HTI tidak bisa dipungkiri untuk "menggolkan" Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta, 2017. Politisi Nasdem nampaknya bukan basa-basi. Ingat simalakama jika Anies menjadi RI 1!

Gaya "orgastik" dari politisi Nasdem tersebut tidak sendirian. Konteks kekinian politik sebagai ruang penyaluran "libido" politik akibat endapan yang menggumpal di balik peristiwa politik sebelumnya. 

Saat ini dan setiap saat akan "meledak keluar" apa-apa yang terpendam di masa lalu melalui kampanye politik untuk memengaruhi pemilih alias demi pemenangan kandidat.

Siapa tahu, semakin diejek dan dicela Anies semakin menaruh dukungan tidak disangka-sangka dari publik. Hujatan bisa jadi kekuatan bagi Anies. Tidak jauh berbeda dengan Jokowi, semakin dinyinyir dan diserang semakin tenang dan "mempesona" dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun