Suasana forum kegiatan akhirnya lepas dan segar. Mendengar Presiden Jokowi ikut batuk tersebut mengundang lucu dari para kader PBB yang hadir di kegiatan tersebut. Keriangan juga ditampilkan oleh Ketua Umum PBB yang duduk di barisan depan pun turut tertawa dengan gaya jenaka Presiden.
Batuk dan badan kurus yang digarisbawahi dalam kegiatan tersebut melalui pernyataan Yusri Ihza Mahendra dan ditanggapi dengan gaya Presiden Jokowi menambah bersuka ria para hadirin. Seandainya keceriaan berupa guyonan politik menghiasi di setiap panggung politik, maka bisa jadi percekcokan atau sengkarut negeri kita akan menjauh.
Tidak berlebihan, istilah "batuk" muncul di kegiatan tersebut murni tanpa mengurangi substansi dan kekhidmatan.Â
Ibarat menu masakan, Presiden Jokowi dan Yusri Ihza Mahendra mampu mengelola suasana batin publik dengan adonan masakan yang lezat dan gurih.
Rasanya sesuai selera politik. Resep masakan Rakornas dan MDP adalah khas. Resepnya bernama "batuk." Ia semacam "politik batuk," yang nikmat.
Selera seaduk dengan dengan seni politik. Seleranya mengundang, seninya bung!
Usai penggunaan istilah batuk, mungkin pula akan lahir istilah-istilah lain yang membuat elite politik dan para kader parpol lebih syahdu berpolitik demi bangsa dan negara. Habis "batuk," terbitlah istilah lain!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H