Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Ketidakhadiran Lelucon adalah Cermin dari Hebohnya Kehadiran Malapetaka

21 Desember 2022   22:05 Diperbarui: 17 Januari 2024   11:11 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hakim yudisial MA, Edy Wibowo terduga menerima suap (Sumber gambar: kompas.com)

Bersama akumulasi yang hilang pada titik yang sama menyusul distribusi yang tidak membajak kedalaman yang kosong: kesadaran, melainkan meningkatkan jumlah lubang dan noktah dibalik model malapetaka. Modelnya tidak lagi menjadi fenomena alamiah dan rantai penghancuran alam di balik alam murni. Ia tidak menarik dari setiap penjelasan. 

Kita juga memperbanyak lintasan yang melekuk, melengkung atau berkerut, memperluas atau menyebar titik pori-pori di sekitar jantung yang telah diberi cincin dan jaringan sel tercabut dari asalnya. Sesuatu yang terjadi mesin ingatan telah meradang tidak mampu menerima rekaman terlalu banyak peristiwa karena seperti lapizan ozon yang telah bocor atau berlubang. 

Macam-macam penampakan di tepi jurang malapetaka, seperti perubahan iklim dan dampak turunan diantaranya terancamnya biodiversitas bumi.

Anak-anak kita, keluarga kita, dan saudara dari spesies aparat yang menghuni planet ini tidak mengartikan apapun tentang peristiwa masa lalu yang bisa saja terulang, dalam kondisi yang berbeda. Perkembangbiakan citra melalui medium jalan pintas atau "pelicin" yang nyata memparah penyakit "kanker" korupsi yang ganas menjajal kemungkinan adanya kenikmatan dari wujud agung yang tidak agung (hakim agung). 

Kenikmatan yang mereka pilih adalah kenikmatan semu. Suatu kenikmatan yang lebih dekat pada tepi jurang malapetaka.

Dalam kasus korupsi, para tersangka dari aparat negara sesungguhnya mengubah perkembangbiakan sel-sel kehidupan menjadi 'ritual kematian moral'. Ia terurai pergerakannya dari 'biogenetik' ke 'biomesin' yang meledakkan dirinya melalui tanda kehidupan hukum yang kacau. 

Agar ia hidup harus melebihi dirinya sendiri, sehingga institusi hukum menampilkan bukti-bukti yang kuat. 

Tidak khayal, tubuh yang dikontrol oleh kuasa legal tidak membutuhkan lagi anti bodi karena tubuh yang dikontrol itu sendiri tidak memiliki kekebalan saat para tersangka korupsi sedang dalam proses hukum. Modus korupsi menjadi peristiwa yang bisa terulang lagi.

Kenikmatan suap memang tidak lebih dari kenikmatan semu. 

Suap atau prilaku koruptif lainnya akan lenyap tatkala nafsu yang mendorong untuk korupsi juga ikut keok. 

Nafsu untuk korupsi melampaui 'akhir dari simulasi kejahatan'. Lingkaran nafsu gelap dianggap sebagai sumber peristiwa malapetaka. Nafsu gelap mirip "lubang hitam" dalam jagat raya. Keduanya akan berada dalam titik balik, dimana tumpukan malapetaka tidak akan menarik diri dari kisah berlainan sebagai pengulangan peristiwa kelam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun