Di belahan dunia Selatan, teror atau kekerasan nyata dan imajiner mampu menciptakan serangan begitu menantang.Â
Kekerasan seakan-akan jualan laris dari kelompok garis keras.
Rangkaian peristiwa-peristiwa kelam menyediakan bom waktu serupa bom bunuh diri, yang getarannya tidak bisa menjangkau titik wilayah penularan tele-virus global yang mematikan. Ironi tentang mesin abstrak yang "tidak berbentuk" dan "tidak bertempat," yang menetralisir penderitaan dan kesenangan.Â
Sebelum korban berjatuhan dan saling menghancurkan yang tidak terelakkan, maka kawan-kawan menahan ngakak dulu.
Â
Kita ingin bilang apa? Sementara, aura kebahagiaan akan berakhir ketika permintaan atas obyek-obyek yang dikonsumsi secara berlimpahruah melalui fantasi kosong. Banyak kisah mendukung fakta di balik fantasi kosong.Â
Misalnya, seorang ibu merasa kesal karena belanja online dengan barang-barang yang tidak dibutuhkan. Fantasi kosong silih-berganti mendompleng dengan kesenangan atau kepincut belanja online di tengah ancaman resesi global.
Secara otomatis, orang-orang tidak menyentuh dunia jika bukan sebagai pemenuhan kesenangan yang instan.Â
Saat ini, sesuatu yang ditinggalkan oleh tatanan global yang keropos melalui bunuh diri, dalam perhitungan kadaluwarsa, dari akhir zaman.
Suatu titik tolak ketika menjadi titik balik yang tertunda akibat tercium "bangkai" malapetaka. Orang yang mengubur dirinya dengan padang pasir nyata melalui kecerdasan artifisial sebagai ruang bermain tanpa batas yang menyenangkan.Â
Khayalan, mimpi, musik, dan buku virtual di sekitar kita dikaburkan dengan aliran modal uang, yang keuntungannya diraup melalui rekayasa malapetaka kosmik. Ia muncul tanpa simulasi.
Sementara itu, dibalik mesin perang tanpa jenaka menciptakan hasrat atau kesenangan untuk membunuh rasa sepi. Seperti seseorang menemui kematiannya melalui kantong hampa udara.
Di situlah, horor tanpa rasa takut dan gentar. Horor sebagaimana gejala dalam kisah nyata yang dibuat kisah lebih nyata dalam sinema.