Tatapan atas ruang lelucon tidak mampu kita ucapkan dengan kata-kata. Kecuali, apa-apa yang terdengar sumbang dari suara asing yang tidak diketahui darimana datangnya.
***
Saat orang-orang ditimpa malapetaka, tidak ada satu pun orang yang mampu melihatnya dengan cara menghilang secara sempurna. Tidak disangkal, begitulah jenis parodi tentang "tidur dogmatisnya Kant" dan "tidur antropologisnya Foucault" lebih dingin dari monster paling dingin. Tidak ada pilihan lain, kecuali mekanisme yang bisa meloloskan dari keadaan.Â
Bukan keadaan takut, tetapi nyaris setiap hari terdapat hal-hal yang aneh.
Teringat akan tidurnya wakil rakyat saat persidangan berlangsung di parlemen, Senayan. Apakah hal tersebut merupakan lelucon yang tidak lucu?
Kita belum tahu persis tentang lelucon di balik enyahnya malapetaka lantaran forum pertemuan global baru saja dihelat. Masa kita adalah masa dimana generasi terakhir dikejutkan dengan malapetaka. Ia merupakan masa yang meminjamkan sedikit takdir kelahiran.
Untuk tidak pernah kecut terhadap keadaan bahaya yang akut, maka seseorang tidak akan pernah kembali dan lenyap seketika. Seperti, feisyen yang tidak lenyap, tetapi sekejap mati. Ia silih berganti, muncul dan lenyap.
Kita tidak melawan kematian, malah menentang kehidupan. Tetapi, kita hanya memiliki musuh besar, yaitu kelahiran. Betul! Kelahiran basa-basi.Â
Permainan besar tidak datang dari teknik efek layar keseharian, tetapi bom waktu untuk memainkan malapetaka bom, ya bom bunuh diri. Tetapi, bom waktu itulah menampilkan peristiwa malapetaka.Â
Setiap teror atau kekerasan lainnya bukan untuk dipikirkan atau masuk akal saat kehilangan makna  dalam setiap waktu.
Saya tidak mengatakan ada sesuatu yang salah dan benar di sini. Tentang peristiwa, dimana kita tidak takut pada saat waktu menerima bom untuk meledak setiap saat.Â