Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mereka adalah Guruku

25 November 2022   08:05 Diperbarui: 25 November 2022   08:05 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, duka cita guru ditunjukkan dengan berbagai tuntutan kompetensi setelah terpenuhi sertifikasi. Guru masih tetap dibebankan aturan dan tuntutan baru apalagi di era digital seperti sekarang. Belum lagi kita membicarakan mengenai kondisi guru honorer yang terseok-seok demi menjalankan tugas kemanusiaan begitu berat tantangannya. Termasuk para guru yang bertugas di pelosok dengan fasilitas serba terbatas.

Kita tidak bisa menutup mata, bahwa penampakan sosok pendidik agung dari guru-guru kita dan hasil yang fantastik ditorehkannya, muncul dari rangkaian proses perjalanan panjang dalam kehidupan. Sang guru memiliki keterkaitan dengan guru-guru sebelumnya yang berperan sebagai pemikir yang ulet, tulus, dan berdedikasi tinggi. Guru melintasi sejarah ide dan sistem pemikiran. Logika dan pemikiran mereka rumuskan penuh kesederhanaan seperti itu pula kehidupannya.

***

Hal lain yang berhubungan dengan sosok guru dengan corak pemikiran dan pergolakan akan kebenaran, antara kenampakan dan kelenyapan realitas. 

Dalam dunia ide atau dalam filsafat nalar, mungkin ada sosok yang jauh jarak waktunya, seperti sosok Rene Descartes dengan premisnya yang masyhur, Cogito Ergo Sum (Aku Berpikir, maka Aku Ada). Guru sejati adalah guru yang memikirkan pikirannya, dimana pikiran menurut Descrates tidak lebih dari suatu ‘benda berpikir yang bersifat mental’ (res cogitans). Sebagaimana dalam pengetahuan umum kita, tubuh bersifat fisik atau material seperti gaji, sertifikasi, gedung sekolah, dan ruang kelas merupakan ‘keluasan’ (res extensa), akhirnya menjadi tantangan bagi guru.

Spinoza juga mampu bekerja sebagai guru pribadi pada beberapa keluarga kesohor dan dari sinilah Spinoza bersentuhan dengan pemikiran politik Belanda dengan rumusan pemikiran awal, yaitu natura naturans (alam, realitas yang menciptakan/melahirkan) yang dipandang sebagai asal usul, sebagai sumber pancaran, sebagai daya pencipta yang asali.

Sebagai dirinya sendiri, alam adalah natura naturata (alam, realitas yang dicipta/dilahirkan), yaitu sesuatu dan nama untuk alam tetapi dipandang menurut perkembangannya, yaitu pemikiran dan kehidupan nampak di antara guru sebagai pendidik hebat.

Dinamika kehidupan yang dihadapi guru-guru hebat menghubungkan dirinya dengan dunia lain, sekalipun terpaut masanya. Dalam jarak yang jauh dari tuntunan sekarang masih ada energi menjadi proses pembelajaran guru-guru sesudahnya menyangkut pemikiran dan kehidupan.

Satu sosok yang begitu berpengaruh dalam pembentukan wilayah tidak dikenal sebelumnya dan berbahaya telah dijelajahi oleh Nietzsche. Dialah sosok guru besar yang mendidik kita dalam pasang surutnya pemikiran dan kehidupan anak zaman.

Teks narasi kemorosotan moral bangsa dan manusia modern yang sakit. Nietzsche mengumandangkan suara perih dalam The Genealogy of Morals. Apa itu moral? Apakah moral sekadar rangkaian rumusan kegunaan dari penilaian-penilaian dalam kehidupan? Dari mana sakit dapat disembuhkan setelah akhir dari moral?

Kita tidak perlu membicarakan lagi mengenai hasil yang diberikan oleh aturan-aturan yang muncul dari penilaian moral. Moral tidak memberikan apa-apa pada siapapun, kecuali seni ratapan dirinya sendiri. Butuhkah moral? Adakah keterkaitan antara moral dengan pendidikan? Apakah moral untuk kehidupan pribadi, golongan, untuk seluruh manusia ataukah setengah manusia? Mengapa ada pemikiran? Adakah kehidupan lain tanpa moral? Ataukah guru-guru sebagai pendidik masih meratapi sambil menyesali pemikiran dan kehidupan yang serba moral?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun