Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melacak di Bawah Meja dengan Jejak-Jejak Ketidakhadiran

23 November 2022   06:04 Diperbarui: 27 Februari 2023   07:02 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "di bawah meja" (Sumber gambar: istockphoto.com)

Di luar atau tanpa subyek, semuanya bisa saja terjadi melalui ‘mesin penciuman’ yang tidak terlihat sebagai mesin murni. Kita terlanjur diperhadapkan pada tanda-tanda, patahan dan celah perbedaan, tanpa tipu muslihat dari tiruan dan asli bagaimana manusia memiliki kemiripan sebagai bagian dari tatanan mesin. Sehingga menit ini atau tanpa hitungan waktu kita berhenti untuk berpikir dan kita akan menghentikan perbincangan mengenai struktur hidung sebagai organ atau indera penciuman yang tidak tergoyahkan.

Manusia memperbincangkan dirinya sebagai subyek sekaligus obyek yang hidup, bergerak dan berhenti di bawah mesin hitung perbedaan berulang. Mereka adalah proses seperti mesin yang dileburkan dengan lainnya, sehingga membentuknya kembali bekerja dalam sifat apapun yang dimilikinya di antara alat-alat dan benda-benda bahkan manusia di sekitar kita.

Perluasan penciuman sebagai mesin yang tidak murni terdiri dari susunan-susunan material mengalir dalam sang Lain berubah menjadi lebih bersifat material dari materi itu sendiri. Penciuman abstrak sebagai mesin yang bersifat immateri, tetapi bergerak secara automatis yang bersifat imanen. Penciuman tanpa indera melacak sesuatu ke setiap arah dan mengumpulkan sub-sub mesin dari sistem mesin yang tidak berpengalaman (a priori matematika). Penciuman tanpa indera menghubungkan tujuan dan jejak-jejak, yang menandai akhir dari subyek yang berpikir secara pasti dan jelas.

Pergerakan ‘mesin penciuman’ sang Lain tanpa alat penginderaan dan tanpa pikiran sedikit pun melalui konsistensi perkembangan dan penyebaran patahan dan celah berada dalam penegasan materi yang tidak berjarak dengan mesin yang dinamis dan heterogen. Unsur-unsur materi bergerak dari sesuatu ‘yang tidak berjarak’ ke ‘yang tidak terlihat’ dikumpulkan dan diacak ulang oleh ‘mesin penciuman’ untuk menghidupkan kembali subyek di luar pikiran telah direbah oleh materi murni (benda-benda yang menggoda dan meruntuhkan pikiran). Jalur dan arah pergerakan ‘mesin penciuman’ dalam umpan balik tidak sama dan tunggal.

Sementara, perubahan subyek di luar pikiran yang tertahan atau tidak mampu keluar dari lingkaran dirinya. Karena materi skandal sebagai esensi paling akhir, maka ruang di bawah meja yang lebih dahulu mengerucutkan keterlibatan oknum dalam peristiwa koruptif. Sebaliknya, subyek yang berpikir pada akhirnya menghilang dalam subyek itu sendiri tanpa lebih dahulu mengalami proses pembaruan kembali melalui subyek lainnya, kecuali mesin baru yang memberi paragraf tersendiri.

Bagaimanapun juga, perbedaan patahan dan celah dari pikiran dibentuk oleh sesuatu yang bersifat materi menyentuh penderitaan subyek dibalik tanda kenikmatan membantu siapapun menggunakan nalar ternyata berulang-ulang terjatuh dalam keadaan tertatih-tatih, ketidakhadirannya untuk mengatasi krisis dan kekosongan dirinya. 

Pemikiran yang diperlukan bukan sesuatu yang stabil, bukan pula subyek yang pasti dan jelas, melainkan suatu fantasi dan kesenangan. “Inilah Aku,” berarti subyek yang tidak merampungkan eksistensinya dan tidak diketahui asal-usulnya, dimana pecahan-pecahan bahasa untuk mengatasi kesatuan jejak-jejak sang Lain. Ia bersama energi yang bernama hasrat. Sang Lain tidak memisahkan dengan subyek. Tetapi, ada celah dan alur tidak menemukan alur lain untuk menyatakan dirinya sebagai suara sang Lain yang tidak terpikirkan. 

Hasratlah sebagai logika memerlukan bahasa, bukan sebagai aparatur untuk menopangnya. Dalam pandangan Derrida, Foucault, Deleuze dan Guattari menerima perbedaan dan kemiripan merupakan bagian dari dirinya untuk membentuk dan menggerakkan kembali dirinya dalam hasrat dan ketidaksadaran tanpa memutar arah dan memotong alur subyek yang berpikir memungkinkan dirinya menjadi ciptaan tanpa diskursus.

Subyek yang berubah-ubah menempatkan dirinya tidak diproduksi menjadi residu, kecuali jalur-jalur berbeda yang dibentangkannya untuk mengakhiri peran subyek yang bersifat tunggal dan sama, tetapi menyebar di mana-mana.

Patahan, celah, dan alur yang berbeda dengan cara membentangkan dirinya masing-masing termasuk paling kreatif dari mesin penciuman sang Lain. Apa yang diciumnya? Pertama-tama bagi penciuman yang tidak terlihat tanpa menetap pada satu mekanisme. Sang Lain sebagai perantara jejak-jejak peristiwa, yang melibatkan aparat hukum. Terhadap orang-orang tersangka yang menjalani proses hukum, sekalipun tidak dapat dipisahkan dengan penciuman sang Lain yang bergerak ke arah yang berbeda menyusun patahan, celah dan alur, bukan berarti sang Lain leluasa berkuasa atas subyek. 

Sang Lain tidak lagi sebagai faktor pembentuk bagi citra diri yang dibangun subyek. Jejak-jejak yang ditinggalkan sang Lain hanyalah bentuk perbedaan yang berulang untuk memenuhi hasrat dan fantasi yang ditransformasi oleh subyek. Kelahiran sang Lain merupakan cara untuk menyempurnakan kelahiran subyek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun