Mesin analisis yang memulai dan mengakhiri analisinya sebagai mesin kuasa atas posisi di antara benda-benda.
Pada bagian ‘pinggiran’ dan ‘permukaan’ terdapat patahan dan celah yang tidak terduga darimana datangnya.
Mesin kuasa memulai dan mengakhiri rezim diskursus melalui diskursus, analisis melalui analisis sebagai “penciuman” yang menujukkan perbedaan pada persepsi internal dan sensasi yang menghubungkan dirinya dengan dunia luar. ‘Mesin penciuman’ yang tidak terlihat menandai perbedaan patahan dan celah peristiwa, dimana diskursus mengenai manusia kehilangan ‘sumbu’ sekaligus ‘orbit’, bergerak keluar dari subyek sebagai pusat dirinya sendiri.
Diskursus atau analisis atas sesuatu yang bersifat beragam dan berubah-ubah membentuk kuasa di balik ‘mesin penciuman’ bersifat abstrak untuk tidak berada dalam hirarki, justeru menyatukan jejak-jejak sang Lain (Institusi, Ayah, Filsuf-Intelektual, Kritikus, dan masyarakat). Tetapi, ide, pikiran dan nalar tidak dapat dibentuk oleh ruang selama ruang bersifat heterogen dan keserbaragaman masing-masing membentuk patahan dan celahnya sendiri.
Prinsip kemiripan dan keserbaragaman memungkin terjadi relasi bolak-balik dengan perbedaan.
Sebaliknya, jejak-jejak penderitaan subyek akibat tanda kenikmatan bukan sebagai kausalitas, melainkan ‘proses tanpa saling melampaui’ dari sintesis perbedaan, saat susunan-susunannya bergerak dari proses aktual ke proses yang lebih aktual, seperti melalui peristiwa skandal.
Pada mulanya subyek yang berpikir atau subyek yang berakal merupakan bagian dari proses non fisik menjadi suatu kecenderungan pada pengetahuan tentang proses fisik melalui bentuk pendisiplinan atau hukuman bagi manusia sebagai subyek yang kehilangan subyeknya sendiri (pikiran dan nalar dalam keruntuhan melalui godaan dari sebagian atau keseluruhan arah).
Menyangkut penciuman, ia memiliki perbedaan antara manusia dan mesin selama hal itu hanya terpancang sebagai subyek. Kemiripan penciuman sebagai mesin analisis yang tidak terlihat berarti tidak seperti susunan dan bentuk materi.
Penciuman yang tidak terlihat, tanpa indera, sekalipun kemiripan hidung kita sebagai indera penciuman merupakan satu-satunya organ yang tidak mampu berdusta terhadap sesuatu.
Jadi, sintesa perbedaan secara obyektif memungkinkan dapat terjalin melalui penciuman terhadap sesuatu secara berbeda pula bersifat samar-samar, terbuka, tajam, atau biasa-biasa saja.
Kelenyapan makna tidak dibentuk oleh ketidakhadiran pikiran, nalar atau ide, melainkan relasi bolak-balik dan proses yang dinamis, beragam dan terbuka.