Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah tentang Siapa Menatap "Tanah Bergerak," Dia Akan Dilahapnya

7 November 2022   17:55 Diperbarui: 21 Agustus 2023   13:15 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sisa peristiwa likuifaksi (tanah bergerak), Palu Sulteng, 2018 (Sumber gambar : tribunnews.com)

Kita bisa bayangkan peristiwa likuifaksi (tanah bergerak). "Jika tidak dimuntahkan lagi oleh tanah, saya pasti tenggelam dalam lumpur. Saya bersyukur masih diberi kesempatan hidup," begitu pengakuan Ramna.

Mengapa dia bisa lolos dari bencana itu? Ramna mengaku tertolong oleh pohon yang tumbang. Dia terdesak ke atas oleh tanah dalam rekahan, Ramna sempat meraih cabang pohon yang tumbang di atasnya. Lewat kayu inilah Ramna sekuat tenaga berdiri dan keluar dari rekahan tanah. Setelah berada di atas, secepatnya Ramna keluar dari "jahannam" lumpur Petobo dan mencari tempat yang aman.

Jika memang sudah ditakdirkan selamat, maka selamatlah Ramna. Syukur, rupanya dari tempat yang sama tidak jauh ada lokasi yang aman. Lain halnya dengan mertuanya, Harina (60), nasib ngenes wanita bertubuh besar nampaknya terseret bersama puing-puing rumahnya dan terjung bebas ke dalam likuifaksi (tanah bergerak).

Nyatanya, dalam puing, Ramna tidak sendiri. Ada Rollly (39), anak Harina dan Vini (16) anak Ramna yang tinggal dengan neneknya. "Rolly memang cacat sejak lama, ia tidak bisa apa-apa dalam menghadapi bencana ini," tutur Ramna. Terjebak dalam puing-puing rumah membuat Harina, Rolly dan Vini tidak bisa apa-apa meskipun mereka berusaha keras ingin keluar dari himpitan beton.

Singkat cerita, setelah terjebak dalam reruntuhan, Ramna dievakuasi di tempat yang aman dan selamat. 

Setelah sepenggal dan sepotong-potong tentang kisah Rumna akan diurai sedikit juga, yang mungkin bisa kepala "pening" dan "sulit dicerna" dibuatnya. Apa itu? Cekadautt.

Dalam tatapan, mereka nampak tidak menghiraukan tentang apa itu pelbagai interval yang rapuh, seperti potret, fotografi, citra posting, dan gambar stereoskopis yang kosong, tetapi tetap padat dan nyata. Melalui rahasianya sendiri yang terjaga, saat kilatan cahaya dari sebuah kamera acapkali membuyarkan tatapan kosong. 

Lensa mata fisik menyimpan kisah tersendiri yang tidak terbayangkan terutama dari orang-orang yang terlibat atau tertimpa dan selamat dari musibah bencana menegaskan. Tele-media berbicara tentang gempa bumi dan tsunami pada kita melalui matanya sendiri. Sebuah mata yang melampui mata telanjang sebagai titik awal untuk melihat dunia. 

'Model miniaturisasi' malapetaka gempa, tsunami atau likuifaksi (tanah bergerak) di Palu dan di sekitarnya, dari tempat kejadian melalui citra tubuh-layar-teks visual dari kamera telepon seluler, yang gema dan arusnya begitu dekat dengan kita.

 Tatapan kamera dan seseorang atau banyak orang melampaui produk retakan, turunan tajam, kontur yang patah, bahasa yang tidak serasi, dan obyeknya mirip tebing terjal menggambarkan sebuah lingkaran. Ia direngkuh oleh mata laksana mata sang elang. Tatapan mata dibalas mata, yaitu sang mata gempa dan tsunami di Bumi. 

Sebuah "Mata kamera" yang saling memadatkan satu sama lain dengan sang mata fisik. Ia merujuk dirinya sendiri dan berbalik pada pertanyaan mengenai batas-batasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun