kegilaan tidak dikucilkan oleh ketidakhadiran mimpi.Â
Adakalanya perubahan dianugerahi dengan sesuatu yang dilarang. Dalam sesuatu yang dilarang, ruang dimanaSeseorang berpikir dibantu dengan jejaring nomadik (melampaui batas ruang nalar) untuk memasuki rangkaian pernyataan "subyek yang merenung" atau "aku pikir" menjadi "aku berhasrat."Â
Dunia nyata digumuli oleh penjual dan pembeli tidak terjadi dalam mimpi di malam hari. Seorang terlibat dalam mekanisme pasar mencoba melupakan kesalahan saat tertidur di siang hari (selera seseorang meningkat atas barang-barang konsumtif yang diproduksi tidak sesuai daya beli).
Dalam kegilaan, orang gila yang terlepas dari penyakit mental atau sakit jiwa lebih kuat untuk memilih kemungkinan pada kebenaran yang tidak keluar dari batas mimpi.Â
Karena seseorang bermimpi akan menciptakan mimpi lainnya sebagai cara menghindari kesalahan. "Saya akan mengingat kegilaan tipikal, bukan kesalahan."Â
Perbedaan menjadi metamorfosis benda-benda melebihi perubahan bagi orang-orang yang baru saja bangun dari tidurnya, dari setiap pengulangan mimpi-mimpi indah, seperti seseorang yang baru saja membunuh 'bunga mawar virtual' dalam ruang alamiah.
Kegilaan akhirnya tidak dilarang sejauh perubahan menandai beberapa momentum yang tidak tergambarkan sebelumnya, yaitu subyek yang digambarkan dari seseorang membagi waktunya untuk tidur dan bermimpi pada salah satunya, di siang atau malam hari.Â
Selama seribu tahun kemudian, di waktu yang kita ingat kembali tentang "hal-hal apa saja yang terjadi di siang dan malam hari di luar mimpiku." Saya diingatkan tentang perlunya membandingkan latihan antara bermimpi dan keadaan pingsan. Setiap latihan, kita tidak perlu membangunkan seseorang yang sedang tertidur dan bermimpi apalagi seseorang dalam keadaan pingsan.Â
Kita membiarkan mereka sendiri akan terbangun dan siuman kembali hingga meraba-raba permukaan kulit wajahnya atau mencubit bagian kulitnya sendiri. Mereka sejenak ngelantur: "Saya ada dimana?" Waktulah yang menerjang pikirannya yang membuat kita menunggu pertanyaan-pertanyaan yang sulit menjadi lebih gila, nyata dan pasti secara rasional melalui percobaan kegilaan.
Subyek yang bermimpi akan dipengaruhi subyek yang berhasrat mengatasi mimpi-mimpi yang membandingkan Anda dalam keadaan sadar dan mereka berada dalam kegilaan normal.
Seseorang yang membandingkan dengan mereka dalam pergulatan mimpi-mimpi yang mengembangbiakkan, melintangkan dan menyerahkan teks-teks didalamnya supaya hal-hal yang diarahkan oleh cermin kegilaan menjadi kekuatan khas dalam dunia nyata. Â
Mungkin kita akan melihat ekonomi nomadik atau ekonomi hasrat tidak berlawanan dengan ekonomi digital. Sebaliknya, keduanya saling mengisi, saling menopang dan masing-masing saling melepaskan energinya.
Di sini, pergerakan nomadik tidak mengalami dengan apa  yang disebut "depatologisasi" atau "depsikiatrisasi kegilaan," dimana bentuk penyimpangannya dalam kehidupan keluar dari penyakit jiwa. Suatu penyimpangan dan gangguan fantasi atas uang, sesungguhnya dipertimbangkan kembali sebagai penyebab munculnya kegilaan.
Suatu hal yang dianggap sebagai metamorfosis mesin berusaha untuk melepaskan dirinya dari keabsolutan ilmu pengetahuan dengan pergerakan baru dari mesin teknik ke mesin kegilaan yang dihasrati oleh subyek sebagai sifat gila dalam diri manusia atau dari hanya satu atau lebih dalam masa dan peristiwa tertentu.
Ada suatu satu kejanggalan dari pertanyaan sekitar kegilaan atas obyek atau ia sendiri yang membentuknya menuju pada kesimpulan, bahwa kegilaan itu muncul akibat kelimpahan inovasi dan perburuan pada model dan komoditas yang belum pernah ada sebelumnya dalam masyarakat. Belum lagi membicarakan bentuk-bentuk dan jejaring-jejaring teknologi baru melintasi batas-batas cabang dan celah struktur bahasa yang dibangun melalui mesin pikiran sekaligus mesin hasrat dalam tatanan ekonomi.
Metamorfosis obyek beragam telah tercerabut dari hakikat dan terlepas dari muatan yang tersembunyi, dimana akhir dari kontradiksi rahasia dan pelanggaran orang gila dan kegilaan benar-benar lebih nyata dan telanjang.
Kegilaan di sini berkenaan dengan metamorfosis obyek yang dihubungkan dengan teknologi, bukan dalam pengertian penyakit jiwa yang tidak hanya dibentuk oleh segala sesuatu yang dikatakan, juga segala sesuatu yang digambarkan berada di luar rujukan psikopatologis yang muncul dari pengalaman individu.
Kata lain, bahwa kita tidak memperbincangkan hal-hal yang melulu dalam kegilaan, padahal orang gila yang mirip apalagi sama sifatnya tidak teratasi.Â
Kita akan melacak, membagi dan menentukan korelasi kegilaan dengan lainnya setelah segalanya tidak pada satu pernyataan dalam penyakit jiwa atau psikopatologi tertentu.Â
Kegilaan semakin jelas memiliki keterkaitan dengan antar-jejaring kehidupan di sekitar kita.
Kita memulai sampai kapan untuk mengatakan harus mempertahankan kesimpulan bahwa kita mungkin menerima ketunggalan tanda dan obyek dalam kegilaan, berikutnya dipaksa menjadi kesatuan diskursus tentang kegilaan sebagai akibat dari pernyataan dari "satu diskursus atau tanda kegilaan yang memikat" telah lenyap dalam dirinya sendiri.
Keterpencaran diskursus tentang kegilaan tidak mengambil rujukan pada eksistensi benda-benda melalui komponen yang melekat dalam ekonomi digital, seperti barang, isi, perangkat lunak, infrastruktur, layanan, dan retail akan didorong oleh kegilaan kreatif itu sendiri.Â
Terhadap kegilaan kreatif tidak dapat menyembunyikan benda-benda yang lebih padat dari teknologi antar-jejaring untuk mengatasi obyek-obyek kegilaaan ditunjukkan dalam permasalahan keragaman peraturan-peraturan dibentuk oleh metamorfosis mesin.
Pada masa-masa berubahnya metamorfosis mesin teknis, pengetahuan sebagai salah satu atribut yang dianggap paling penting.Â
Dalam ekonomi digital sedang menjejali kita dengan  penemuan-penemuan, inovasi-inovasi, dan hal-hal baru lainnya telah meletakkan dirinya dalam paradoks kegilaan benar-benar tidak menunjukkan apa sesungguhnya kegilaan. Ia hadir dalam bentuknya paling modern dan mulai orang-orang tertarik membicarakannya.
Dalam bentuknya paling mutakhir tentang kegilaan, ia dirumuskan, digali, disaingi, diperbarui, dan diprioritaskan dalam jalinan diskursus ekonomi digital dengan dukungan data pertumbuhannya. Dari sini, rujukan-rujukan yang diambil berusaha mencari retakan pertanyaan bahwa siapa sebenarnya yang gila.Â
Apakah gangguan atau penyimpangannya datang dari penyakit jiwa, neorosis, skizoid atau pelanggaran batas-batas dari ekonomi digital sebagai aparatur ekonomi hasrat? Ada kemungkinan pengetahuan masih kesulitan untuk menjawabnya begitu enteng dalam periode tertentu. Kita juga memiliki tugas lain untuk meninggalkan setiap keraguan pada pembebasan pengalaman individu di bawah bayang-bayang produktivitas teknologi sebagai teks yang membelenggu kita.Â
Mungkin dari situ juga, sebagian dari mereka menganggap bahwa jejak-jejak kegilaan adalah satu hal yang menantang untuk membebaskan dirinya dari ruang gelap. Dari keadaan seperti itu menjadi satu alasan bagi penyebab orang-orang mengidap sakit mental atau menjadi alasan bagi munculnya penyimpangan dan gangguan mental tanpa ruang gelap apa-apa yang membuatnya lebih produktif dalam kegilaan yang tidak tunggal.
Di era digital sekarang, diskursus ekonomi memperhatikan dirinya sendiri sekalipun melibatkan produksi sosial dalam "persfektif sumberdaya." Ia lebih dahulu didefinisikan menurut pengetahuan manusia atau kreatifitas hingga kegilaan menghubungkan dirinya dengan dunia nyata.Â
Benda-benda menunjukkan dirinya dalam persefektif yang berbeda yang terefleksikan dalam dunia nyata dari aliran produksi hasrat menjadi konsumer atau aliran pelanggan hasrat.Â
Dalam teknologi atau ekonomi digital, aliran konsumer hasrat dan aliran produksi hasrat sulit dibedakan seiring bercampur-aduknya dengan kekuatan mesin produksi massa dan produksi sosial, konsumsi pribadi dan konsumsi umum. Suatu cara bagi logika transaksi yang berlangsung, seperti dalam penggunaan "niaga elektrik"Â (e-commerce) menjadi hal yang mudah dan cepat bagi orang-orang yang memiliki satu kecenderungan akan kegilaan dengannya.Â
Dalam "persfektif aliran-proses," aliran uang sejalan dengan aliran data dan informasi. Apabila Anda membicarakan berapa banyak nilai transaksi yang berlangsung proses bisnis digital, berarti juga membuat pernyataan dari orang-orang mengenai berapa kuat aliran uang sekaligus aliran data-informasi yang akan mendatangi kita. "Baru lima menit yang lalu dipesan, ternyata barangnya telah tiba di depan kita." Berkat diskursus ekonomi (digital), relasi antara kebaruan dan urgensi bukan sesuatu yang dikatakan, melainkan sesuatu yang tidak tergambarkan di balik suatu pernyataan: "Anda jangan berkedip dulu, masa depan langsung menarik kita ke tengah dunia nyata."Â
Kita pada akhirnya akan terperangkap dalam mimpi di bawah permainan kebenaran, dimana komsumsi atau pelanggan massa dengan aliran yang melekat darinya ditandai oleh aliran uang menjadi "lebih nyata" dibandingkan sebelumnya. Karena itu, diskursus akan menentukan berapa besar efek dari proses bisnis digital dalam produksi sosial yang mengalami pra-struktural.Â
Aliran uang saling menopang dengan aliran data dan informasi tentang transformasi ekonomi; dari mesin teknik-industri menjadi mesin digital sejauh itu pula hasrat-hasrat memasuki kembali pada tempat yang telah tersedia.
Dalam konteks Indonesia, tidak ada bentuk kekeliruan disaat dikatakan transformasi ekonomi mengikuti proyeksi ekonomi digital.Â
Ia mungkin juga akan melepaskan secara pelan-pelan penggunaan diskursus ditempatkan pada titik akhir kemunculan permukaan fantasi sebagai representasi yang menguatkan nalar kita.Â
Kegilaan tidak bertumpu pada satu penemuan teknologi baru, tetapi proyeksi atas ekonomi digital yang cenderung meningkat setiap tahun. Proyeksi ekonomi digital Indonesia pada tahun-tahun mendatang diperkirakan akan bertumbuh dua kali lipat. (tempo.co, 23/10/2022)
Sekali waktu ekonomi digital dalam angka-angka yang diproyeksikan akan membuka jalan bagi diskursus ekonomi mencabut batas-batas diskursus yang dihubungkan dengan diskursus kesejahteraan dan bahasa.
Berkenaan dengan "persfektif struktural," kengototan transformasi ekonomi secara umum nampaknya tidak berlangsung lagi dalam produksi berskala massif, tetapi dalam proses teknologi lintas-jejaring yang tersimbolkan lebih khusus dalam struktur "Ayah-Global," "Ibu-Lokal," "Anak-Virtual," "permukaan Bumi," dan "Multikultural" digiring dalam kekuatan dunia nyata yang terintegrasi. Mereka semuanya berada dalam 'struktur ekonomi digital berdasarkan jejaring-sarang baru' ditandai pergerakan hasrat melebihi tempat-tempat yang telah disediakan bagi analisis yang mungkin masih abstrak dalam persfektif struktural.Â
Kegilaan yang terjatuh dalam proyeksi dan perhitungan dari persfektif struktural akan ditanggulangi dengan "persfektif model bisnis," yakni adanya satu pernyataan. "Kurang dari lima menit yang lalu, barangnya ternyata lebih cepat tiba di luar perhitungan sebelumnya."Â
Begitulah aliran produksi massa menunjukkan bagaimana 'niaga elektrik' dimasukkan dalam pemikiran tentang model bisnis baru berbasis lintas-jejaring menembus batas-batas transaksi global dan bahkan kepuasaan itu sendiri.
Adakah rasionalitas dalam irasioalitas atau sebaliknya? Sejauh manakah seseorang dipengaruhi oleh rasionalitas yang lebih rasional dari orang yang rasional?Â
Dalam suatu transformasi atau pergeseran apapun, baik tinjauan antipsikiatri maupun politik psikiatri tidak melihat lagi berubahnya kegilaan ke kehidupan baru.Â
Pemikiran baru tentang ekonomi akan keluar dari penyakit mental, akhirnya tidak bisa 'reteritorialisasi' (kembali ke tempat) dalam setiap aliran (teori, uang, hasrat, pengetahuan, kode, produksi).Â
Setiap aliran tersebut tidak mengarahkan pada bentuk-bentuk yang lebih gila dari kegilaan..
Disitulah, seluruh jejak kegilaan lainnya tidak lagi menjadi sintaksis kegilaan yang sama selama diubah dan dihubungkan dengan penyakit jiwa.Â
Sebaliknya, kegilaan akan mesin baru dalam dunia nyata tidak mendukung metode kejiwaan. Ketidakpuasan yang melimpah membuat Vladimir Putin, Presiden Rusia dalam "kegilaan" terhadap ekonomi digital, tetapi dibungkam melalui bitcoin yang melayang di perdagangan bebas.
Karena itu, semuanya berlangsung dalam ekonomi hasrat di balik ekonomi digital. Selain pengetahuan, terdapat bahasa kegilaan yang bergumul bersama, diantaranya proses 'digitisasi', 'virtualisasi', dan 'molekularisasi'. Ketiganya sangat berbeda secara diskursif dengan kata-kata yang mengandung kekosongan dari orang gila secara psikis.Â
Orang gila tidak melihat berapa lama jejak-jejak kegilaan atas hal-hal baru untuk meraup keuntungan ekonomi, melainkan tempo kegilaan atas ketidakpuasan yang datang lebih cepat padanya.
Lantas, dalam kegilaan yang mulai nampak mengapung dari samping orang rasional yang menunjukkan kemungkinan munculnya suatu metamorfosis mesin dalam ekonomi digital yang ditandai.
Digitisasi. Pada umumnya seseorang mengetahui kegilaan dan orang gila melalui kata-katanya. Meskipun menjadi kesatuan diskursus, dari kata-kata berubah menjadi angka-angka (digit) yang digunakan dalam transaksi bisnis berdasarkan teknologi digital.Â
Angka-angka (digitisasi) berada dalam benda-benda yang dimainkan oleh para pelanggan yang bergantung pada alat digital. Pelanggan niaga digital tidak berada dalam antrian panjang menunggu waktu yang lama untuk melakukan transaksi dengan institusi pemilik modal, yang menjual barang dan jasa sebagai perusahaan digital. "Sejak saya berada di sini, kata pelanggan. Saya tidak sakit jiwa, tidak gila." Kita tidak melihat gejala-gejala penyimpangan dalam masyarakat primitif karena hanya sedikit merenung dan berpikir melalui catatan atau tulisan, kecuali dalam masyarakat kita sekarang dalam bentuk tulisan yang tergitalkan.Â
Mereka menulis dalam 'digit demi digit' untuk keluar dari pertanyaan bergerak secara linearitas dibandingkan menulis secara digilitas. Orang-orang yang berada dalam posisi pelanggan dan perusahaan digital menyibukkan dirinya dengan perangkat pendukung baru seperti 'telepon pintar', 'online shooping', 'online banking', 'telepon seluler', atau 'Web 3D' sebagai obyek kultural. Pergerakan 'mesin hitung' yang menyelinap dalam pemikiran modern diperlukan dalam penyebaran data besar dan algoritma, dimana teknologi digital dan robotika baru mengambil-alih dirinya sendiri.
 Suara, warna, dinding, lantai, dan cahaya tidak berhubungan erat lagi dengan Cogito Cartesian, dimana keruntuhan jarak, penjelajahan yang dimainkan mata sejauh pecahan tanpa akhir baris dalam internet atau obyek kultural lainnya semakin terlibat dan kita akan semakin berhimpitan dengan permukaan layar (surface of the screen) tanpa tatapan sesering mungkin karena mata dan gambar meruntuhkan jarak estetikanya, sekalipun tatapan, gambar dan benda-benda lainnya berserakan di samping kirinya.
Virtualisasi. Mengikuti satu diskursus ekonomi digital terjalin dalam 'pertukaran tanda baru' melalui virtualisasi. Penyediaan benda-benda kasat mata atau barang-barang alamiah menjadi sejenis barang virtual.Â
Dalam susunan benda-benda didalamya terdapat celah bagi untuk mengalirkan kembali produksi hasrat yang tidak semata-mata virtual, tetapi juga alamiah dan aktual.
Pertukaran tanda berlangsung dalam susunan mesin virtual diantara ekonomi digital membuat kehilangan jarak antara aliran produsen dan aliran uang, aliran pelanggan dan aliran modal.Â
Singkatnya, pertukaran tanda dinyatakan dalam "uang virtual." Kita masih melihat "anak-anak muda membunuh niatnya tanpa menyesal untuk membeli sepatu dari toko online kemarin."
Tetapi, dalam pergerakan revolusioner dari hasrat, titik permasalahan psikapotologis tidak diarahkan untuk melibatkan dirinya dalam menyusun perbedaan diskursus tentang kegilaan, kecuali mesin virtual dalam permainan dan penciptaan baru.
Permasalahan kegilaan tidak menghilang dalam gambaran yang teraktualisasi (dari pelanggan dan produsen ada waktu untuk tertidur dan bermimpi), melainkan pergerakan nomadisme.Â
Ia menjadi pergerakan hasrat yang bukan miliknya sendiri, tetapi juga milik dari gambaran subyek (pelanggan dan produsen digital seorang manusia). Kegilaan akan menantikan akhir dari pernyataan seperti "ini milik Anda dan ini milikku" menempatkan penyaluran ucapan virtual setelah ditandai dalam suatu tulisan yang tervirtualkan secara berbeda.Â
Dari tulisan yang tervirtualkan menandakan seseorang yang memakai kegilaan yang berpindah dari sistem mesin virtual. Ia dalam mesin hasrat pada sistem kode, yang tersusun dari sesuatu yang 'tidak memiliki tempat' berkembangbiak leksikon dan paragraf kegilaan (deteritorialisasi).Â
Modal digital terhimpit antara ucapan virtual dari pelanggan dan produsen, kecuali dalam dunia nyata yang melampaui seluruh hambatan-hambatan.
Molekularisasi. Aliran mesin hasrat baru bukan keadaaan yang sederhana pada skala institusi modal virtual, tetapi menentukan langkah yang pasti dari produser dan konsumer secara individual untuk memasuki proses molekularisasi.
Tatanan bahasa melepaskan pengaruh sirkuit nalar di balik Cogito Cartesian menghilang dalam ekonomi digital yang termolekularisasi.Â
Kesatuan diskursus menggabungkan mesin dan obyek dalam pertumbuhan energi hasrat, karena susunan diskursus tentang kegilaan memberinya perluasan tersendiri.
Sedangkan, paragraf kegilaan tidak terbentuk melalui tulisan dengan basis materialnya yang akan berganti dengan aliran produksi hasrat yang 'tergitalisasi', seperti bitcoin, salah satu mata uang kripto.Â
Sebuah sistem kode dari bahasa kegilaan memasuki pergerakan tanda dari organisasi berbentuk "biasa" berganti menjadi organisasi berbentuk elektrik. "Saya akan mendorong kepala orang-orang ke dinding kiri mesin digital yang bergabung dengan ekonomi, pendidikan dan kesehatan." Kita masih memperhatikan tanda-tanda terakhir dari ekonomi digital melalui kecepatan manusia dan separuh-manusia, organ dan mesin menuju kegilaan baru dan radikal yang berhubungan dengan kehidupan nalar ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H