Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kegilaan atas Nalar Ekonomi Digital

26 Oktober 2022   16:05 Diperbarui: 22 Juli 2023   16:13 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakalanya perubahan dianugerahi dengan sesuatu yang dilarang. Dalam sesuatu yang dilarang, ruang dimana kegilaan tidak dikucilkan oleh ketidakhadiran mimpi. 

Seseorang berpikir dibantu dengan jejaring nomadik (melampaui batas ruang nalar) untuk memasuki rangkaian pernyataan "subyek yang merenung" atau "aku pikir" menjadi "aku berhasrat." 

Dunia nyata digumuli oleh penjual dan pembeli tidak terjadi dalam mimpi di malam hari. Seorang terlibat dalam mekanisme pasar mencoba melupakan kesalahan saat tertidur di siang hari (selera seseorang meningkat atas barang-barang konsumtif yang diproduksi tidak sesuai daya beli).

Dalam kegilaan, orang gila yang terlepas dari penyakit mental atau sakit jiwa lebih kuat untuk memilih kemungkinan pada kebenaran yang tidak keluar dari batas mimpi. 

Karena seseorang bermimpi akan menciptakan mimpi lainnya sebagai cara menghindari kesalahan. "Saya akan mengingat kegilaan tipikal, bukan kesalahan." 

Perbedaan menjadi metamorfosis benda-benda melebihi perubahan bagi orang-orang yang baru saja bangun dari tidurnya, dari setiap pengulangan mimpi-mimpi indah, seperti seseorang yang baru saja membunuh 'bunga mawar virtual' dalam ruang alamiah.

Kegilaan akhirnya tidak dilarang sejauh perubahan menandai beberapa momentum yang tidak tergambarkan sebelumnya, yaitu subyek yang digambarkan dari seseorang membagi waktunya untuk tidur dan bermimpi pada salah satunya, di siang atau malam hari. 

Selama seribu tahun kemudian, di waktu yang kita ingat kembali tentang "hal-hal apa saja yang terjadi di siang dan malam hari di luar mimpiku." Saya diingatkan tentang perlunya membandingkan latihan antara bermimpi dan keadaan pingsan. Setiap latihan, kita tidak perlu membangunkan seseorang yang sedang tertidur dan bermimpi apalagi seseorang dalam keadaan pingsan. 

Kita membiarkan mereka sendiri akan terbangun dan siuman kembali hingga meraba-raba permukaan kulit wajahnya atau mencubit bagian kulitnya sendiri. Mereka sejenak ngelantur: "Saya ada dimana?" Waktulah yang menerjang pikirannya yang membuat kita menunggu pertanyaan-pertanyaan yang sulit menjadi lebih gila, nyata dan pasti secara rasional melalui percobaan kegilaan.

Subyek yang bermimpi akan dipengaruhi subyek yang berhasrat mengatasi mimpi-mimpi yang membandingkan Anda dalam keadaan sadar dan mereka berada dalam kegilaan normal.

Seseorang yang membandingkan dengan mereka dalam pergulatan mimpi-mimpi yang mengembangbiakkan, melintangkan dan menyerahkan teks-teks didalamnya supaya hal-hal yang diarahkan oleh cermin kegilaan menjadi kekuatan khas dalam dunia nyata.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun