Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pajangan, Menatapku Begitu Bernafsu, dan Melecehkanku

11 Oktober 2022   15:05 Diperbarui: 22 Februari 2024   14:31 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 17/09/2021

Di Indonesia dalam dekade 90-an masih terdengar sayup-sayup. Jika tidak dikatakan tanpa pergerakan protes kaum perempuan terhadap kekerasan seksual. Asal-usul ujaran vulgaritas dan peristiwa kespontanan perempuan Barat tampak beriringan dengan lumpuhnya kritisisme kaum perempuan Indonesia atas akumulasi permasalahan yang cenderung mengibiri hak-hak manusia.

Secara khsusus, ujaran vulgaritas tentang organ seks masih teranggap tabu di tengah masyarakat yang memegang teguh tradisi dan budaya lokal. Selama itu, realitas yang ada adalah realitas yang masih sunyi dari suara protes, karena realitasnya telah terlucuti dan terasingkan di dunia lain.

Runtuhnya kekuatan dari dalam tanpa semboyan “Kelaminku, kehormatanku!” membuat kita di saat tertentu bisa mempermainkan sebuah permainan yang lebih dekat dengan teater kekerasan. 

Kelupaan atau ketidaksadaran permainan gambar yang melecehkan organ seks kaum perempuan itulah sesungguhnya yang memalukan kita.

Marilah kita melihat keadaan yang berkembang di luar. Lenyapnya tabir malu dan tidak ada lagi rahasia (pribadi, publik) menandai ruang siber. Hilangnya nilai dan kematian makna di zaman ketransparanan.

Padahal, jika kita tanya pada lubuk hati paling dalam, laki-laki manakah yang menolak poligami dan perempuan mana yang tulus menerima poligami? 

Sudahlah. Hal itu akan menjurus pada proses pengaburan terhadap pelecehan organ seks. Lucu dan aneh, bukan?

Lagi pula di negeri ini, melecehkan atau menghina salah salah organ seks memangnya dapat “Kelamin Award?” 

Meskipun awalnya iseng-iseng, kelamaan menjadi kenikmatan puncak yang terselubung. Bukan berarti jika ada kaum laki-laki yang bernada membela kaum perempuan bisa kita simpulkan ketinggalan zaman.

Di era digital, pembicaraan tentang kehidupan di bumi masih di seputar kekerasan seksual, pengalaman seksual yang konsensual dan non-konsensual, citra tubuh, perawatan vagina, pekerjaan seks, masa menstruasi, ragam umur, seksualitas, dan sebagainya dalam sudut pandang kaum perempuan. 

Belum lagi kita terlibat dalam tema pembicaraan tentang perbedaan di balik permukaan tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun