Di Indonesia dalam dekade 90-an masih terdengar sayup-sayup. Jika tidak dikatakan tanpa pergerakan protes kaum perempuan terhadap kekerasan seksual. Asal-usul ujaran vulgaritas dan peristiwa kespontanan perempuan Barat tampak beriringan dengan lumpuhnya kritisisme kaum perempuan Indonesia atas akumulasi permasalahan yang cenderung mengibiri hak-hak manusia.
Secara khsusus, ujaran vulgaritas tentang organ seks masih teranggap tabu di tengah masyarakat yang memegang teguh tradisi dan budaya lokal. Selama itu, realitas yang ada adalah realitas yang masih sunyi dari suara protes, karena realitasnya telah terlucuti dan terasingkan di dunia lain.
Runtuhnya kekuatan dari dalam tanpa semboyan “Kelaminku, kehormatanku!” membuat kita di saat tertentu bisa mempermainkan sebuah permainan yang lebih dekat dengan teater kekerasan.
Kelupaan atau ketidaksadaran permainan gambar yang melecehkan organ seks kaum perempuan itulah sesungguhnya yang memalukan kita.
Marilah kita melihat keadaan yang berkembang di luar. Lenyapnya tabir malu dan tidak ada lagi rahasia (pribadi, publik) menandai ruang siber. Hilangnya nilai dan kematian makna di zaman ketransparanan.
Padahal, jika kita tanya pada lubuk hati paling dalam, laki-laki manakah yang menolak poligami dan perempuan mana yang tulus menerima poligami?
Sudahlah. Hal itu akan menjurus pada proses pengaburan terhadap pelecehan organ seks. Lucu dan aneh, bukan?
Lagi pula di negeri ini, melecehkan atau menghina salah salah organ seks memangnya dapat “Kelamin Award?”
Meskipun awalnya iseng-iseng, kelamaan menjadi kenikmatan puncak yang terselubung. Bukan berarti jika ada kaum laki-laki yang bernada membela kaum perempuan bisa kita simpulkan ketinggalan zaman.
Di era digital, pembicaraan tentang kehidupan di bumi masih di seputar kekerasan seksual, pengalaman seksual yang konsensual dan non-konsensual, citra tubuh, perawatan vagina, pekerjaan seks, masa menstruasi, ragam umur, seksualitas, dan sebagainya dalam sudut pandang kaum perempuan.
Belum lagi kita terlibat dalam tema pembicaraan tentang perbedaan di balik permukaan tubuh.