Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hasrat untuk Koalisi Sementara

25 September 2022   06:05 Diperbarui: 15 Februari 2024   14:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 23/05/2022

Namun demikian, ada titik persamaan antara aritmetika politik dan pemikiran politik murni, yaitu sama-sama memiliki probabilitas sejauh pengetahuan tentang kekuatan tiap-tiap parpol.

Ada hal yang tidak bisa diprediksi perkembangan politik mutakhir. Sejauh ini, koalisi  membutuhkan pengetahuan tertentu, yaitu pengetahuan yang nyata, terukur, dan tepat bersama pertanyaan mengenai kapan dan siapa yang diajak berkoalisi.

Relasi antara Politik dan Hasrat

Hal penting berikutnya adalah mengapa politik praktis termasuk koalisi parpol agak sulit ditebak kesimpulannya akan mengarah pada sebuah pergerakan dan sejauh mana kekuatan yang ditampilkan oleh elite politik (kita menoleh ke zaman baheula, sebelum masehi).

Salah satu motif ketidakpastian atau ketidakkiraan pergerakan politik dari koalisi adalah kekuatan hasrat. Nalar politik seiring dengan logika hasrat.

Rahasia hasrat sebenarnya dari institusi parpol yang akan membentuk sebuah koalisi. Misalnya, KIB membuka pintu koalisi, sekalipun itu non parlemen. Koalisi Gerindra-PKB bersedia melakukan koalisi dengan PDIP secara bersyarat, sekalipun tetap di bawah keputusan Prabowo dan Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar.

Semuanya bisa memungkinkan bergerak secara zig-zag. Kalkulasi politik bersama nalarnya tidak bergerak secara linear, melainkan bergerak secara spiral tanpa akhir, yang melibatkan logika hasrat.

Menyangkut peta koalisi yang lebih dekat dengan pengetahuan rasional tanpa maksud berlebih-lebihan, diantaranya dari hasil survei nasional terbaru dari LSI Denny JA, Agustus 2022.

LSI Denny JA menemukan dua garis yang tidak searah, yaitu poros KIB lebih unggul di segmen pemilih yang  moderat. Poros PDIP lebih unggul di segmen pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi.

Lebih lanjut, LSI Denny JA mencatat bahwa KIB sendiri sangat mungkin menambah kekuatan tambahan partai lain. Hanya tiga partai saja bagi KIB dianggap sangat ‘rawan bubar’ koalisi.

Alasannya,  jika salah satu partai mengundurkan diri, hal itu akan membuat KIB tidak lagi memenuhi syarat pencalonan capres-cawapres 20 persen. Itu satu nalar politik, dekat dengan logika hasrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun