Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Politik Persahabatan ala Derrida dan Tiga Hal Seteru Parpol

21 September 2022   09:55 Diperbarui: 8 Oktober 2022   19:55 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : criticaltheoryofreligion.org

Mengapa menawarkan 'politik persahabatan' ala Derrida bagi partai politik (parpol) yang berseteru? Bukankah kelak seteru atau konflik antarparpol akan redah?Bukankah di atas panggung politik mereka bersitegang, di balik layar mereka saling berangkulan dan bercanda?

Bukankah juga perseteruan antarparpol merupakan hal lumrah, apalagi menjelang pemilihan umum (pemilu)?

Sejumlah pertanyaan bergelayutan, yang kadangkala ngawur dan tidak karuan di tengah memanasnya politik pemilu.

Berbicara tentang persahabatan dalam dunia politik sudah bisa ditebak jawabannya hanyalah mustahil. Pengertian politik bukan bersifat tetap atau mutlak. Jika bukan politik persahabatan justeru bukan kemajuan.

Bukankah kepentingan yang mengungguli seluruh pandangan dan sikap politik, baik secara individual maupun institusional. Tetapi, kemungkinan untuk membangun politik persahabatan berdasarkan kepentingan tentu terbuka dibicarakan bagaimana wujudnya.

Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi dalam wacana politik sepanjang ada kemiripan asas, platform, dan komunikasi, yang bermuara pada satu atau lebih kepentingan.

Taruhlah misalnya, dua parpol ingin menjalin koalisi, yang pertama bagaimana mengartikulasikan kepentingan masing-masing dengan melihat kemiripan asas kebangsaan. Ada kemungkinan koalisi parpol dijejaki lantaran kesesuaian irama dan komunikasi politik yang dibangun sebelumnya.

Meskipun ada kemiripan asas kebangsaan yang terbentuk, belum tentu juga dengan mudah terjalin komunikasi yang nyaman dan serasi antarparpol.

Jalinan komunikasi politik memengaruhi proses pembentukan koalisi. Ketika suasana ketidakbersahabatan terjadi antarparpol, maka besar kemungkinan akan sulit membentuk koalisi.

Sejatinya, syarat dan citra persahabatan dalam politik tercermin dari apa, siapa, dan bagaimana elite politik itu sendiri.

Lain halnya, ketika kebuntuan politik bisa terjadi karena masing-masing elite parpol bertahan pada pandangan dan sikap, yang mungkin dipicu oleh 'keseleo lidah' atau saling menonjolkan apa prestasi atau capaian kinerja antarelite politik.

Saling menonjolkan apa capaian kinerja dan perannya dalam membangun bangsa disertai saling menyindir, sekalipun memiliki kemiripan asas parpol.

Termasuk dalam sepak terjang parpol melalui peristiwa politik dengan apa yang disebut pemilihan umum atau perhelatan pemilihan presiden (pemilu, pilpres).

Kata lain, perbedaan politik berasal dari asas, flatform, dan komunikasi, yang sebetulnya juga merupakan modal untuk membangun politik persahabatan antarparpol yang ada.

Berawal dari sentilan dan sindiran dengan nada kurang bersahabat itulah membuat jalinan komunikasi politik akan terganggu, tidak akur hingga sudah sulit merekatkan kembali hubungan politiknya.

Patut diakui memang politik persahabatan dalam jangka waktu yang bisa ditentukan mungkin nilai yang ditawarkan didalamnya tidak begitu laris. Ia mungkin hanya sebatas pembicaraan sambil lalu dari kalangan tertentu di tanah air kita.

Bagi Machiavelian, politik persahabatan merupakan hal yang mustahil. Baginya, politik persahabatan tidak lebih dari bualan dan kasih sayang politik yang sekarat.

Politik harus bermain untuk menentang kebajikan. Ia menolak politik nilai karena politik persahabatan adalah nilai yang diratapi oleh Machiavelian. Pintu politik persahabatan politik di tutup rapat-rapat.

Apa itu fatsun politik? Apa itu politik nilai? Jawaban yang dianggap kekanak-kanakan atas dua pertanyaan, sekalipun sebagian pihak menganggapnya lelucon konyol tidak lain adalah politik persahabatan.

Istilah 'politik persahabatan' pertama kali diperkenalkan oleh Jacques Derrida, pemikir dan filsuf dari Perancis.

Mengapa seorang Derrida saja yang memperkenalkan konsep politik persahabatan? Apa tidak ada yang lain?

Selama ini, tema perbincangan politik masih di sekitar pengetahuan politik secara umum. Untuk memenuhi selera pribadi dan kemungkinan tidak menarik untuk dibicarakan, maka boleh saja seseorang menawarkan atau menyebutkan siapa kira-kira yang direpresentasi sebagai sang pemikir politik dalam kaitannya dengan frasa atau istilah 'politik persahabatan'.

Secara pribadi dan untuk membebaskan saya dari serba subyektif, lalu memilih Derrida diantara tokoh dunia dan dalam negeri.

Permasalahan akademik mungkin bisa terjadi karena istilah politik persahabatan belum ditemukan kerangka teoritisnya.

Apa yang Dibicarakan?

Derrida dalam The Politics of Friendship (2005) nampak lebih memilih pendekatan ontologis terhadap wacana politik persahabatan. Teks Derrida memungkinkan lebih siap untuk dibaca atau diabaikan.

Bisa juga, secara pribadi melihat istilah tersebut sekelebat dan sekepingan saja dari apa yang dimaksudkan oleh Derrida sendiri.

Jika kita membaca teks Derrida, politik persahabatan mungkin mirip dengan politik kebangsaan, yang digaungkan oleh seorang politisi tanah air.

Politik persaudaran rupanya tidak memiliki definisi yang baku. Derrida hanya menafsirkan teks Aristoteles dan teks Nietzsche, yang secara terbuka dibaca sebagai jejak politik persahabatan dalam kondisi kekinian.

Jangankan Aristoteles dan Nietzsche, sedangkan Derrida saja belum dikenal secara dekat. Dia sudah dikenal oleh para pengkaji pemikiran barat genre postrukturalis secara lebih fasih.

Tidak apalah membaca pemikiran yang berat-berat dicerna oleh otak. Yang penting usahakan bagaimana setelah membaca buku novel, secara pelan dan bertahap juga membaca buku aneh dari luar. Itu pun jika anak-anak muda berminat membacanya.

Sesekali mencomot ide dari luar lewat buku yang mungkin relevan dengan kehidupan sehari-hari. Termasuk belajar filsafat kehidupan diminati oleh sebagian orang.

Rangkaian peristiwa  yang mendekati kalimat, seperti: "Kami berbicara pada mereka." Satu langkah lagi setelah setiap orabg dalam suasana penuh keakraban berarti bersyarat menjadi politik persahabatan. Dimulai kapan dan dengan siapa orang berbicara.

Safari atau pertemuan politik memungkinkan setiap orang yang terjun ke dunia politik untuk melakukan pembicaraan dua arah atau lebih. Untuk mencuri hati rakyat atau dukungan lebih luas, maka satu cara, diantaranya politik persahabatan.

Katakanlah, penyeru politik persahabatan berasal dari orang yang ingin capres sedang atau berbicara dengan orang dari parpol yang berbeda.

Selera persahabatan  menghadirkan suasana yang cair. Bahasa politik yang terucap adalah bahasa yang tidak lazim digunakan dalam bahasa anak gaul, yang berbeda dengan bahasa di tempat belanja emak-emak. Bahasa politik menjadi bahasa persaudaraan tanpa jarak antara kita dan mereka atau aku dan Anda. Lebih besar peluang bagi keakraban jika tanggungjawab akan kehidupan bersama tanpa sekat-sekat antara orang luar dan orang dalam.

Karena itu, ketika orang manggil Anda untuk bergabung dengan organisasi politik, sebelum dan langkah menuju pembicaraan berikutnya menandakan persahabatan terasa tidak sulit terjalin.

Sebaliknya, jika Anda membuang muka saat diajak bicara oleh orang disampingnya di ruang pertemuan politik akan menimbulkan prasangka lain. "Aku berbicara pada Anda," "Mohon, berbicaralah padaku!" Jadi, menimpali pembicaraan orang di samping Anda menandakan sebagai kebajikan tersendiri.

Memikirkan persahabatan dengan suasana keterbukaan atau dalam suasana hati yang plong, maka orang yang sebelumnya akan melawan atau menyindir kita bisa seketika buyar dengan sendirinya.

Suatu ketika orang akan tahu, betapa pentingnya membangunan persahabatan dalam keakraban, dalam keterbukaan. Mungkin hari tidak, mungkin lusa terjadi persahabatan dalam keakraban. Persahabatan atas dasar kasih sayang atau cinta menjadikan sesuatu yang gaduh dan cekcok tidak berarti apa-apa.

Mungkin persahabatan dalam keakraban sebagai nilai kebajikan dicemooh oleh pihak lain. Orang yang tadinya punya itikad buruk pada Anda, sempat berpikir ulang ketika politik kembali dalam pengertian yang berbeda dan mendasar antara 'cinta kebijaksanaan' dengan kata policy, yang secara harfiah berarti kebijakan.

Perpecahan dan perseteruan bersifat non dialektika, yang diantaranya ditandai dengan dimana ada gontok-gontokan, berseru hingga saling menyerang, maka di situ ada akur, damai, dan bersatu kembali. Politik persahabatan bukanlah demikian gambarannya.

Sebagai tanda kemungkinan, politik persahabatan tidak bergantung pada seberapa cepat perubahan terjadi dalam politik praktis. Pergerakan melingkar, zigzag atau spiral bergantung gaya permainan poliik.

Terlepas apakah persahabatan untuk dirinya sendiri, setiap permainan kata diupayakan mengalir keluar. "Mereka sahabat, ah, bukan sahabat." "Anda bukan sahabat, nah, dia sahabatku."  Coba kita bandingkan dengan kata-kata seperti 'seseorang mencintai lawan politiknya' atau 'seseorang membenci permusuhan politik',  Di sini perlu dibalik, 'musuhku adalah sahabatku'.

Seseorang mungkin punya impian lain tatkala persahabatan merupakan hal asing dan sumbang kedengaran. Hal mustahil pula jika persahabatan bisa langgeng selamanya dalam dunia politik. Satu kedekatan antara persahabatan dan perseteruan adalah sama-sama memilih kenikmatan.

Aneh tetapi nyata. Politik persahabatan tanpa ikatan darah pernikahan, tanpa ikatan janji sehidup semati, dan tanpa ikatan keluarga.

Mustahil yang tidak mustahil dalam.politik. Prakarsa tercetus dalam ruang pribadi manakala setiap orang mesti berlapang dada menerima kekurangan dan kelebihan sahabat. Sekeras-kerasnya permainan politik, rasanya sulit seseorang untuk menjawab atas pertanyaan tentang persahabatan yang rela hidup bersama dalam suka dan duka.

Paling menantang terhadap persahabatan adalah balas dendam.atau kebencian yang didasari oleh motif politik. "Musuhku tetap musuhku." Padahal tidak ada dua ujung ekstrim sepanjang apa yang terjadi sekarang belum tentu akan terjadi besok.

Sang penyeru politik persahabatan sadar bahwa lebih mudah diucapkan daripada diwujudkan dalam kehidupan politik.

Semuanya ada tantangannya dan semuanya ada jalannya sebelum bergabung dalam suasana persaudaraan, tanpa kepura-puraan.

Ketidakpercayaan kita mungkin tidak menandakan tercipta jurang komunikasi politik. Sahabat mungkin masih hati-hati untuk memilih keputusan yang tepat. Sosok sahabat mungkin belum menyiapkan makanan cepat saji agar keterusterangan berbicara dipenuhi oleh kedua belah pihak.

Sosok sahabat tidak berada dalam kebencian atas yang lain, yang menyamarkan kedekatan asas, platform, dan komunikasi politik. Memang juga mungkin bisa terjadi, bukan jarak, melainkan kedekatan sebelum persahabatan terjalin.

Selain itu, kita sudah diberitahukan oleh pemikir, dimana politik dan filsafat berbeda. Politik bersama intrik dan manuver. Filsafat persahabatan sebagai nilai mengajukan permasalahan baru, mengangkat permasalahan atas permasalahan atau menggugat kebenaran.

Perbedaan antara politik dan filsafat yang dihubungkan dengan politik persahabatan tidak berarti ada pertentangan didalamnya.

Secara lebih sederhana, politik dan filsafat dalam bahasa apapun yang digunakan orang, keduanya berbeda, tetapi tidak terpisahkan.

Berbagai manuver dan intrik yang dijalankan oleh individu atau institusi tidak bisa hanya dijelaskan dengan kacamata politik. Ada suasana dan tujuan yang dianggap strategis oleh politik, tetapi tidak bagi persahabatan, atau sebaliknya. Sudah tentu, politik persahabatan bergerak secara bertahap, yang seiring dengan wacana politik yang berkembang.

Politik pesahabatan memunculkan permasalahan etika karena kegiatan manuver, berita bohong atau intrik politik yang liar.

Wacana politik tidak berarti bisa seenak perutnya untuk membingungkan cara berpikir kita tentang politik persahabatan. Titik awal kehidupan politik persahabatan mesti dimulai dari komitmen kuat dari parpol.

Bagaimana mungkin parpol ingin melakukan perubahan kolektif, sementara pesahabatan belum terjalin dan belum siap menghadapi perubahan. Itulah sebabnya terjadi tarik-menarik antara yang mendukung dan yang menolak ambang batas presidensial. Bukan hanya urusan politik, tetapi juga keterlibatan hukum untuk menyelesaikan duduk perkaranya.

Namum demikian, politik persahabatan jika disepakati untuk dijalankan, sekalipun tanpa pendekatan hukum.

Hal itu bisa dilakukan orang atau institusi politik jika bersedia untuk membicarakan tentang pentingnya pergerakan anti balas dendam terhadap lawan politik. "Musuhku adalah diriku sendiri," "Saudara, aku mencintai musuh, yang bukan musuhku." Politik persaudaraan bisa memproyeksikan sebuah citra kepemimpinan bangsa yang jauh dari dendan dan kebencian.

Pertentangan yang nyaris tidak ada habis-habisnya menguras energi atas nama dinamika politik atau atas nama selera demokrasi.

Disitulah politik persaudaraan merangsang dirinya dengan kehadiran dinamika dan pertentangan tajam antarparpol. Kita ingin membicarakan sesuatu yang strategis dan menyepakati dengan perbedaan yang tidak terhindarkan.

Seseorang kehilangan percaya diri karena dipicu oleh orang lain yang masih dianggap musuh bebuyutan. Kala politik persahabatan muncul dalam dirinya, lantas dia berkata: "Aku tidak hilang sama sekali dari duniaku," "Sahabatku yang menemaniku." Apapun yang terjadi dan dalam keadaan apapun, dia, kita, dan mereka adalah sahabatku." Tanpa berlebihan mungkin itulah yang disebut 'ikatan sejati'.

Yang agak mengusik dan kocak, jika ada orang mengajukan pertanyaan tentang hubungan politik persahabatan dengan sembako, alat kecantikan dan kebugaran, peternak sapi, penjual kopi hingga pelancong luar negeri.

Lihatlah politik persahabatan! Satu pertanyaan lugu terjun bebas. Mengapa masih ada jurang antara si kaya dan si miskin? Ada apa antara kita dan mereka, orang luar dan orang dalam?

Apa yang kita lihat hanyalah peristiwa yang silih berganti muncul di atas pentas politik. "Sahabat kita dan tidak ada sahabat," "mereka musuh dan tidak ada musuh." Kita menyebutnya demikian bukan karena pilihan, tetapi sahabat dan musuh tidak ada dalam dua kata. Sahabat dan musuh tidak ada dalam tanggungjawab bersama.

Tiga Hal Seteru Parpol

Secara ringkas, marilah kita melihat apa yang terjadi dengan parpol. Tidak ada maksud untuk menafikan nilai kebajikan politik. Berikut ini setidak-tidaknya ada 3 (tiga) hal yang diperseterukan oleh parpol muncul ke permukaan.

Pertama, seteru soal tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan. Lawan politik (Demokrat) menyatakan: "Tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan yang sedang berjalan didukung oleh PDIP namlak menurun karena ketidaksigapan mengatasi permasalahan-permasalahan yang nyata di depan mata."

Partai Demokrat sejak semester pertama 2022 sudah menilai tingkat kepuasan publik tersebut betapa berbeda dengan mantan pucuk pimpinan mereka sewaktu menjadi presiden di republik ini.

Kedua, seteru terhadap proyek bermasalah dan gunting pita. Institusi politik yang terlibat dalam seteru tersebut, yaitu Demokrat, PPP, dan PDIP.

Sentilan pun terjadi antara dua kubu. PPP sebagai bagian dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mengungkit kembali kasus proyek Hambalang, dimana Demokrat sebagai partai pendukung utama pemerintahan saat itu merasa tersinggung.

Seteru makin seru karena   menyerempet pula satu ungkapan 'tinggal gunting pita' proyek infrastruktur, yang selesai ketika Demokrat tidak berjaya lagi.

Sedangkan PDIP lewat juru bicaranya menyorot skandal Bank Century, yang dananya ditengarahi untuk pemenangan pemilu. Serangan balik PDIP terhadap Demokrat berupa kecurangan pada pemilu yang sudah berlalu.

Tindakan balasan dilakukan oleh PDIP untuk mengungkap borok pemilu sehabis sang elite utama Demokrat "turun gunung" yang diakui sedang mencium aroma lain dari politik pemilu.

Ketiga, soal kenaikan harga BBM. Dalam pembacaan media, Demokrat berseteru dengan PDIP, yang saling menyerang sebagai dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM. Atas dasar kebijakan yang dianggap tidak pro rakyat menuai aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM, yang dimotori massa mahasiswa dan buruh.

Melalui juru bicaranya dan pernyataan agar kader Demokrat tidak perlu menangis saat menyampaikan argumentasi penolakan atas kenaikan harga BBM.

Pernyataan tersebut segera dibalas oleh kader sekaligus anggota parlemen dari Fraksi PDIP. Apa argumentasinya?

Dia menyatakan, jika di zaman SBY lebih besar kenaikan harga BBM ketimbang pemerintahan Jokowi yang sedang berjalan. Menaikkan harga BBM lebih mahal dari rezim sebelumnya ketimbang rezim yang sedang berjalan.

Kader PDIP juga menambahkan argumentasi dengan dukungan data. Ada mafia yang teroganisir di zaman SBY, yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral) sebagai bekas anak perusahaan Pertamina.

Dalam kurun waktu enam bulan setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden tahun 2015, maka Petral yang perkasa dibubarkan. Argumentasi yang menarik dari dua kubu tidak membuat akur menjelang pemilu.

Semua bentuk seteru antarparpol tersebut terjadi sepanjang semester pertama dan kedua, September 2022 pemerintahan Jokowi.

Melihat momen perseteruan tersebut, terbagi garis antara politik dan apolitik persahabatan, yang dianggap begitu cepat sebagai pengawalan yang tidak bersyarat. Persahabatan hanya bisa eksis antara keterbukaan dan itikad baik.

Keterbukaan dan itikad baik bisa juga berdasarkan nalar politik. Keselarasan tumbuh secara alami, tetapi juga perlu ada rekayasa untuk melahirkan persahabatan.

Persahabatan terjalin  antara dua pria, yang seperti saudara sendiri seiring dengan gairah cinta karena bagian dari prinsip politik. PDIP, Demokrat, dan parpol lain yang berseteru bertemu dan saling menyapa dengan cinta persahabatan.

Ungkapan cinta bukan hanya kata romantis, tetapi juga jawaban atas pertanyaan  yang berbunyi 'mengapa' dan 'kapan' berakhir perseteruan. Nada menggombal "aku mencintai saudara," seakan-akan merasuk dalam jiwa, tanpa tipuan dan pura-pura.

Persahabatan sebagai prinsip politik dicari dan ditemukan dalam diri sendiri. Ia tidak bergantung pada faktor demografi.

Saling bertemu saat momen penting maupun sesuatu yang biasa-biasa saja akan memupuk dan menyebarkan persahabatan. Kata persahabatan melebihi kepentingan sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun