Apa yang kita lihat hanyalah peristiwa yang silih berganti muncul di atas pentas politik. "Sahabat kita dan tidak ada sahabat," "mereka musuh dan tidak ada musuh." Kita menyebutnya demikian bukan karena pilihan, tetapi sahabat dan musuh tidak ada dalam dua kata. Sahabat dan musuh tidak ada dalam tanggungjawab bersama.
Tiga Hal Seteru Parpol
Secara ringkas, marilah kita melihat apa yang terjadi dengan parpol. Tidak ada maksud untuk menafikan nilai kebajikan politik. Berikut ini setidak-tidaknya ada 3 (tiga) hal yang diperseterukan oleh parpol muncul ke permukaan.
Pertama, seteru soal tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan. Lawan politik (Demokrat) menyatakan: "Tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan yang sedang berjalan didukung oleh PDIP namlak menurun karena ketidaksigapan mengatasi permasalahan-permasalahan yang nyata di depan mata."
Partai Demokrat sejak semester pertama 2022 sudah menilai tingkat kepuasan publik tersebut betapa berbeda dengan mantan pucuk pimpinan mereka sewaktu menjadi presiden di republik ini.
Kedua, seteru terhadap proyek bermasalah dan gunting pita. Institusi politik yang terlibat dalam seteru tersebut, yaitu Demokrat, PPP, dan PDIP.
Sentilan pun terjadi antara dua kubu. PPP sebagai bagian dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mengungkit kembali kasus proyek Hambalang, dimana Demokrat sebagai partai pendukung utama pemerintahan saat itu merasa tersinggung.
Seteru makin seru karena  menyerempet pula satu ungkapan 'tinggal gunting pita' proyek infrastruktur, yang selesai ketika Demokrat tidak berjaya lagi.
Sedangkan PDIP lewat juru bicaranya menyorot skandal Bank Century, yang dananya ditengarahi untuk pemenangan pemilu. Serangan balik PDIP terhadap Demokrat berupa kecurangan pada pemilu yang sudah berlalu.
Tindakan balasan dilakukan oleh PDIP untuk mengungkap borok pemilu sehabis sang elite utama Demokrat "turun gunung" yang diakui sedang mencium aroma lain dari politik pemilu.
Ketiga, soal kenaikan harga BBM. Dalam pembacaan media, Demokrat berseteru dengan PDIP, yang saling menyerang sebagai dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM. Atas dasar kebijakan yang dianggap tidak pro rakyat menuai aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM, yang dimotori massa mahasiswa dan buruh.