"oh hai, wa'alaikumussalam. Iya" Â jantungku berdentam-dentam.
Dia menyapaku untuk pertama kalinya.
Di teras mesjid ini nyaris tak ada orang. Hampir semua siswa telah menyelesaikan shalatnya dan bergegas ke kantin atau kelas untuk keperluan masing-masing. Sementara aku, sengaja menunda waktu keluar hanya untuk menghindari orang yang kini malah menyapaku.
"aku, bisa bicara?" tanya Rafli sambil tersenyum tipis.
Aku mengangguk, sambil melanjutkan menalikan sepatuku. Kemudian duduk di pembatas teras mesjid dan lorong kelas.
"tentang apa ya?" tanyaku saat melihat Rafli hanya diam memerhatikan sepatunya.
Lantas ia duduk tak jauh dariku
"kita kan sebentar lagi UN. Setelah itu kita pasti disibukkan dengan persiapan masuk universitas" aku mengangguk-angguk, berharap waktu segera berakhir meski sudut hatiku bersorak ketika akhirnya aku bisa berduaan dengannya.
Lelaki idaman.
Dia menarik nafas dan melirikku sebentar.
"mmmmh, kita mungkin baru pertama kali bertegur sapa. Mmmh, ya mengingat kita mengambil ekskul yang berbeda" 2 kali dia menggunakan kata kita. Oh Tuhan, maafkan aku karena begitu senang mendengarnya.