Dunia karya sastra dan budaya mengalami peningkatan pesat yang mampu menghadirkan beragam jenis bacaan sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Hal tersebut erat kaitannya dengan aktivitas konsumsi dan produksi budaya.Â
Menurut Purnomo (dalam Mushlihah, 2020, h. 109-124) karya sastra merupakan hasil dari budaya yang merepresentasikan masyarakat dan setiap sistem yang ada didalamnya, yaitu kekuasaan, nilai-nilai, kepentingan, ekonomi, politik, dll.Â
Dalam perspektif cultural studies karya sastra mengacu pada representasi dan ideologi.Â
Setiap karya sastra yang ada turut meliputi nilai-nilai, kekuasaan serta ideologi yang ingin disampaikan penulis kepada para pembaca nya.Â
Perkembangan karya sastra saat ini tidak lepas dari adanya peranan para Indonesianis yang turut andil dalam produksi maupun reproduksi budaya, yaitu Berthold Damshuser dan M.C. Rickefs.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia kaya akan budaya nya. Namun, jika dibandingkan dengan budaya seperti tarian, wayang, dan pakaian adat, budaya tulis menulis masih minim di kalangan masyarakat.Â
Eksistensi karya sastra Indonesia masih terbilang sedikit. Hal ini terlihat dari banyaknya karya sastra seperti puisi, novel ataupun cerpen yang masih belum diperkenalkan secara global dan masih belum diterjemahkan dalam bahasa asing atau masih dalam bahasa Indonesia (Hening, 2018, h. 169).Â
Apabila kita menengok negara lain, seperti Jerman yang karya sastranya telah mendunia dan banyak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, karya sastra Indonesia masih minim yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Jerman.Â
Hingga akhirnya kedatangan Berthold Damshuser yang merupakan seorang Indonesianis sekaligus pengajar bahasa dan sastra Indonesia di Institut fr Orient-und Asien Wissenschaften (Lembaga Kajian Asia) di Universitas Bonn tertarik dengan sastra Indonesia dan mulai menerjemahkan banyak karya puisi dari Jerman ke dalam bahasa Indonesia dan puisi Indonesia ke dalam bahasa Jerman.Â
Banyak karya yang sudah diterjemahkan oleh Berthold Damshuser yaitu puisi Paul Celan, Bertolt Brecht, Goethe dan sekitar 25 cerpen Indonesia termasuk karya Pramoedya Ananta Toer, Umar Kayam, Ayu Utami, serta Oka Rusmini.Â
Melihat hal tersebut, bagi saya penerjemah memiliki peranan yang penting dalam perkembangan karya sastra di Indonesia.Â
Setiap upaya yang dilakukan Berthold Damshuser dalam menghantarkan karya sastra Indonesia dalam kancah Internasional mulai menjadi awalan yang baru hingga saat ini karya sastra Indonesia mulai mengalami perkembangan dan setiap karyanya dapat dinikmati oleh dunia secara lebih luas.Â
Perkembangan karya sastra juga secara otomatis akan memiliki peran dalam meningkatkan budaya literasi di Indonesia yang masih terbilang rendah.
Di sisi lain, seiring berjalannya waktu mulai banyak sejarawan yang memperkenalkan sejarah Indonesia kedalam berbagai bentuk, salah satunya karya sastra tulisan.Â
Namun, pada saat itu kebanyakan penulisan sejarah Indonesia menggunakan perspektif asing atau kolonial.Â
Hal tersebut dikarenakan saat itu banyak orang yang meragukan kredibilitas sumber sejarah yang ditulis oleh seseorang dari Jawa langsung, karena dianggap nya kurang rasional dan cenderung mistis (Rickefs, 2014, h.11).Â
Hingga akhirnya pada tahun 1970-an, seorang Indonesianis asal Australia M.C. Rickefs menulis sejarah Jawa yang mengacu pada naskah Babad sebagai sumber utamanya.Â
M.C. Rickefs tidak pantang menyerah untuk menyakinkan orang-orang bahwa naskah Babad memiliki nilai yang kuat untuk mempelajari berbagai hal mengenai Jawa, sehingga kita dapat melihat dari perspektif Jawa atas apa yang mereka alami sendiri.Â
M.C. Rickefs dalam karya nya yang berjudul "Babad Giyanti: Sumber Sejarah Dan Karya Agung Sastra Jawa" menguak mengenai Babad Giyanti yang dapat diandalkan sebagai sumber sejarah Jawa dan menceritakan secara detail sejarah Jawa dari runtuhnya Keraton Kartasura pada 1742 hingga kembalinya Susuhunan Pakubuwana II kepada keratonnya pada akhir tahun (Rickefs, 2014, h.11).Â
Produksi budaya yang dilakukan M.C Rickefs dengan menggunakan sumber perspektif Jawa merupakan sebuah terobosan yang baik, dimana penting untuk melihat perspektif dari Indonesia sendiri yang notabene jauh lebih dekat kepada lingkungan tersebut jika dibandingkan dengan sumber-sumber milik Belanda.
Hal tersebut sekaligus juga menunjukkan bahwa hasil karya asli orang Indonesia juga tidak kalah jika dibandingkan dengan karya milik bangsa lain.Â
DAFTAR PUSTAKA
Mushlihah, Q. N. (2020). Proses Konstruksi Indentitas Pembaca Karya Sastra Jawa di Kalangan Anak Muda Urban. Journal of Information and Library Science, 11(2), 106-124. Diakses dari https://e-journal.unair.ac.id/palimpsest/article/view/24195Â
Rickefs, M. C. (2014). Babad Giyanti: Sumber Sejarah Dan Karya Agung Sastra Jawa. Jumantara, 5(2), 11-25. Diakses dari https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/view/005002201402/149
Hening, I. (2018). Perkembangan Penerjemahan Novel Indonesia ke Bahasa Jerman Periode 1980-an Sampai 2000-an. Diakses dari https://dokumen.tips/download/link/perkembangan-penerjemahan-novel-indonesia-ke-penerjemahan-novel-indonesia-ke-bahasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H