Banyak karya yang sudah diterjemahkan oleh Berthold Damshuser yaitu puisi Paul Celan, Bertolt Brecht, Goethe dan sekitar 25 cerpen Indonesia termasuk karya Pramoedya Ananta Toer, Umar Kayam, Ayu Utami, serta Oka Rusmini.Â
Melihat hal tersebut, bagi saya penerjemah memiliki peranan yang penting dalam perkembangan karya sastra di Indonesia.Â
Setiap upaya yang dilakukan Berthold Damshuser dalam menghantarkan karya sastra Indonesia dalam kancah Internasional mulai menjadi awalan yang baru hingga saat ini karya sastra Indonesia mulai mengalami perkembangan dan setiap karyanya dapat dinikmati oleh dunia secara lebih luas.Â
Perkembangan karya sastra juga secara otomatis akan memiliki peran dalam meningkatkan budaya literasi di Indonesia yang masih terbilang rendah.
Di sisi lain, seiring berjalannya waktu mulai banyak sejarawan yang memperkenalkan sejarah Indonesia kedalam berbagai bentuk, salah satunya karya sastra tulisan.Â
Namun, pada saat itu kebanyakan penulisan sejarah Indonesia menggunakan perspektif asing atau kolonial.Â
Hal tersebut dikarenakan saat itu banyak orang yang meragukan kredibilitas sumber sejarah yang ditulis oleh seseorang dari Jawa langsung, karena dianggap nya kurang rasional dan cenderung mistis (Rickefs, 2014, h.11).Â
Hingga akhirnya pada tahun 1970-an, seorang Indonesianis asal Australia M.C. Rickefs menulis sejarah Jawa yang mengacu pada naskah Babad sebagai sumber utamanya.Â
M.C. Rickefs tidak pantang menyerah untuk menyakinkan orang-orang bahwa naskah Babad memiliki nilai yang kuat untuk mempelajari berbagai hal mengenai Jawa, sehingga kita dapat melihat dari perspektif Jawa atas apa yang mereka alami sendiri.Â
M.C. Rickefs dalam karya nya yang berjudul "Babad Giyanti: Sumber Sejarah Dan Karya Agung Sastra Jawa" menguak mengenai Babad Giyanti yang dapat diandalkan sebagai sumber sejarah Jawa dan menceritakan secara detail sejarah Jawa dari runtuhnya Keraton Kartasura pada 1742 hingga kembalinya Susuhunan Pakubuwana II kepada keratonnya pada akhir tahun (Rickefs, 2014, h.11).Â