3. Tidak menuntut anak atau pihak sekolah agar anak mereka belajar  dengan kecepatan belajar yang sama dengan anak-anak lain
  pada umumnya.
4. Bersedia bekerjasama dengan pendidik dan terapis dalam proses mengejar ketertinggalan dan progress berikutnya dari anak
   mereka.
Hal itu bisa dilakukan melalui buletin/ artikel website sekolah, konseling pribadi dengan orangtua, buku penghubung dan grup khusus wa dan konseling kelompok orangtua berkebutuhan khusus. Selamat berjuang bapak/ ibu dan para guru hebat. Anak berkebutuhan khusus bukanlah produk gagal, melainkan anugerah tersendiri bagi semua orang yang bersentuhan dengannya untuk menemukan kejujuran yang sejati dari kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H