"Mbak ke sana ada urusan apa?" Ini masih termasuk dari basa-basi penumpang Bus. Pemuda itu terus mencari topik pembicaraan sambil memecah lengang di antara mereka, pasalnya mereka saat ini duduk bersebelahan, tapi tidak rapat ya. Masih ada jarak. Sementara gadis itu, terlihat biasa saja. Dia memang tidak suka berbasa-basi.Â
Sementara hujan di luar mulai reda, meski mentari masih enggan untuk muncul.Â
"Bagus Mbak ambil jurusan hukum, memang hukum di Indonesia ini perlu dibenah dari banyak aspek. Miris sekali jika melihat nenek yang mengambil kayu di kebunnya sendiri tapi masih di pidana."Â
 Gadis itu hanya tersenyum. Bingung mau menanggapi apa. Si gadis itu beharap, pemuda ini paham jika dia tidak suka terlalu banyak bicara.Â
"Bisa tukeran Instagram, Mbak?" ucap pemuda itu selang beberapa menit kemudian. Ririn gadis itu menyebutkan akunnya. Lumayan lah nambah followers, benaknya.Â
Dari situ Ririn tau, jika pemuda di sampingnya ini mempunyai nama lengkap, Muhammad Zidan Al Fatih. Nama yang bagus, entah apa artinya. Tapi setiap orang tua memberikan nama bagi anaknya tentu ada doa yang disematkan di dalamnya.
Di akun Instagram itu, ternyata pemuda ini seorang hafidz penghafal Al-Qur'an, sering membagikan konten-konten dakwah dan shalawat. Ririn akui suaranya bagus. Tidak bikin sakit telinga.Â
Sayangnya kisah di Bus ini harus terputus. Bus udah memasuki gerbang terminal, Ririn harus turun berjalan sedikit untuk sampai pada kampusnya.Â
"Sudah sampai terminal, Mas. Saya turun duluan ya. Assalamualaikum," ucap Ririn mengakhiri pertemuan singkat mereka.Â
Pemuda itu menjawab salamnya pelan, hampir tidak terdengar. Ririn sudah terlanjur turun. Berlari-lari kecil di antara pedangan asongan yang juga tergesa-gesa menuju Bus untuk menawarkan dagangannya.Â
"Semoga bertemu lagi." Ada yang diam-diam menaruh harap dalam hati.Â