Kalian percaya sebuah kebetulan yang memang benar-benar kebetulan? Disitulah kebetulan itu terjadi. Ada yang memang sudah digariskan oleh Tuhan untuk bertemu. Tempat, waktu dan suasana sudah disetting sedemikian rupa oleh Tuhan. Kita hanya akan menjadi tokoh yang berperan dalam cerita itu.
"Mau kemana, Pak?" Pemuda itu bertanya pada bapak-bapak paruh baya yang duduk di samping kanannya. Dan di gadis itu duduk di samping kirinya.Â
"Ke Mojokerto, Nak. Kamu sendiri mau ke mana?" Bisa apak itu bertanya balik.Â
"Ke Jombang, Pak." Pemuda itu tersenyum.Â
"Wah cukup jauh juga ya." Percakapan itu masih berlanjutnya dengan dua pertanyaan lagi. Khas sekali bagi orang yang suka basa-basi.
Gadis di samping pemuda itu diam saja. Acuh dengan sekitar. Lagipula dia tidak terlalu suka menyapa orang di sampingnya saat naik Bis. Dia memilih sibuk dengan handphone di tangannya. Meski tidak tahu apa yang harus dibuka di handphone-nya, sedangkan telfon dari temannya yang bernama Lisa itu sudah terputus dua puluh menit yang lalu.
"Mbak mau kemana?" Tiba-tiba pemuda itu menyapa. Basa-basi sekali. Gadis itu terperangah.Â
"Terminal, Mas," jawabannya singkat. Basa-basi kadang memang perlu, tapi kalau terlalu panjang nanti tinggal basinya doang.Â
"Masnya sendiri mau ke mana." Gadis itu juga ikutan basa-basi bertanya. Biar sekalian basi.Â
"Ke Jombang, Mbak, mau ke pesantren. Mbak nya ini aslinya dari mana?" Gadis itu menyebut kotanya.Â
Lama mereka saling diam, sibuk dengan handphone masing-masing. Si gadis merasa tidak perlu melanjutkan percayakan. Tapi ternyata ada yang diam-diam juga ingin terus melanjutkan pertanyaannya. Baginya, menangkap perasaan baru itu menyenangkan. Tapi ini tidak bisa disebut perasaan, pemuda itu masih tidak bisa menentukan maksud hatinya.Â