Globalisasi membuka peluang bagi dakwah untuk menjangkau lebih banyak orang di seluruh dunia. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan penyebaran pesan-pesan Islam secara cepat dan luas. Di sisi lain, globalisasi juga menghadirkan tantangan bagi dakwah, seperti arus informasi yang beragam dan terkadang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, budaya global yang serba permisif dan individualistis, serta munculnya paham-paham sekuler dan liberal yang mengikis nilai-nilai keagamaan.
Dalam konteks ini, dakwah di era globalisasi membutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Para dai dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pesan-pesan Islam agar tetap relevan dan efektif dalam menjawab kebutuhan zaman.
Oleh karena itu, penting untuk memahami tantangan dan peluang dakwah di era globalisasi, serta merumuskan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa dakwah tetap menjadi kekuatan yang positif dalam membangun masyarakat yang berakhlak mulia dan bermartabat.
Dakwah di era globalisasi mengacu pada upaya menyebarkan ajaran Islam di tengah perkembangan teknologi informasi yang pesat dan perubahan sosial budaya akibat globalisasi. Globalisasi, yang ditandai dengan "konektivitas kompleks" antar negara, budaya, dan masyarakat, menawarkan peluang dan tantangan tersendiri bagi dakwah. Melalui berbagai platform digital seperti media sosial, website, dan aplikasi komunikasi, dakwah dapat menjangkau lebih banyak orang dari berbagai belahan dunia tanpa terbatas oleh jarak geografis.
Di sisi lain, globalisasi juga membawa pengaruh budaya luar yang dapat melemahkan nilai-nilai lokal dan agama. Di sinilah peran penting dakwah dalam memperkuat identitas Islam di tengah arus budaya global yang homogen, yang sering kali mengedepankan materialisme dan hedonisme. Dakwah di era ini juga harus menekankan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai dalam masyarakat yang semakin multikultural akibat globalisasi.Â
Seiring dengan perkembangan zaman, terutama di era globalisasi, dakwah menghadapi berbagai tantangan baru yang memerlukan pendekatan berbeda. Globalisasi, yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, turut membawa perubahan besar dalam dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya umat manusia.Â
Tantangan yang muncul dari globalisasi tidak hanya melibatkan aspek-aspek teknis, tetapi juga ideologis dan kultural. Oleh karena itu, para da'i dihadapkan pada tugas besar untuk menyesuaikan metode dakwah mereka dengan kondisi baru yang dipengaruhi oleh globalisasi. Adapun Tantangan Dakwah du era globalisasi sebagai berikut.
- Perkembangan Teknologi Informasi
Globalisasi membawa dampak besar dalam perkembangan teknologi informasi. Internet dan media sosial telah mengubah cara informasi disampaikan dan diterima oleh masyarakat. Di satu sisi, kemajuan ini menjadi peluang besar bagi dakwah karena pesan-pesan keislaman dapat disampaikan lebih cepat dan luas. Namun, di sisi lain, teknologi ini juga menghadirkan tantangan berupa arus informasi yang sulit dikontrol.Â
Banyak informasi yang simpang siur, hoaks, atau bahkan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Islam yang mudah diakses oleh siapa saja. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan di kalangan umat, terutama mereka yang kurang memiliki dasar pengetahuan agama yang kuat. Da'i harus mampu memanfaatkan media ini secara efektif dan bijak untuk menyebarkan dakwah yang akurat dan relevan sesuai dengan ajaran Islam yang benar.Â
- Pluralisme dan Relativisme Budaya
Globalisasi juga membawa dampak pada pluralisme budaya dan agama. Di berbagai belahan dunia, masyarakat semakin terpapar dengan berbagai tradisi dan kepercayaan yang berbeda-beda. Konsep pluralisme ini menuntut dakwah Islam untuk berhadapan dengan tantangan dalam menyampaikan ajaran yang bersifat eksklusif, namun harus tetap menjaga toleransi terhadap perbedaan yang ada.
- Individualisme dan Sekularisme
Globalisasi seringkali dikaitkan dengan meningkatnya individualisme dan sekularisme. Masyarakat modern cenderung lebih fokus pada pencapaian pribadi dan kebebasan individual daripada keterikatan pada norma-norma agama dan komunitas. Hal ini membuat dakwah harus mampu menjelaskan pentingnya kebersamaan dan kolektivitas dalam ajaran Islam.Â
Selain itu, sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan publik juga menjadi tantangan besar, di mana agama dianggap sebagai urusan pribadi dan tidak relevan dalam urusan sosial, politik, atau ekonomi. Dalam menghadapi tantangan ini, para da'i harus mampu menunjukkan relevansi ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan, baik individu maupun sosial.
- Krisis Identitas dan Pemikiran Radikal
Globalisasi juga berperan dalam terjadinya krisis identitas di kalangan umat Islam. Banyak orang yang merasa tercerabut dari akar budaya dan agamanya akibat pengaruh globalisasi yang lebih menonjolkan budaya barat. Krisis identitas ini terkadang memicu munculnya pemikiran radikal sebagai bentuk perlawanan terhadap globalisasi yang dianggap mengancam identitas keislaman mereka.Â
Pemikiran radikal ini berbahaya karena seringkali disertai dengan tindakan kekerasan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin. Oleh karena itu, dakwah harus berperan dalam mengembalikan kesadaran umat akan identitas Islam yang sejati dan menolak segala bentuk radikalisme.
- Materialisme dan Hedonisme
Gaya hidup modern yang ditandai dengan materialisme dan hedonisme juga menjadi tantangan besar bagi dakwah Islam. Media massa sering kali mempromosikan kehidupan yang hanya berfokus pada kenikmatan duniawi, kekayaan, dan status sosial, yang bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Para da'i dituntut untuk mengajarkan pentingnya hidup sederhana, berbagi dengan sesama, dan berfokus pada tujuan hidup yang lebih tinggi daripada sekadar materi.Â
Sebagai upaya menyebarkan dan mengajak orang kepada ajaran Islam, harus disesuaikan dengan konteks global yang terus berkembang. Di era globalisasi ini, penggunaan teknologi informasi dan media sosial menjadi penting dalam strategi dakwah. Para da'i perlu memanfaatkan platform digital untuk mencapai audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang lebih aktif di media sosial.
- Pemanfaatan Media Sosial
Media sosial, seperti Instagram, Twitter, dan YouTube, telah menjadi sarana efektif untuk berdakwah. Menurut Djamaluddin Ancok, penggunaan media sosial dalam dakwah memungkinkan penyampaian pesan yang cepat dan luas. Hal ini juga menciptakan ruang diskusi yang interaktif, di mana audiens dapat memberikan respons langsung terhadap pesan yang disampaikan.
- Pendekatan Kultural
Strategi dakwah yang efektif harus memperhatikan aspek kultural dari masyarakat target. Kearifan lokal dan tradisi yang sudah ada sebaiknya diintegrasikan ke dalam pesan dakwah. Menurut Abdurrahman Wahid, dakwah yang menghormati nilai-nilai lokal akan lebih diterima oleh masyarakat.Â
- Pendidikan dan Literasi
Pendidikan menjadi pilar penting dalam dakwah. Menurut Mu'ti'ah Sholeh, upaya dakwah tidak hanya terbatas pada penyampaian pesan, tetapi juga meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang Islam.Â
- Dialog Antar Agama
Dalam konteks global yang multikultural, dialog antar agama menjadi strategi dakwah yang penting. Menurut M. Amin Abdullah, dialog ini dapat memperkuat toleransi dan mengurangi konflik antar umat beragama.
- Teori Keilmuan dalam Dakwah
Teori keilmuan, seperti teori komunikasi dan teori sosial, dapat dijadikan acuan dalam merumuskan strategi dakwah. Teori komunikasi, misalnya, menekankan pentingnya saluran yang tepat dalam menyampaikan pesan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H