Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Berpikir Postif Upaya Menyingkirkan Sikap Toxic

18 Januari 2025   11:36 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:36 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : bingimage.com AI

Praktik mindfulness membantu kita stay present dan nggak terjebak dalam overthinking. Luangkan waktu 5-10 menit sehari untuk meditasi. Fokus pada napasmu, dan biarkan pikiran negatif lewat tanpa kamu peluk erat.

Warning: Jangan Sampai Jadi Toxic Positivity!

Banyak orang salah kaprah soal berpikir positif. Mereka berpikir bahwa menjadi positif berarti menolak emosi negatif sepenuhnya. It's okay to feel sad, angry, or frustrated. Yang penting adalah gimana kita mengelola emosi itu, bukan mengabaikannya. Psikologi mengajarkan bahwa emosi negatif punya fungsi penting, seperti memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam hidup kita. Jadi, seni berpikir positif bukan tentang memaksa diri untuk selalu happy, tapi tentang menemukan keseimbangan antara menerima emosi negatif dan memilih untuk nggak terjebak di dalamnya.

"Seni berpikir positif adalah skill yang bisa kita pelajari dan latih setiap hari. Ini bukan soal jadi manusia yang nggak pernah marah atau sedih, tapi soal punya kontrol atas pikiran kita, sehingga kita nggak jadi korban dari spiral negatif yang toxic"

Dengan berpikir positif, kita bisa hidup lebih mindful, bahagia, dan produktif. So, let's start embracing positivity, guys! Karena hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dalam drama dan negativity. You've got this!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun