Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Berpikir Postif Upaya Menyingkirkan Sikap Toxic

18 Januari 2025   11:36 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:36 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : bingimage.com AI

Istilah "toxic" saat ini sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang beracun, baik dalam konteks hubungan, lingkungan, maupun pola pikir. Secara psikologis, toxic merujuk pada situasi atau perilaku yang membawa dampak negatif bagi kesehatan mental seseorang. Hal ini bisa berupa ucapan yang merendahkan, sikap manipulatif, atau bahkan kebiasaan overthinking yang kita ciptakan sendiri. Lingkungan dan pola pikir toxic dapat membuat seseorang terjebak dalam siklus stres, rasa tidak percaya diri, dan emosi yang sulit terkendali. Tanpa sadar kita juga sering terjebak dalam siklus hidup yang penuh tekanan, prasangka buruk, dan emosional yang meledak-ledak. Salah satu solusi yang sering dirujuk oleh para ahli adalah berpikir positif. Tapi, apakah berpikir positif itu benar-benar solusi ajaib untuk mengatasi segala pikiran negatif dan sikap toxic? Saatnya kita bahas lebih jauh!

Kenapa Pikiran Negatif Itu Berbahaya?

Coba bayangin, kamu lagi nunggu balasan chat dari teman, tapi dia nggak balas dalam waktu lama. Otomatis, otak kita mulai bikin skenario: "Dia marah ya?", "Apa aku salah ngomong?", atau bahkan, "Dia nggak peduli sama aku." Pikiran-pikiran kayak gini bisa jadi awal dari spiral toxic yang bikin kita overthinking, insecure, dan akhirnya emosional.

Menurut psikologi, pikiran negatif sering kali berasal dari mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). Ini sebenarnya cara otak kita mencoba memahami situasi yang nggak jelas. Sayangnya, kalau terus-menerus didiamkan, pikiran negatif ini bisa mengakar, bikin kita sulit menikmati hidup, bahkan memengaruhi kesehatan mental.

Positive Thinking: Apa dan Kenapa Penting?

Berpikir positif bukan berarti kita mengabaikan masalah atau hidup dalam dunia fantasi yang serba indah. It's not about toxic positivity, ya! Tapi lebih ke cara kita memandang situasi dengan sudut pandang yang lebih realistis dan optimis. Psikologi positif mengajarkan kita untuk fokus pada solusi, bukan masalahnya. Menurut Dr. Barbara Fredrickson, seorang pakar psikologi, pikiran positif punya efek "broaden and build". Artinya, pikiran positif memperluas cara kita melihat dunia dan membantu kita membangun sumber daya emosional, sosial, dan intelektual untuk menghadapi tantangan hidup.

Bagaimana Cara Agar Pikiran Positif Bisa Mengusir Toxicity?

1. Mengurangi Prasangka Buruk 

Ketika kita berpikir positif, kita belajar untuk nggak langsung nge-judge orang atau situasi. Misalnya, balik ke contoh chat tadi. Daripada mikir temanmu nggak peduli, kamu bisa berpikir, "Mungkin dia lagi sibuk" atau "Aku bakal tanya dia nanti". Dengan begitu, kamu nggak terjebak dalam prasangka buruk yang bikin capek hati.

2. Mengelola Emosi Lebih Baik 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun