Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Meracik Rasa Sederhana "Dimsum Chilli Oil"

28 Oktober 2024   14:48 Diperbarui: 28 Oktober 2024   17:26 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, udara segar menerobos lembut saat matahari malu-malu mulai mengintip di balik awan. Hari libur memang sering kali datang seperti oase di tengah padang pasir kesibukan. Aku memutuskan untuk mengisinya dengan aktivitas sederhana yang mungkin tak pernah terbayang sebelumnya. Langkahku tertuju ke pasar, tempat segala hiruk pikuk kehidupan kecil berkumpul. Di tengah jejeran sayuran dan rempah, mataku menangkap pancaran segar dari tumpukan udang yang berkilau, seolah menantang diriku untuk mencoba sesuatu yang baru.

"Bagaimana kalau aku mencoba membuat dimsum sendiri?" pikirku sambil tersenyum kecil. Rasanya ide itu datang begitu saja, namun langsung menancap kuat di pikiranku. Dimsum, yang sering kali aku nikmati di restoran, kini akan kujadikan proyek kecil di dapurku sendiri. Ada rasa penasaran yang tak tertahankan, bisakah aku menghasilkan sesuatu yang mampu menyamai cita rasa sajian restoran?

Sesampainya di rumah, aku segera menyiapkan bahan-bahan. Udang segar yang baru kubeli tadi langsung kucuci dengan hati-hati, seolah merasakan sentuhan laut yang terbawa olehnya. Lalu, kuambil sepotong daging ayam dan mulai mencincangnya hingga halus. Tanganku bekerja lincah, mencampur potongan udang dan ayam cincang dalam satu wadah. Taburan bawang putih yang harum, jahe yang menghangatkan, dan sejumput garam serta lada untuk menyeimbangkan rasa, semuanya larut dalam irama sendok dan tangan yang bergerak kompak.

Ekspektasiku cukup sederhana saat itu. Kupikir, dimsum ini hanya akan menjadi pengganjal lapar di siang hari, atau mungkin sekedar camilan ringan saat aku menyelami dunia ide-ide yang selalu menanti untuk dituangkan. Namun, tanpa kusadari, harapan yang kusimpan sederhana itu ternyata jauh lebih luas dari yang kubayangkan.

Setelah membungkus adonan dengan kulit dimsum, aku mengukusnya perlahan sambil menunggu aroma khasnya mulai menyeruak di dapur. Sedikit demi sedikit, wangi dimsum yang gurih mulai menguar, menciptakan kehangatan yang merayap hingga ke ujung jari. Rasa lapar pun mulai menggoda, namun aku sabar menanti saat yang tepat.

Ketika dimsum-dimsum itu matang dan siap disajikan, aku mempersiapkan saus pelengkapnya, chili oil. Aroma pedas yang menyengat dari minyak cabai menciptakan kontras yang sempurna dengan rasa gurih dari dimsum. Tanpa banyak berpikir, aku mencicipi satu potong, dan seketika itu juga, aku merasa ada kehangatan yang sulit dijelaskan. Gurihnya dimsum dengan tekstur kenyal lembut yang berbaur dengan sedikit sensasi pedas dari chili oil ternyata jauh melampaui ekspektasiku. Seolah aku sedang menikmati hidangan buatan koki berpengalaman, padahal ini hanya hasil tangan sendiri di dapur rumah.

Tanpa kuduga, anggota keluarga yang berada di rumah mulai tertarik dengan aroma yang tersebar. Satu per satu mereka mendekat dan meminta untuk mencicipi. Awalnya, kupikir mereka hanya ingin mencoba untuk sekedar menghargai usaha kecilku. Namun, tatapan mereka berubah begitu gigitan pertama mengalir di lidah mereka. Senyum kecil muncul, ada pujian sederhana yang terlontar, "Wah, ini enak sekali!" Ucapan itu mungkin terdengar biasa, tapi bagi seseorang yang baru pertama kali mencoba membuat  sesuatu dari hati, kata-kata itu seperti apresiasi yang lebih dari cukup.

Aku pun menyadari, betapa satu kalimat sederhana ternyata mampu menyulut api semangat di dalam hati. Sederhana memang, tapi ucapan "Ini enak" yang tulus bisa membuat seseorang merasa bahwa usahanya tak sia-sia. Bahkan, pujian itu memicu keinginan baru dalam diriku untuk mencoba menciptakan lebih banyak lagi kreasi di dapur, mengeksplorasi berbagai rasa, dan belajar menjadi lebih baik.

Pengalaman ini menjadi pengingat bahwa kadang-kadang, tak butuh pujian yang muluk untuk mendorong seseorang berani mencoba lagi. Satu kata yang tulus bisa memberi banyak makna. Dan di sinilah aku, berdiri di dapur dengan hati yang penuh kebahagiaan sederhana, karena menyadari bahwa setiap usaha kecil memiliki maknanya sendiri.

Resep Dimsum Udang Ayam dengan Chili Oil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun