Tak lama kemudian, Koko transfer sebesar 50 juta ke rekening yang terlampir atas nama perusahaan si Riki, dan langsung mengirimkan bukti resinya ke suami saya, sebagai bukti seolah transaksi sudah fix dilakukan. Alih-alih mendapatkan keuntungan yang dijanjikan, si Riki kali ini malah minta suami saya untuk melunasi dulu sisa uang si Koko tadi, dengan alasan untuk mengeluarkan barang dari gudang. Karena barang tidak bisa dikeluarkan jika pembayaran belum lunas. Sedangkan si Koko tadi, ingin melihat barangnya keluar dulu dari gudang, baru akan melunasi. Karena alasan si Koko karyawannya sudah berada didepan gudang Riki.Â
Riki terus mendesak suami saya untuk mentransfer 20 Juta ke rekening yang sama, ia terus-menerus menelpon dengan nada menteror. Suami saya terlihat seperti orang linglung yang di hipnotis. Sampai akhirnya saya mulai merasa curiga dan bertanya tentang kronologi semuanya. Saya pun langsung menyimpulkan ini jelas penipuan. Ketika si Riki itu menelpon lagi, saya pun langsung mengangkatnya dengan penuh emosi, dan melupakan segala kekesalan.
"Eh lu tau nggak hidup gue udah sesusah ini, malah ketemu Penipu lagi! Usaha gue karena covid ini juga lagi bangkrut! Cari kerja susah! Jangankan buat transfer lu, buat makan besok aja gue nggak ada! Coba kalau mau nipu ke koruptor aja sana!!! Minimal lu nggak nipu orang yang udah susah!!!$$##@##"
Mendengar suara emak-emak ngoceh tanpa jeda Si penipu itu pun terdiam, sambil tak lama dia berkata pelan
 "maaf bu...."
Selesai...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H