Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di satupena Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Waspada Modus Ajakan Bisnis Berujung Penipuan!

25 September 2024   07:59 Diperbarui: 25 September 2024   10:46 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa pandemi covid 2019 menjadi pengalaman buruk bagi sebagian besar masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia. Badai PHK besar-besaran terjadi berdampak pada banyaknya pengangguran. Bukan hanya perusahaan kecil yang terkena dampak dari pandemi, tapi juga perusahaan-perusahaan besar. Banyak pengusaha gulung tikar, terutama usaha yang bergerak di bidang makanan. Karena pada masa covid masyarakat merasa lebih takut untuk membeli makanan dari luar. Mayoritas lebih memilih membeli bahan mentah dan mengolahnya sendiri di rumah untuk mencegah penularan virus covid.

Bagi pengusaha makanan seperti saya, wabah covid juga memberikan guncangan ekonomi yang sangat besar. Dimana saya terpaksa menutup usaha kue basah yang biasanya saya jual khusus untuk event seperti wedding, arisan, dan lain-lain. Jangankan ada event besar, keluar rumah saja sangat dilarang karena bisa menyebabkan penyebaran virus makin parah. Oleh karena itu, usaha yang saya jalankan terpaksa ditutup sementara.

Untuk mengatasi kebutuhan ekonomi kala itu, saya dan suami terpaksa terjun kembali ke dunia kerja kantoran, memasukkan lamaran sana sini dengan berbekal iklan loker di medsos. Tapi berbulan-bulan kami menunggu panggilan tak jua ada panggilan. Sampai rasanya kami berada di titik putus asa, ni mengatasi kebutuhan ekonomi yang semakin membengkak tanpa adanya penghasilan.

Sampai suatu hari, tiba-tiba panggilan telepon berbunyi ke hp suami saya. Waktu itu saya tidak menaruh curiga, karena si penelpon tiba-tiba berbicara dengan akrab menyapa suami saya dengan nama kecilnya. Jadi saya pun menyangka si penelpon adalah teman lamanya. 

Kurang lebih si percakapan penelpon dan suami saya seperti ini. 

"Kang, apa kabar sehat? ini Riki"

Suami saya yang memang punya teman bernama Riki, otomatis langsung menyapa balik dan menyambut ucapannya.

"Oh, Riki SD ya?"

Si penelpon langsung sigap mengiyakan. Ga lama kemudian si penelpon berbasa basi dengan akrabnya seolah dia memang teman lama suami saya. Sampai kemudian obrolan pun sampai pada pertanyaan tentang pekerjaan dan tawaran bisnis. Suami saya masih menyimak dan tak menaruh curiga, karena dia yakin betul bahwa orang yang diajaknya bicara adalah Riki teman masa kecilnya. Si penelpon yang mengaku sebagai Riki ini menawari suami saya bisnis jual beli hp. Dia mengaku bekerja disalah satu perusahaan elektronik, kemudian dia bercerita punya klien yang akan membeli barang dagangannya, namanya Koko. Nah, singkat cerita dia butuh orang yang membantunya untuk mediasi penjualan. Dia menawarkan pada suami saya untuk menjadi mediator antara dia dengan si Koko. 

Seperti orang yang dihipnotis, suami saya  mengikuti semua yang diperintahkan si penelpon. Ia langsung sigap menjadi mediator dan menghubungi orang yang bernama Koko melalui panggilan selular. Disitu suami saya mengikuti arahan si penelpon dengan menawarkan harga jual 30 buah Hp berkisar 80 juta, lalu si Koko ini mengajukan tawaran 60 juta, suami saya tampak sibuk menelpon lagi yang bernama Riki dan menyampaikan tawaran si Koko. Si Riki itu pun tampak seolah-olah berakting keberatan dengan tawaran si Koko dan mengajukan angka 70 juta, sambil ia mengimingi suami saya akan mendapat keuntungan 10 Persen dari transaksi jika berhasil. Suami saya pun antusias dan mulai melakukan mediasi lagi dengan si Koko. Sampai tak lama si Koko pun dengan mudahnya sepakat di angka 70 juta, kemudian si Riki memberikan no rekening untuk di transfer si Koko, lalu suami saya pun kembali menjadi perantara dan meminta si Koko transfer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun