Hari ini tepat lima tahun, perayaan hari pernikahan kami. Sesuai janji, suamiku meluangkan waktu untuk merayakan hari jadi pernikahan kami dengan pergi berlibur ke sebuah pantai.Â
Awalnya pantai yang akan kami datangi adalah sebuah pantai yang terkenal dengan warna air lautnya yang berbeda namun tak saling bercampur.
Ah, pikirku pasti senang sekali menghabiskan waktu disana, dan menciptakan berbagai momen indah berdua seperti saat berkencan dulu. Dan kami pun memutuskan untuk pergi berdua. Kami sengaja tak membawa si kecil, mengingat usianya yang masih balita, agak rentan diajak bepergian jauh.Â
Selain itu karena alasan mertuaku yang sedang berkunjung dari luar kota. Mereka rindu bermain dengan cucunya. Sehingga si kecilpun memilih menghabiskan waktu  bersama kakek neneknya.Â
Lalu kami pun mempersiapkan segala perbekalan untuk dijalan. Tak lupa juga Andi suamiku mengecek motor yang akan kami Gunakan diperjalanan.
"Gimana Yah, Aman?" tanyaku pada suamiku.Â
"Iya, aman Bun.... Bensin udah di Full, Oli juga udah diganti! Mesinnya udah dicek semua!"
"Syukurlah kalau gitu!"
"Oke kalau gitu, besok kita berangkat jam 2 malem ya Bun, biar ga macet dijalan!"
"Wah, ga terlalu malem Yah?"
"Soalnya besok menjelang  long weekend bun, jalanan pasti macet!"
Aku berpikir sejenak. Lalu mengiyakan.Â
                                                 ***
Tengah malam pun tiba, kami berangkat lebih awal dari rencana. Waktu masih menunjukkan pukul 00.30. Tapi kami sudah siap untuk berangkat. Tak lupa kami pun berpamitan dan segera melaju. Dengan kecepatan 80 km, jarak yang kami tempuh jadi lebih cepat sampai. Tanpa terasa kami sudah setengah perjalanan.Â
Kami sudah mulai masuk didaerah perbukitan yang mulai sepi. Sudah tak ada mobil lalu lalang. Hanya beberapa kendaraan roda dua yang melintas. Pencahayaan disekitar jalan juga mulai remang-remang. Rasa takut mulai terasa sedikit menggoyahkan niatku untuk melanjutkkan perjalanan.Â
"Yah, ini didaerah mana sih, ko nggak banyak kendaraan yang lewat ya?" tanyaku memecah keheningan.
"Ya wajarlah bun, ini kan masih fajar! Bentar lagi juga pagi, pasti jalanan ramai lagi!" jawabnya santai.
Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 02.30. Benar juga pikirku, ini masih dini hari, wajar jika jalanan sesepi ini. Aku mulai abaikan rasa takutku. Dan kembali memikirkan hal-hal menyenangkan yang akan kami lakukan di sana.
Sampai tiba-tiba...
"BRAKKKKKKKKKK"
Terdengar suara benturan keras yang seolah menghantam kendaraan kami. Spontan suamiku langsung mengerem dan menghentikkan motornya.
"Astaga.... ada apa, Yah!" Aku langsung terkejut. Â
 Suamiku langsung turun dan mengecek kearah depan motor. Matanya menyusuri jalan mencoba mencari suara hantaman tadi. Entah itu benda atau binatang yang terhantam  sehingga bisa menimbulkan suara yang begitu kerasnya.Â
Aku pun ikut turun dan mencoba mencari arah suara itu. Tapi aku maupun suamiku tak menemukan benda apapun. Semua jalanan tampak kosong. Pencahayaan yang redup membuat kami tak bisa menyusuri setiap sudut dengan jelas. Kini rasa takut semakin membuat kalut perasaanku.
"Kok ngga ada sih yah? Kamu nabrak apa tadi?" tanyaku agak panik.
"Ayah juga ngga tahu Bun, Apa mungkin kucing ya?" jawabnya dengan ragu.
"Coba cari didepan yah, siapa tau kepelanting agak jauh!" Lalu suamiku pun melangkah kedepan lebih jauh. Mataku menyusuri setiap sudut jalan ikut mencari.Â
Namun samar-samar aku melihat dibalik pepohonan ada seperti sosok bayangan anak kecil berambut panjang yang sedang mengamati kami. Sontak aku pun merasa ketakutan. Tidak mungkin di waktu semalam ini, dan ditempat segelap ini, ada seorang anak kecil. Itu sangat mustahil. Aku pun merasa ada yang tidak beres di tempat ini. Seketika keringat dingin mengucur dipelipisku.Â
Sedikit berteriak aku berjalan kearah suamiku dan menariknya tangannya dengan kencang "Yah udah Yuk pergi dari sini! Gelap banget disini!"Â
Suamiku sedikit kebingungan dengan sikapku "Kenapa bun? Kan belum ketemu?! Takutnya ada kucing yang kegeleng!"
"Udah  aja yah, nanti lagi nyarinya! Mending sekarang kita cari tempat yang agak ramai dulu!" Menyadari ketakutanku, Andi pun bergegas menyalakan kembali motor kami. Aku pun segera naik keatas motor. Andi menarik lenganku, membiarkanku memeluk punggungnya, untuk menghilangkan rasa takut.Â
Sesaat aku pun memberanikan diri menatap kembali sosok bayangan dibalik pohon itu. Tapi tiba-tiba sosok itu menghilang. Membuatku semakin merinding. Â
Bersambung ke bagian 2...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H