Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Payung Teduh

14 Juni 2022   09:29 Diperbarui: 23 Juni 2022   17:14 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari pixabay / Pexels

Tidak mengapa...! Meskipun payung yang ia bawa sudah lusuh, berlumut hingga berlubang, tak sungkan ia memakainya, tak perduli lagi apa kata orang nanti nya. 

Cemooh , hujatan, cercaan sebenarnya asri sudah mengenal nya sejak dahulu kala hingga akrab dan menjadi terbiasa. 

Tidak terasa, mentari sudah ingin beranjak untuk terbenam, saatnya Asri menepi di sebuah masjid dan mengistirahatkan sanubari nya untuk beribadah dan bermunajat kepada sang Pencipta. 

Segala isi curahan hati, permohonan dan penuh pinta, ia utarakan dan tak lupa ia tutup dengan untaian kalimat rasa syukur dan kalimat ketegaran untuk menghibur dirinya, 

"Ya Tuhan,jadikanlah aku tetap dalam perlindungan mu,rasa syukur dan berjuta juta kenikmatan yang engkau beri dan jauhkanlah hamba dari rasa kufur nikmat yang bisa saja mengancam hamba,ya Tuhan "

Dengan segala kesederhanaannya, termasuk doa sekalipun, yang ia pinta hanya itu termasuk doa yang ia panjatkan. 

Sesekali ia berusaha menyembunyikan kesedihan dan menyeka air mata yang tumpah mengelilingi pipinya, Tapi ia berhasil melakukan nya dan tak ada seorangpun yang tahu, kecuali Tuhan-nya.

Baiklah...! Petang sudah berganti malam gelap gulita, Asri harus segera berpindah untuk mencari tempat bermalam. 

Risau, takut, khawatir--- ia terus rasakan selama menapaki perjalanan, hingga Poros waktu berputar sekian kalinya. 

Detik waktu senantiasa berjalan, ia tak kunjung menemukan tempat beristirahat yang tak seperti biasanya ia selalu mudah menemuinya. 

Tidak kenal menyerah---ia tetap melanjutkan perjalanan sesekali berdoa dan bermunajat kepada Tuhan untuk mengatasi rasa risau nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun