Mohon tunggu...
Eric Yoga Pratama_43221010090
Eric Yoga Pratama_43221010090 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengertian Korupsi dan Pencegahan Korupsi Dan Kejahatan Paidea

13 November 2022   23:49 Diperbarui: 13 November 2022   23:58 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat rakus dan gaya hidup konsumtif merupakan faktor intrinsik korupsi. Gaya hidup yang berorientasi pada konsumen, seperti membeli barang mewah dan mahal atau mengikuti kehidupan kota yang glamor. Korupsi dapat terjadi ketika seseorang menjalani gaya hidup mewah tetapi tidak memiliki penghasilan yang cukup.

3. Orang yang bermoral rendah

Orang yang bermoral rendah mudah sekali terjerat korupsi. Aspek moral yang lemah, misalnya kurangnya kepercayaan, kejujuran atau rasa malu dalam kaitannya dengan tindakan korupsi. Jika moral rendah, akan sulit untuk menahan godaan korupsi di masa depan. Godaan untuk melakukan korupsi bisa datang dari atasan, rekan kerja, bawahan atau pihak lain yang memberikan.

Faktor penyebab eksternal terjadi nya Korupsi yaitu sebagai berikut

1. Aspek Sosial

Kehidupan sosial seseorang dipengaruhi oleh korupsi, terutama keluarga. Bukannya menegur atau menghukum, keluarga justru mendukung seseorang yang korup untuk memenuhi keserakahannya. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, orang hanya menilai seseorang karena kekayaannya atau terbiasa memberikan kompensasi kepada pejabat. Dalam sistem buatan yang diperkenalkan oleh Robert Merton, korupsi adalah perilaku manusia yang disebabkan oleh tekanan sosial yang menyebabkan terjadinya pelanggaran norma. Menurut teori Merton, terlalu banyak keberhasilan ekonomi terhambat oleh kondisi sosial suatu tempat, tetapi membatasi peluang untuk mencapainya, yang mengakibatkan tingginya tingkat korupsi.

Teori korupsi karena faktor sosial lainnya dikemukakan oleh Edward Banfeld. Menggunakan teori partikularisme, Banfeld menghubungkan korupsi dengan tekanan keluarga. Spesialisasi mengacu pada rasa kewajiban untuk membantu orang-orang dekat seperti keluarga, teman, kerabat atau kelompok dan berbagi sumber pendapatan. Terakhir, ada nepotisme yang bisa berujung pada korupsi.

2. Aspek politik

Keyakinan bahwa politik akan menghasilkan keuntungan besar merupakan faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya korupsi. Tujuan politik menjadi kaya pada akhirnya menciptakan kebijakan moneter. Politik uang memungkinkan seseorang memenangkan perlombaan dengan membeli suara atau menyuap pemilih atau anggota partai politiknya.

Pejabat dalam kebijakan moneter hanya menginginkan kekayaan dan merusak tugas utama mereka untuk melayani rakyat. Menghitung untung rugi, pemimpin kebijakan moneter tidak peduli dengan nasib rakyat yang memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana memulihkan dan melipatgandakan biaya politik.

Imbalan politik, seperti jual beli suara di DPR atau partai politik pendukung, juga mendorong pejabat untuk melakukan korupsi. Dukungan untuk partai politik yang menuntut kompensasi atas layanan akhirnya mengarah pada pengakuan politik. Pejabat terpilih secara rutin menunjukkan rasa hormat yang besar kepada partai dan menegakkan korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun