Mohon tunggu...
Erick Tan
Erick Tan Mohon Tunggu... Teknisi - Pengamat Penelusur Pelurus Sejarah

PRIBADI BIASA MENOLAK SEGALA SISTEM PENINDASAN SEGALA BIDANG DAN ASPEK KEHIDUPAN DALAM SEGALA EKSPRESI HIDUP MAKHLUK BERTUHAN.NASIONALIS DAN RELIGIUS MENDAMBAKAN RAHMATAN LIL ALLAMIN DALAM BERSOSIALITAS DAN SEGALA BENTUK WADAH NYA.BUMI ADALAH TEMPAT BERPIJAK YANG HARUS DI BERSIHAKAN DARI ANGKARA MURKA DAN KESERAKAHAN AKIBAT KEMUNGKARAN.HIDUP DINAMIS BERSAMA ALAM DAN PEMILIK NYA.AMIEN

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kapan PSSI Indonesia Move On

10 Maret 2015   11:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Krisis Kepercayaan Diri

Mencoba untuk realistis bukan berarti anda tidak boleh bermimpi. Selama anda bukan pemuja Steve Jobs yang telah memasrahkan sepenuhnya hidup anda ke tangan produk-produk Apple tanpa berusaha membandingkan dengan merk lain, maka anda jelas masih dapat untuk berangan-angan tentang keinginan kalian. Setidaknya, mimpi itulah yang akan membuat kita untuk melewati batas-batas yang saat ini menghalangi kita.

Well, ketika menghadapi tim yang kualitasnya lebih hebat diatas kita, kita memang harus mampu berusaha berpikir secara realistis. Namun hal tersebut tidak berarti kita boleh pasrah begitu saja. Kita jelas harus tetap percaya bahwa kita bisa menang.

Tapi sialnya, hal inilah yang sering menimpa tim nasional kita. Mulai dari para pemain, manajemen, hingga suporternya terkadang justru lebih mendukung tim lawan ketimbang tim nasional sendiri. Kalau sebelum pertandingan saja sudah menyiapkan alasan untuk digunakan pada akhir pertandingan nanti, untuk apa lagi anda bertanding? Toh anda sudah tahu bahwa anda pasti kalah.

3. Terlalu Sering Salaman

Sebelum pertandingan melawan Belanda kemarin dimulai, Roy Suryo, Djohar Arifin, beserta rombongan turun dari bangku kehormatan menuju lapangan. Mereka menyalami satu per satu pemain Belanda dan pemain Indonesia. Dalam hati saya berpikir, “Tak apalah. Namanya juga laga persahabatan.”

Namun mencoba mengingat-ingat, ternyata rombongan tersebut juga melakukan hal yang sama ketika kita menghadapi Arab Saudi beberapa bulan lalu. Begitupun juga dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Hampir semua pertandingan tim nasional dimulai dengan seremoni jabat tangan yang entah darimana idenya itu.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan berjabat tangan. Namun saya jadi bertanya-tanya, kita ini sesungguhnya bangsa yang kelewat ramah atau kelewat rendah diri? Karena jika mereka yang berasal dari box kehormatan tersebut selalu ingin tampil di lapangan, secara tidak langsung ini menggambarkan kalau merekalah yang memiliki kekuasaaan atas pertandingan. Dan kalau sudah memiliki kekuasaan sih biasanya…………..

4. Kalah Postur Dan Stamina, Kata Mereka

Hampir di setiap kekalahan yang kita alami, faktor stamina selalu menjadi kambing hitam. Yang membuat saya bingung adalah sudah tahu bahwa kita lemah dalam faktor stamina sejak bertahun-tahun yang lalu, tapi kenapa sampai saat ini belum ditemukan penyelesaiannya?

Selain faktor stamina, ada satu faktor lagi yang biasanya dipergunakan sebagai alasan apabila memang dibutuhkan ketika wawancara, yakni faktor kalah postur. Mau bagaimanapun, faktor postur badan memang menjadi salah satu penentu dalam jalannya pertandingan. Seperti yang kita lihat kemarin melawan Belanda, Andik Vermansyah sempat melewati Ron Vlaar dengan kecepatannya. Namun pada akhirnya ia kalah oleh jangkauan panjang kaki Vlaar yang secara cepat membuang bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun