2. Krisis Kepercayaan Diri
Mencoba untuk realistis bukan berarti anda tidak boleh bermimpi. Selama anda bukan pemuja Steve Jobs yang telah memasrahkan sepenuhnya hidup anda ke tangan produk-produk Apple tanpa berusaha membandingkan dengan merk lain, maka anda jelas masih dapat untuk berangan-angan tentang keinginan kalian. Setidaknya, mimpi itulah yang akan membuat kita untuk melewati batas-batas yang saat ini menghalangi kita.
Well, ketika menghadapi tim yang kualitasnya lebih hebat diatas kita, kita memang harus mampu berusaha berpikir secara realistis. Namun hal tersebut tidak berarti kita boleh pasrah begitu saja. Kita jelas harus tetap percaya bahwa kita bisa menang.
Tapi sialnya, hal inilah yang sering menimpa tim nasional kita. Mulai dari para pemain, manajemen, hingga suporternya terkadang justru lebih mendukung tim lawan ketimbang tim nasional sendiri. Kalau sebelum pertandingan saja sudah menyiapkan alasan untuk digunakan pada akhir pertandingan nanti, untuk apa lagi anda bertanding? Toh anda sudah tahu bahwa anda pasti kalah.
3. Terlalu Sering Salaman
Sebelum pertandingan melawan Belanda kemarin dimulai, Roy Suryo, Djohar Arifin, beserta rombongan turun dari bangku kehormatan menuju lapangan. Mereka menyalami satu per satu pemain Belanda dan pemain Indonesia. Dalam hati saya berpikir, “Tak apalah. Namanya juga laga persahabatan.”
Namun mencoba mengingat-ingat, ternyata rombongan tersebut juga melakukan hal yang sama ketika kita menghadapi Arab Saudi beberapa bulan lalu. Begitupun juga dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Hampir semua pertandingan tim nasional dimulai dengan seremoni jabat tangan yang entah darimana idenya itu.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan berjabat tangan. Namun saya jadi bertanya-tanya, kita ini sesungguhnya bangsa yang kelewat ramah atau kelewat rendah diri? Karena jika mereka yang berasal dari box kehormatan tersebut selalu ingin tampil di lapangan, secara tidak langsung ini menggambarkan kalau merekalah yang memiliki kekuasaaan atas pertandingan. Dan kalau sudah memiliki kekuasaan sih biasanya…………..
4. Kalah Postur Dan Stamina, Kata Mereka
Hampir di setiap kekalahan yang kita alami, faktor stamina selalu menjadi kambing hitam. Yang membuat saya bingung adalah sudah tahu bahwa kita lemah dalam faktor stamina sejak bertahun-tahun yang lalu, tapi kenapa sampai saat ini belum ditemukan penyelesaiannya?
Selain faktor stamina, ada satu faktor lagi yang biasanya dipergunakan sebagai alasan apabila memang dibutuhkan ketika wawancara, yakni faktor kalah postur. Mau bagaimanapun, faktor postur badan memang menjadi salah satu penentu dalam jalannya pertandingan. Seperti yang kita lihat kemarin melawan Belanda, Andik Vermansyah sempat melewati Ron Vlaar dengan kecepatannya. Namun pada akhirnya ia kalah oleh jangkauan panjang kaki Vlaar yang secara cepat membuang bola.