Sayangnya, kala itu lagu 'Indonesia Raya' belum bisa berkumandang di Prancis. Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan 'Wilhelmus', yang tak lain merupakan lagu kebangsaan timnas Belanda.
Hongaria sendiri akhirnya menjadi runner-up di edisi ketiga Piala Dunia tersebut, dan Italia mencatatkan sejarah dengan meraih dua gelar di dua edisi secara beruntun, 1934 dan 1938.
dan ini sepuluh alasan kenapa indonesia sulit move on dari masa lalu dan sekarang.
10 Alasan Indonesia Tidak Akan Pernah Masuk Piala Dunia
Sesungguhnya saya enggan menuliskan artikel ini. Judul artikel ini tidak dapat hidup harmonis dengan apa yang saya yakini. Silahkan menyebut saya delusional karena masih mempercayai bahwa Indonesia masih mungkin dapat berpartisipasi di final round Piala Dunia sebelum akhir zaman tiba.
Tapi saya masih cukup memiliki akal sehat untuk mengakui secara sadar bahwa kualitas kita dengan kualitas para peserta piala dunia memang masih terdapat kesenjangan yang jaraknya di luar akal sehat. Entah. Keyakinan saya tadi memang tak lebih dari sekedar impian yang tidak didasari oleh batas waktu. Subtansinya, mimpi hanya akan tetap menjadi mimpi jika kenyataannya terbalik 180o.
1. Buruknya Kualitas Federasi
Minggu lalu, saya baru membaca berita tentang tim nasional Lebanon dan Theo Bucker. Ya, saya sadar saya memang terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Btw, anda tidak perlu mencari tahu siapa Theo Bucker dan hubungannya dengan timnas Lebanon di Google. Biar saya yang menjelaskannya.
Semua berawal ketika Lebanon kalah dari Qatar akibat kesalahan passing Ramez Dayoub. Setelah pertandingan, dilakukan investigasi. Dan akhirnya terbukti bahwa Dayoub beserta Mahmoud Al Ali melakukan pengaturan skor. Mereka berdua dijatuhi hukuman larangan bermain seumur hidup.
Keputusan federasi sepakbola Lebanon juga tergolong sangat berani dan tegas. Apalagi ketika itu mereka sedang berlaga di babak yang baru pertama kali mereka capai sepanjang sejarah, putaran keempat kualifikasi piala dunia. Coba bandingkan dengan disini yang malah mencoba meminta izin ke pihak kepolisian untuk melepas seorang pemain yang jelas-jelas telah melakukan tindak kekerasan.
Mungkin contoh ini memang terlalu klise dan sempit. Namun setidaknya, ini mungkin bisa memberikan gambaran bahwa dengan federasi yang baik, sebuah negara kecil seperti Lebanon saja bisa menembus putaran keempat kualifikasi piala dunia.