Mohon tunggu...
Erick Tan
Erick Tan Mohon Tunggu... Teknisi - Pengamat Penelusur Pelurus Sejarah

PRIBADI BIASA MENOLAK SEGALA SISTEM PENINDASAN SEGALA BIDANG DAN ASPEK KEHIDUPAN DALAM SEGALA EKSPRESI HIDUP MAKHLUK BERTUHAN.NASIONALIS DAN RELIGIUS MENDAMBAKAN RAHMATAN LIL ALLAMIN DALAM BERSOSIALITAS DAN SEGALA BENTUK WADAH NYA.BUMI ADALAH TEMPAT BERPIJAK YANG HARUS DI BERSIHAKAN DARI ANGKARA MURKA DAN KESERAKAHAN AKIBAT KEMUNGKARAN.HIDUP DINAMIS BERSAMA ALAM DAN PEMILIK NYA.AMIEN

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kapan PSSI Indonesia Move On

10 Maret 2015   11:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, kala itu lagu 'Indonesia Raya' belum bisa berkumandang di Prancis. Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan 'Wilhelmus', yang tak lain merupakan lagu kebangsaan timnas Belanda.

Hongaria sendiri akhirnya menjadi runner-up di edisi ketiga Piala Dunia tersebut, dan Italia mencatatkan sejarah dengan meraih dua gelar di dua edisi secara beruntun, 1934 dan 1938.

dan ini sepuluh alasan kenapa indonesia sulit move on dari masa lalu dan sekarang.

10 Alasan Indonesia Tidak Akan Pernah Masuk Piala Dunia

Sesungguhnya saya enggan menuliskan artikel ini. Judul artikel ini tidak dapat hidup harmonis dengan apa yang saya yakini. Silahkan menyebut saya delusional karena masih mempercayai bahwa Indonesia masih mungkin dapat berpartisipasi di final round Piala Dunia sebelum akhir zaman tiba.

Tapi saya masih cukup memiliki akal sehat untuk mengakui secara sadar bahwa kualitas kita dengan kualitas para peserta piala dunia memang masih terdapat kesenjangan yang jaraknya di luar akal sehat. Entah. Keyakinan saya tadi memang tak lebih dari sekedar impian yang tidak didasari oleh batas waktu. Subtansinya, mimpi hanya akan tetap menjadi mimpi jika kenyataannya terbalik 180o.

1. Buruknya Kualitas Federasi

Minggu lalu, saya baru membaca berita tentang tim nasional Lebanon dan Theo Bucker. Ya, saya sadar saya memang terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Btw, anda tidak perlu mencari tahu siapa Theo Bucker dan hubungannya dengan timnas Lebanon di Google. Biar saya yang menjelaskannya.

Semua berawal ketika Lebanon kalah dari Qatar akibat kesalahan passing Ramez Dayoub. Setelah pertandingan, dilakukan investigasi. Dan akhirnya terbukti bahwa Dayoub beserta Mahmoud Al Ali melakukan pengaturan skor. Mereka berdua dijatuhi hukuman larangan bermain seumur hidup.

Keputusan federasi sepakbola Lebanon juga tergolong sangat berani dan tegas. Apalagi ketika itu mereka sedang berlaga di babak yang baru pertama kali mereka capai sepanjang sejarah, putaran keempat kualifikasi piala dunia. Coba bandingkan dengan disini yang malah mencoba meminta izin ke pihak kepolisian untuk melepas seorang pemain yang jelas-jelas telah melakukan tindak kekerasan.

Mungkin contoh ini memang terlalu klise dan sempit. Namun setidaknya, ini mungkin bisa memberikan gambaran bahwa dengan federasi yang baik, sebuah negara kecil seperti Lebanon saja bisa menembus putaran keempat kualifikasi piala dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun