Mengurangi Dampak Media Sosial pada Narsisme
Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita dan memberikan banyak nilai dan koneksi; namun, kita harus belajar menggunakannya dengan lebih sadar dan sehat untuk mencegah memperburuk kecenderungan narsistik. Bagaimana prosesnya? Itu dimulai dengan membuat batasan.
Untuk memulai, adalah ide yang baik untuk membatasi penggunaan media sosial dan rutin melakukan detoks digital.Â
Periode ini, tanpa gangguan terus-menerus tentang pemberitahuan, suka, dan komentar, memberikan keseimbangan yang sehat dan memungkinkan kita untuk terhubung kembali dengan dunia nyata.
Namun, langkah-langkah ini belum cukup. Kita perlu belajar tentang bagaimana media sosial dapat merusak keyakinan dan persepsi kita tentang diri kita sendiri.Â
Kita perlu mendidik diri kita sendiri dan orang lain tentang bahaya yang mungkin terjadi. Menerima kenyataan bahwa kita tidak dinilai berdasarkan jumlah suka, bagikan, atau komentar yang kita terima dapat membantu menghentikan kecenderungan narsistik.
Dengan cara yang sama, memahami bahwa konten yang kita lihat di media sosial seringkali terdiri dari serangkaian perhatian yang dipilih dengan cermat, bukan pantulan dari kenyataan, dapat membantu kita mempertahankan perspektif kita dan menghindari terjebak dalam pengejaran tanpa henti untuk validasi.
Pada intinya, kunci untuk mengurangi dampak media sosial pada narsisme terletak pada mempromosikan penggunaan dengan penuh perhatian dan pemahaman kritis terhadap potensi dampak platform tersebut. Ini tentang menjelajahi dunia digital dengan perspektif yang terinformasi dan penuh skeptisisme yang sehat.Â
Dengan melakukan hal itu, kita dapat memanfaatkan aspek positif media sosial tanpa terjerumus dalam daya tarik perilaku narsistik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H