Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Pengaruh Media Sosial terhadap Narsisme

22 Desember 2023   11:48 Diperbarui: 30 Desember 2023   03:30 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap postingan atau pembaruan status adalah kesempatan bagus untuk mendapatkan like, komentar, atau kagum. 

Mereka membuat setiap perubahan dengan hati-hati, seperti seorang seniman yang dengan cermat membuat mahakaryanya, hanya untuk memastikan bahwa itu menarik perhatian dan mendapatkan pujian yang mereka cari.

Bayangkan perasaan yang mereka alami saat menerima like, komentar, atau pembagian. Ini mirip dengan seorang penyanyi yang mendapat tepuk tangan setelah penampilan yang luar biasa atau seorang penulis yang mendapat pujian untuk tulisannya. 

Kesuksesan media sosial meningkatkan kebutuhan mereka akan perhatian dan menghasilkan siklus kepuasan yang mendorong lebih banyak perilaku serupa.

Namun, inilah yang menarik---lingkaran umpan balik ini berkembang menjadi lingkaran yang lebih besar. Setiap kali mereka menerima lebih banyak perhatian, semakin banyak yang mereka inginkan, semakin banyak yang mereka tampilkan, dan siklusnya berulang, tumbuh seperti bola salju. 

Tidak hanya ada, dinamika penguatan ini memberikan platform yang dirancang khusus untuk perilaku pencarian perhatian. Oleh karena itu, tarian narsis digital untuk perhatian terus berlangsung selama masyarakat terus menyukai, membagikan, dan memberikan komentar.

Pengaruh Media Sosial terhadap Tingkat Empati

Komponen empati, keterampilan emosional kritis yang seringkali kurang pada orang yang menunjukkan kecenderungan narsistik, penting untuk diperhatikan saat mengkaji narsisme. 

Sekarang kita berada di dunia media sosial, tempat interaksi seringkali kehilangan kualitas emosional yang membedakan interaksi tatap muka. Lingkungan ini dapat memperburuk defisit empati yang umum pada orang narsistik.

Kita kehilangan petunjuk emosional halus yang biasanya kita tangkap dalam percakapan tatap muka ketika kita berinteraksi melalui layar, emoji, dan keterangan yang dirancang dengan hati-hati. 

Dalam komunikasi digital, seringkali tidak ada petunjuk penting untuk empati, seperti perubahan dalam bahasa tubuh, lembut atau kerasnya pandangan seseorang, atau nuansa nada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun