Mohon tunggu...
Erica Sunjaya
Erica Sunjaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa FBE UAJY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Tinder Swindler Versi Indonesia

29 Maret 2022   18:00 Diperbarui: 29 Maret 2022   18:04 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah semestinya, penipu itu sadar bahwa tujuan adanya aplikasi Tinder untuk menemukan jodoh bukan untuk melakukan penipuan, sehingga aplikasi tidak disalahgunakan. Jika tidak terjadi penipuan, maka pihak aplikasi Tinder tidak akan menerima akibat dari penipu. Setiap orang pada akhirnya bisa dengan nyaman menemukan pasangan hidup walaupun dipertemukan melalui aplikasi online.

 Korban Tinder

Menurut salah seorang korban dalam kasus penipuan di Tinder, penipu kerap mengaku sibuk mengurus berbagai pabrik yang dimilikinya, sehingga membuat para korban menganggap bahwa ia merupakan sosok yang kaya raya. Ia juga sering memamerkan pakaian bermereknya lewat foto-foto yang diunggah ke media sosialnya. 

Penipu juga digambarkan sebagai laki-laki-laki yang dapat membuat siapa pun jatuh cinta. Ketika bertemu, penipu bisa membuat korban merasa nyaman dan percaya dengannya sehingga korban akhirnya masuk ke perangkap penipu dan memberikan pinjaman uang dengan iming-iming akan dikembalikan. 

Akan tetapi sayangnya, uang korban tidak pernah kembali dan penipu dikabarkan menghilang tanpa jejak serta memblokir akun media sosial korban tanpa membayar hutangnya.

Ada beberapa korban yang masuk perangkap penipu tersebut dengan kerugian yang cukup besar. Akhirnya, para korban memberanikan diri untuk mengutarakan kejadian yang sebenarnya tentang pengalaman pahit mereka agar tidak ada korban lainnya yang terperangkap dalam rayuan penipu ini. Tidak lama setelah para korban mengutarakan kejadian yang sebenarnya, cahaya terang mulai muncul yaitu seseorang berhasil menemukan sosok penipu ini.

Dikutip dari Huffpost, seorang antropolog biologi di Rutgers University yang telah mempelajari cinta romantis secara ekstensif, Dr. Helen Fisher menjabarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa wanita menyukai pria berduit. Hal ini dikarenakan mereka membutuhkan seseorang untuk membantu merawat anak-anak mereka kelak. 

Dari kutipan ini, wanita mencari pria yang mampu membiayai hidupnya sehingga mayoritas wanita mencari pria yang memiliki profil kaya raya. Akan tetapi, dibalik profil tersebut adanya kebohongan demi keuntungan pribadi pelaku.

Maraknya penipuan ini tidak hanya merugikan finansial, tetapi juga menyebabkan trauma, tekanan, dan fisik. Dari kasus ini, kita tahu bahwa jangan terlalu percaya dengan orang yang kita temui di aplikasi kencan online. 

Sebaiknya kita mencari terlebih dahulu latar belakang orang yang ingin ditemui, sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Kasus seperti ini memang lebih banyak terjadi pada perempuan. Maka dari itu kita harus cermat dan berhati-hati dalam memilih pasangan dalam aplikasi kencan.

 Di samping itu, kasus penipuan ini juga harus segera ditangani oleh aparat hukum dengan menetapkan hukuman bagi para penipu agar tidak ada lagi korban selanjutnya. Selain itu dari pihak aplikasi juga harus melakukan konfirmasi yang ketat terkait profil akun pengguna yang ingin mendaftar agar semua pengguna dapat menggunakan aplikasi dengan tenang dan nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun