Penipuan marak terjadi di Indonesia melalui media sosial dan lingkungan sekitar. Banyak aplikasi media sosial yang dijadikan sasaran bagi penipu untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Salah satu aplikasi yang cukup terkenal saat ini adalah Tinder.Â
Kita tahu bahwa Tinder merupakan aplikasi kencan online paling populer di dunia yang diluncurkan tahun 2012. Siapa yang tidak mengenal dan menggunakan Tinder di zaman era globalisasi? Hampir 9,6 juta orang di dunia ini menggunakan Tinder.Â
Tujuan dari aplikasi tersebut untuk memudahkan para jomblo menemukan pasangan hidup. Aplikasi ini menggunakan GPS, sehingga pengguna dapat memilih pasangan yang berada di sekitarnya. Namun, sayangnya ada beberapa pengguna menjadikan aplikasi ini untuk menipu pasangan online-nya dengan memanipulasi profil Tindernya.
Penipu Tinder
 Dalam survei yang dilakukan Rakuten Insight pada September 2020, Indonesia termasuk responden tertinggi yang menggunakan Tinder dibandingkan dengan aplikasi kencan daring lainnya, yaitu sebesar 56,7%. Tinder dengan pengguna yang banyak ini menjadi aplikasi yang menguntungkan bagi beberapa orang, tetapi tidak sedikit juga yang mendapatkan sisi gelapnya.Â
Banyak korban yang telah masuk perangkap penipu. Penipu melakukannya dengan cara berbohong dan menguras perlahan uang korban. Ia menggunakan profil palsu yang seakan-akan berasal dari keluarga kaya raya. Berbagai alasan yang digunakan penipu untuk berhasil mencapai keuntungannya.Â
Kasus penipuan Tinder baru-baru ini terjadi di Indonesia. Kasus ini menyerupai film Tinder Swindler yang didokumentasikan dalam serial netflix. Tinder Swindler versi Indonesia dikenal sebagai laki-laki yang aktif mencari pasangan dan memamerkan kekayaannya kepada setiap orang.Â
Dalam aplikasi Tinder, ia menggunakan nama James Daniel Sinaga sebagai nama samaran. Ia sering menggunakan baju bermerek dan mengaku mempunyai banyak pabrik.Â
Agar terlihat lebih nyata, ia juga sering mengupload barang-barang mewahnya di akun media sosial dan akun Tinder. James Daniel Sinaga menipu dengan meminta korban mentransfer sejumlah uang dengan alasan bank yang sedang limit dan berjanji akan mengembalikannya.
Profesor Psikologi di California State University, Kelly Campbell, menjelaskan mengapa pelaku Tinder berbohong tentang identitasnya. Alasan utamanya untuk menciptakan sosok ideal dan meningkatkan diri di mata orang lain.Â
Semua karakteristik yang diinginkan setiap pasangan akan muncul dalam diri penipu, seperti wajah menarik, tubuh yang bagus, sifat romantis dan mempunyai banyak uang. Ketika seseorang tidak memiliki karakteristik tersebut atau merasa tidak mempunyai hal untuk dibanggakan, itu menjadi alasan si penipu menciptakan 'diri' yang palsu.