Di sini perlu ada perhatian dari pemerintah daerah untuk menerapkan peraturan mengenai ketentuan waktu saat berlangsungnya hajatan pernikahan di lingkungan masyarakat.
2. Peraturan tentang menyerobot antrean di tempat umum
Ada yang bilang bahwa budaya antre menjadi tolok ukur suatu bangsa. Budaya antre adalah perilaku sederhana yang dampaknya luar biasa. Dengan membiasakan antre, maka diri kita akan jauh lebih menghargai orang lain. Dengan antre juga akan memperlihatkan kualitas dari seseorang. Percuma jika kamu sekolah tinggi-tinggi namun tidak mampu menerapkan budaya antre atau tertib, apalagi jika ditambah dengan sumpah serapah yang tidak perlu.
Bila dipikir-pikir sebenarnrya budaya antre adalah budaya yang sangat mudah untuk kita lakukan karena hanya menunggu gilirannya tiba. Namun karena sifat manusia yang egois, maka beberapa di antara mereka menjadi tidak sabaran dan menyerobot antrean tanpa rasa malu.Â
Terkadang pula ada yang sampai membayar orang lain untuk menyerobot antrean seperti saat antre minyak goreng atau sejenisnya. Pemerintah perlu memberikan perhatian secara serius untuk menerapkan hukuman bagi mereka yang menyerobot antrean agar negara kita ini jauh lebih tertib.
3. Peraturan tentang maksimal jumlah penumpang di angkot/angkutan umum sejenis
Ketiga, yaitu peraturan tentang jumlah penumpang di angkutan umum khususnya angkot. Setelah saya membaca-baca peraturan tentang angkutan umum, saya tidak menemui berapa batas jumlah penumpang dalam angkutan umum tertentu sesuai dengan kapasitasnya.Â
Terlebih mengenai angkutan kota alias angkot. Saya pun sama sekali tidak tahu ketika bis kota dipenuhi dengan penumpang sambil berdempet-dempetan adalah sebuah pelanggaran atau bukan.
Tapi saya sangat menaruh perhatian tentang angkot. Seperti yang kita tahu, biasanya si amang-amang angkot akan bilang bahwa kanan enam, kiri empat, dan biasanya ada spot bangku kecil di tengah-tengah yang dapat diisi oleh dua orang. Di depan maksimal bisa diisi oleh dua orang jika memang muat.Â
Namun terkadang masih banyak sopir angkot yang nakal hingga memaksakan penumpang untuk masuk dan berdempet-dempetan hingga melebihi kapasitas.
Terlebih lagi selalu ada saja penumpang yang nangkel (bahasa Sunda) alias berdiri di pintu angkot seperti kondektur. Bahkan tidak jarang ada saja penumpang yang naik ke atas angkot yang biasanya dilakukan oleh anak-anak sekolah. Selain peran pemerintah untuk menerapkan aturan tegas, perlu juga kesadaran dari para penumpang dan tentunya sopir.