“Assalamu’alaikum, Tik.”
Setelah parkir mobil dan masuk ke supermarket, aku menemukan Tika yang sedang duduk menunggu kami di bawah eskalator.
“Wa’alaikumsalam, Mbak.”
Senyum Tika seperti senyum sebelumnya pernah kutemui. Pancaran wajahnya tergambar bahwa ia senang mengetahui ada penolong untuk calon penerima donasi dari komunitas yang ia dirikan. Aku pun ikut senang bisa berbagi tenaga.
Setelah kami berdoa bersama sebelum melakukan belanja, Tika memimpin briefing kecil-kecilan. Dia membagi tugas siapa yang membeli barang-barang kebutuhan sesuai catatan dan siapa yang mencatat apa yang sudah dibeli juga harganya.
Ada Bunga, Zaski, Sofia dan Novi. Mereka keempat anak yang kami temani belanja. Keempat anak itu adalah anak yatim dari daerah Bengkulu. Tetangga dari Pak Habibi yang diajak hidup di Jogja agar hidupnya lebih terjamin. Sebenarnya ada 12 anak, tapi 8 lainnya menunggu di pondok.
Aku dan Tika serius mencari barang yang akan dibeli dan anak-anak mengikuti ke mana pun kami pergi dengan patuh. Memilih barang yang harganya cocok dan mencatatnya. Bunga dan Novi memasukkan barang ke dalam keranjang, sementara Zaski dan Sofia mencatat harganya.
Setelah selesai belanja, anak-anak juga diajak main wahana roller coaster. Sesampainya di wahana, kebahagiaan terpancar. Anak-anak yang memang baru pernah bermain wahana ini, antusias sekali. Kupotret mereka dari smartphone-ku. Setelah dua kali putaran, anak-anak nyengir dan bercerita bahwa mereka ngeri sekaligus senang naik wahana ini. Alhamdulillah.
“Terima kasih atas kesediaan Mbak Dhita dan suami ya, anak-anak senang sekali bisa main ke sini. Mereka baru pernah menyambangi supermarket sebesar ini.”
Begitulah yang aku dengar berulang-ulang dari Pak Habibi. Padahal aku dan keluarga sudah biasa main ke sana. Mungkin sebulan sekali atau dua kali, hanya cuci mata atau sekedar membeli mainan untuk anak.
Tapi ternyata kegembiraan kecil bagiku, beda bagi mereka yang baru ke sana pertama kalinya. Ada rasa bahagia yang tertinggal di hati selepas kami pamit dari pondok. Kami mengantarkan anak-anak dan Pak Habibi pulang setelah makan siang.