Digital Age Knowledge Management in College Libraries
Â
PendahuluanÂ
      Pengetahuan adalah aset disuatu organisasi yang mempengaruhi pengguna seluruh sumber daya pada organisasi dengan tepat. Pengetahuan merupakan suatu sumber daya tidak berkurang apabila dibagi atau sebar luaskan. Dengan menggunakan dan menyebar luaskan penegtahuan disetiap badan organisasi, pengetahuan akan tumbuh dan bertambah serta memiliki manfaat bagi kemajuan organisasi dan individu didalamnya. Pengetahuan ialah sumber daya abstrak, urgent dan bernilai dalam sebuah organisasi (James, 2004), serta merupakan sumber penunjang guna menciptakan kelebihan bersaing seperti keterampilan untuk memiliki kinerja yang lebih mumpuni daripada organisasi lain (Aerts, Dooms, dan Haezendonck, 2017). Menurut Odor (2018), pengetahuan merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dengan cara yang diharapkan, yang memungkinkan guna mencapai tujuan. Pengetahuan merupakan aset yang tidak terlihat atau tidak memiliki bentuk fisik, yang pendapatannya terjadi dengan proses cendekiawan yang bernaekaragam dari persepsi, pembelajaran, komunikasi, asosiasi dan penalaran. Pengetahuan ini dikelompokkan atau terbagi menjadi dua, yaitu: taksit (tacit knowledge) dan eksplisit (explicit knowledge). Taksit (tacit knowledge) merupakan pengetahuan dari para ahli baik individu maupun masyarakat yang berbentuk know-how, pengelaman, skill, pemahaman, maupun petunjuk praktis(rules of thumb) yang terdapat pada benak orang yang mengetahui (Wahono, 2006 dalam Sutrisna, 2018), sedangkan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge) merupakan pengetahuan tertulis, tersimpan, tersebar dalam bentuk cetak maupun eletronik, dapat diekspresikan dengan kalimat dan angka, serta mampu disampaikan dalam bentuk ilmiah, perincian atau manual dan bisa sebagai bahan pembelajaran (reference) untuk orang lain.
Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) merupakan suatu pendekatan sistematis guna mengumpulkan, mengorganisir, menyimpan, dan membagikan pengetahuan di dalam suatu organisasi. Dalam konteks perpustakaan perguruan tinggi, manajemen pengetahuan era digital melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengelola, mempreluas, dan memberikan akses yang efisien ke sumber daya informasi yang menarik. Di era digital saat ini terjadi perubahandimana masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan. Layanan yang disediakan perpustakaan harus mengikuti informasi terkini, sehingga mengaplikasikan manajemen pengetahuan adalah suatu kewajiban. Manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi dapat mendorong pengumpulan pengetahuan beserta penyebaran pengetahuan, mempromosikan hasil karya ilmiah civitas akademika, serta melindungi kekayaan ilmuwan. Penerapan manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi agar pengetahuan taksit dan ekplisit disimpan sehingga jika diperlukan kembali oleh individu atau organisasi dapat digunakan kembali. Manajemen pengetahuan sebagai tempat repositori lembaga perpustakaanpperguruan tinggi guna mensupport pengejaran dan pembelajaran, serta penelitian.
Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting pada penyediaan akses ke pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa, fakultas, dan civitas akademika. Perpustakaan ialah jantungnya PerguruanTinggi berfungsi menyalurkan sumber-sumber informasi yang dikelola dan dimiliki guna mampu dimanfaatkan oleh civitas akademika. Dalam era digital yang terus berkembang manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi menjadi semakinpenting dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya elektronik dan memenuhi kebutuhan informasi yang terus berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir perpustakaan perguruan tinggi telah mengalami perubahan yang signifikan dengan berkembangnya teknologi informasi dan transformasi digital. Perpustakaan tradisional yang sebelumnya berfokus pada koleksi buku cetak, telah berubah menjadi perpustakaan digital yang menyediakan jalur berbagai sumber elektronik, seperti e-book, jurnal ilmiah, basis data, dan sumber data digital/eletronik lainnya.
Perpustakaan digital memungkinkan mahasiswa dan fakultas untuk mengakses materi pembelajaran secara online, memperluas jaringan aksesbilitas informasi, dan mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran dan penelitian. Sistem manajemen pengetahuan terintegrasi digunakan untuk mengelola dan mengatur sumber daya informasi digital, dimana seperti pengindeksan, pencarian, dan pemeliharaan koleksi elektronik.
Pengelolaan pengetahuan era digital juga melibatkan upaya peningkatan literasi informasi dikalangan mahasiswa dan fakultas. Perpustakaan harus mampersiapkan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan supaya dapat membantu pengguna memahami cara menggunakan sumber daya elektronik secara efektif, melakukan pencarian canggih, dan mengevaluasi keaslian dan kualitas informasi yang mereka temui. Menjalin kerjasama dengan pihak eksternal, seperti penerbit, lembaga pendidikan lain, dan lembaga penelitian, juga menjadi bagian penting dalam pengelolaan pengetahuan era digital di perpustakaan perguruan tinggi. Kolaborasi ini memungkinkan perpustakaan untuk mendapatkan akses ke sumber informasi terbaru, melakukan pembelian bersama, dan bertukar informasi untuk memperluas jangkauan koleksi dan memenuhi kebutuhan pengguna.
Pembahasan Â
      Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, dan segala sesuatu yang mengerti berkenan pada suatu hal. Pengetahuan memiliki arti kombinasi informasi, pengalaman dan wawasan (Empson, 1999 dalam Alhazmi, 2010), dikorelasikan dengan potensi keterampilan, kompetensi, cita-cita, intuisi, komitmen, dan motivasi yang dapat menguntungkan individu atau organisasi (Bello, 2018). Dalam sebuah organisasi, pengetahuan bukan hanya seperti dokumen atau repository, tetapi juga pada kebiasaan organisasi, proses, praktik, dan ketentuan. Dalam pengetahuan terbagi menjadi 2, pengetahuan taksit (tacit knowledge) & pengetahuan eksplisit (explicit knowledge).
      Pengetahuan taksit merupakan pengetahuan mengenai prosedur yang ada dalam benak manusia. Hal yang berkombinasi dengan pengetahuan taksit ialah pengetahuan mengetahui, menghasilkan, membagi dan mengatur sesuatu (Malhotra, 2005). Menurut Polanyi (1966) pengetahuan taksit memiliki beberapa sifat, diantaranya: 1) Tidak dapat dibagi; 2) Merupakan hal yang lebih banyak diketahui daripada disampaikan; 3) Seringkali terdiri dari kebiasaan dan budaya yang tidak dapat ditentukan sendiri; 4) Tidak dapat dikelompokkan; 5) Menggambarkan fakta; 6) Melibatkan pembelajaran dan keterampilan; 7) Terbentuk dalam kelompok dan hubungan organisasional, nilai inti, asumsi-asumsi dan keyakinan, sulit diidentifikasikan, disimpan, dihitung, dan dipetakan. Pengetahuan taksit sukar diutarakan, ditangkap, di record, diformalkan, serta ucapkan, bersifat private, disimpan dalam benak perorangan, dan disebarkan dengan interaksi sosial. Dalam organisasi memiliki tantangan tersendiri, tantangan tersebut ialah bagaimana organisasi mampu mengenali unsur-unsur pengetahuan taksit sehingga bisa diambil dan dirangkai ekplisit.
      Pengetahuan ekplisit merupakan pengetahuan logis, formal, dapat didokumentasikan, yang bisa didistribusikan, dibagikan, dan dikomunikasikan secara jelas. Pengetahuan ekplisit disahkan dan dirangkai sebagai kata-kata, kode, nomor matematika, dan langkah-langkah ilmiah. Peristiwa ini bisa ditemukan pada internet, dalam buku-buku, dokumen, email, dan sumber daya lainnya, baik lisan maupun visual (Polanyi, 1997 dalam Alhazmi, 2010). Menurut Nonaka dan Takeuchi (1999:3), pengetahuan ekplisit adalah pengetahuan yang siap diakses, telah didokumentasikan dalam sumber pengetahuan formal yang telah terorganisir dengan baik. Pengetahuan taksit merupakan pengetahuan taksit yang diartikulasikan, didokumentasikan, dikodifikasi, diorganisir, dalam sebuah media tertentu misalnya dengan bantuan ilmu teknologi sehingga dapat mudah diakses dan dipublikasikan ke pihak lain yang membutuhkan. Hal global dari pengetahuan ekplisit seperti prosedur, petunjuk pengamanan, serta video. Pengetahuan ekplisit juga dapat termediakan dalam bentuk audio-visual. Hasil dari kinerja seni serta desain produk dapat juga dipandang sebagai bentuk pengetahuan ekplisit yang menjadi eksternalisasi dari sebuah motif, keterampilan, dan pengetahuan individu.
      Manajemen pengetahuan memiliki proses mengambil pengumpulan pengetahuan baru, membuka pengetahuan dari luar, saving pengetahuan pada dokumen, database, dan software, penggunaan pengetahuan, dalam proses, produk ataupun layanan, membagi pengetahuan yang ada di sekitar organisasi. Menggunakan pengetahuan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan, menyediakan kemajuan pengetahuan melalui budaya serta dorongan berbagi, dan  mengevaluasi manajemen pengetahuan (Galagan, 1997 dalam Sirorei & Fombad, 2019). Menurut (Captureanu, Olaru, & Popescu, 2018), (Gonzalez & Martins, 2017), menyatakan proses manajemen pengetahuan merupakan penciptaanipengetahuan, penyimpanan pengetahuan, berbagi pengetahuan dan aplikasi pengetahuan. IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions), memberikan pengertian kerja manajemen pengetahuan dengan menyebutnya sebagai proses menciptakan, menyimpan, berbagi, mengaplikasikan dan menggunakan kembali pengetahuan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya (IFLA, 2015).
      Ada empat tujuan manajemen pengetahuan, diantaranya: (1) membuat manajemen repositori dengan tujuan dapat digapai dengan menerapkan taksit pengetahuan yang tersimpan didalam dokumen tersebut dan kemudian menyimpannya dalam repositori sehingga dokumen tersebut dapat mudah diakses, hal ini bertujuan menangkap pengetahuan individu; (2) meningkatkan akses pengetahuan dengan tujuan dapat dicapai dengan memfasilitasi perpindahan pengetahuan antar individu sehingga tercipta proses pembagian pengetahuan; (3) memperbesar pengetahuan lingkungan dengan tujuan dapat dicapai dengan menyediakan lingkungan yang dapat mengefektifkan penciptaan, berbagi, dan penggunaan pengetahuan. Penyediaan pengetahuan ini erat kaitannya dengan membangun  kepedulian dan budaya prganisasi terhadap pengetahuan; (4) mengelola manajemen aset memiliki tujuan dapat dicapai dengan memasukkan aset kekayaan intelektual pada laporan organisasi (Davenport et al., 1998).
      Secara sistematis manajemen pengetahuan di perguruan tinggi akan menjadi fasilitas yang penting untuk menambah produktivitascivitas akademika. Perguruan tinggi memiliki dasar pengetahuan yang berlimpah yang mana pengetahuan diciptakan, dan digunakan secara berkelanjutan, maka dari itu perguruan tinggi harus merangkai dan mengelola pengetahuan yang kuasainya. Pengetahuan di perguruan tinggi tentunya sangat besar dan luas, maka dari itu diperlukan dan dibutuhkannya manajemen pengetahuan, karena dalam institusi pendidikan yang selalu menyediakan informasi dan bahan yang berkualitas, pengambilan keputusan yang efektif, peningkatan pada kinerja serta meningkatkan peran perpustakaan sebagai sumber informasi disebuah perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki visi misi mendukung pembelajaran dan pengajaran, observasi/penelitian dan pengabdian masyarakat dengan mengumpulkan dan menyebarkan sumber informasi yang dimiliki.
      Implementasi knowledge management di perpustakaan perguruan tinggi dilakukan dengan cara mengumpulkan bermacam bahan pustaka, bahan pustaka ialah informasi akan dibutuhkan oleh pengguna umumnya koleksi dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pengadaan bahan pustaka setelah bahan pustaka diperoleh maka dilakukan proses knowledge management dilakukan, termasuk pendataan yang dikumpulkan dengan tujuan memberikan identitas untuk memudahkan pencarian informasi. Setelah melalui berbagai proses, bahan pustaka disimpan dalam sistem tertentu untuk memudahkan akses pengetahuan. Bahan pustaka yang disimpan untuk penggunaan yang lebih efektif memerlukan promosi atau upaya untuk menyediakan informasi bagi pengguna sehingga dapat dipahami dan dimanfaatkan pada saat dibutuhkan.
Perpustakaan yang mumpuni adalah perpustakaan yang punya kemampuan akses terhadapteknologi. Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang ada keunggulan dalam teknologi. Sistem dan manajemen pengetahuan tekah didukung oleh teknologi serta koleksi-koleksi berupa teknologi digital. Perpustakaan digital merupakan salah satu infrastruktur, kebijakan, dan prosedur, dan organiasasi mekanisme politik dan ekonomi yang diperlukan untuk mengakses dan melestarikan konten secara digital (Sun dan Yuan, 2012). Dalam pengelolaan perpustakaan di perguruan tinggi, adapun tujuan guna mengumpulkan dan mempublikasi informasi untuk mendukung tujuan dari institusi pendidikan, peneliatian, serta pengabdian terhadap masyarakat. Tujuan utama perpustakaan digital ialah memberikan layanan perpustakaan kepada pemustaka yang utamakan penggunaan dan penyaluran informasi dengan cepat dan tepat (Widayanti, 2015). Dengan beberapa tujuan tersebut manjadikan perpustakaan perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk riset, pengajaran dan pembelajaran. Dalam memberikan layanan perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan utama mneyediakan berbagai sumber informasi baik tercetak maupun elektronik.
Konsep manajemen pengetahuan pada perpustakaan dengan cara pengolahan pengetahuan yang tercantum banyak informasi meminta inovasi dari manajemen tradisional menuju manajemen modern. Perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsikonvensional memiliki fungsi mengolah, mengumpulkan, mempublikasi, dan menyimpan serta menggunakan informasi guna memberikan jasa kepada user saat ini harus memperbaiki layanan yang diberikan terhadap pemustaka dengan menjadi organisasi pembelajaran yang ada peningkatan proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi.
      Perpustakaan digital umumnya mempunyai tiga karakteristik utama yang sudah di jelaskan oleh (Tedd, L. A. & Large, 2005) dalam (Prasojo, 2016), yaitu: 1) Menggunakan teknologi yang manyatukan keterampilan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam sebuah jaringan yang tersebar luas; 2) Memiliki koleksi bisa mencakup data dan metadata yang saling mencantumkan banyak data, baik dalam lingkup eksternal maupun internal; 3) Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama komunitas pengguna layanan guna mencukupi kebutuhaniinformasi yang dibutuhukan.
      Perpustakaan berperan penting dalam peningkatan aksesbilitas dan ketersediaan sumber saya informasi, adapun beberapa peran dan manfaat perpustakaan digital diantaranya: aksesbilitas yang luas dan tak terbatas memungkinkan akses informasi yang luas, sehingga mahasiswa ataupun civitas akademika mampu mengakses perpustakaan digital dari tempat dan waktu fleksibel dengan ketentuan terkoneksi dengan internet; ketersediaan sumber daya elektronik yang disediakan perustakaan digital yang beragam, seperti e-book, jurnal ilmiah, artikel, basis data, dan sumber daya digital lainnya; kemudahan akses atau fleksibelitas dalam melakukan pencarian yang canggih dan spesifik; keberagaman format sesrta media yang bisa memberikan kesan belajar yang lebih bervariasi serta dapat menjadi ineraktif; penghematan biaya dan ruang, perpustakaan digital dapat mengurangi biaya operasioanl dalam hal pengadaan, pemeliharaan, dan menyimpan koleksi fisik. Perpustakaan digital juga dapat mengurangi ketergantungan menggunakan ruang fisik yang terbatas.
      Selain terdapat sistem manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi, sumber daya manusia juga faktor utama pada proses manajemen pengetahuan. Seoptimal apapun sistem bekerja, apabila sumber daya manusia yang mengelola kurang mengerti atau menguasai, sistem manajemen pengetahuan tersebut akan sia-sia. Diharapkan pengelola guna menyadari urgensi aset pengetahuan disuatu organisasi, cara mengelola pengetahuan tersebut dan menggunakan aset tersebut guna mencapai kepuasan maksimal bagi user.
      Dalam manajemen pengetahuan era digital, keamanan data elektronik dan perlindungan privasi merupakah hal yang selalu dikritisi. Dala perguruan tinggi, perpustakaan memiliki pertanggung jawaban untung melindungi data user, menjaga kerahasiaan informasi sensitif, serta mengamankan sumber daya elektronik yang dikelola. Ada beberapa point penting mengenai keamanan data elektronik dan perlindungan privasi dalam manajemen pengetahuan era digital, diantaranya seperti: perlindungan data pribadi, sebagaimana dalam pertauran perundang-undangan dan peraturan privasi yang berlaku untuk melindungi data pribadi pengguna; pengamanan jaringan dan infrastruktur, sebagaimana perpustakaan harus menjaga jaringan dan infrastruktur teknologi informasi yang digunakan untuk menyimpan dan mengelola dsumber elektronik; otentikasi pengguna, dimana perpustakaan harus menerapkan mekanisme otentifikasi yang kuat guna memngidentifikasi pengguna dan memastikan cuma pemustaka yang berhak memiliki jalan masuk ke sumber daya elektronik; pengendalian akses, perpustakaan perlu mengatur tingkat akses dan izin pengguna ke sumber daya elektronik; penghapusan data yang aman, perpustakaan harus mempunyai ketetapan dan metode yang jelas untuk menghapus data pengguna yang tidak lagi diperlukan secara aman dan permanenen; audit keamanan dan pemantauan, perpustakaan harus melakukan audit keamanan secara berkala dan memantau aktivitas sistem untuk mendeteksi potensi ancaman atau kebocoran data; kepatuhan terhadapa aturan bahwa kebijakan dan praktik mereka sesuai dengan peraturanprivasi dan keamanan data yang aktif,sseperti dalam General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa atau peraturan privasi masing-masing. Dengan memperhatikan keamanan data elektronik serta perlindugan privasi, perpustakaan perguruan tinggi dapat membangun kepercayaan dengan pengguna, menjaga integritas sumber daya informasi, dan memastikan ketaatan terhadap persyaratan hukum dan regulasi yang berlaku.
      Perpustakaan digital merupakan pengganti layanan perpustakaan berbasis online berisi koleksi perpustakaan yang sudah didigitalisasi berupa dokumen digital (Yois &iMarlini, 2020). Perkembangan teknologi yang pesat mendorong adanya kemajuan pelayanan di perpustakaan sehingga perpustakaan tidak kehilangan minat masyarakat ditengah ke praktisan temu kembali informasi saat ini. Pada era digital saat ini tentunya perpustakaan perguruan tinggi juga berhadapan dengan tantangan dalam mengelola pengetahuan. Beberapa tantangan yang dihadapi perustakaan di era digital ialah: (1) Perkembangan teknologi informasi yang pesat perpustakaan diharuskan terus memperbaruhi dan beradaptasi; (2) Pengelolaan koleksi yang meluas perpustakaan sangat memerlukan sistem manajemen pengetahuan yang tangguh dalam menyusun, mengindeks, dan menjaga keberlanjutan lokasi yang terus berkembang; (3) Literasi informasi yang rendah, perpustakaan harus memiliki inovasi bagaimana menarik minat masyarakat dalam mengembangkan keterampilan literasi di era digital saat ini; (4) Keamanan data dan privasi yang ketat dan aman guna menjaga keamanan yang tepat untuk melindungi data pribadi dan mencegah akses yang tidak sah; (5) Keterbatasan sumber daya mengenai hal anggaran, personel, dan infrastruktur.pengelolaan pengetahuan era digital memerlukan investasi dalam yang signifikan dalam perangkat lunak, sistem manajemen pengetahuan, dan sumber teknis lainnya. Menghadapi tantangan ini perpustakaanperguruan tinggi perlu mengembangkan strategi dan kebijakan yang efektif guna mengelola pengetahuan era digital.
      Peluang perpustakaan era digital perguruan tinggi tentunya juga memiliki peluang yang luas dan signifikan dalam manajemen pengetahuan. Dimana peluang-peluang ini dapat memajukan sistem dan perpustakaan itu sendiri, peluang-peluang tersebut yaitu: (1) Kecerdasan Buatan dan analitika data, peluang ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan manajemen pengetahuan dan perpustakaan digital; (2) Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang interaktif dan mendalam. Pengguna dapat berinteraksi dengan materi pembelajaran secara virtual, mengunjungi perpustakaan digital dala VR atau mengakses sumber daya digital dengan cara yang lebih bervariasi; (3) Kemitraan dan kolaborasi dengan pendidikan lain, penerbit, dan lembaga penelitian. Melalui kemitraan dan kolaborasi perpustakaan dapat memperluas akses ke sumber daya informasi terbaru, berbagi koleksi, dan meningkatkan layanan bagi pengguna; (4) Open acces dan open educational resources yang dapat dimanfaatkan perpustakaan perguruan tinggi guna memainkan peran dalam mendukung dan mempromosikan akses terbuka terhadap sumber daya informasi. Perpustakaan dapat menyediakan platform untuk penyimpanan, pengelolaan, dan berbagi sumber daya terbuka dengan komunitas akademik; (5) Mobilitas dan akses multiplatform, perpustakaan perguruan tinggi harus mempu menyediakan akses yang responsif dan berkinerja tinggi melalui beberapa platform perangkat, seperti smartphone, tablet, laptop, dll; (6) Analisis big data dan text mining dapat memberikan wawasan berharga dalam memahami tren dan pola penggunaan, pemilihan sumber daya, dan kebutuhan informasi, dimana teknik ini dapat meningkatkan pengelolaan koleksi, mengidentifikasi trend dan riset, serta dapat memberikan layanan yang lebih efektif. Dalam peluang perpustakaan ini menunjukkan pergeseran menuju pengelolaan pengetahuan yang lebih adaptif, terhubung, dan berfokus pada pengalaman pengguna. Apabila perpustakaan perguruan tinggi mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada , akan dapat meningkatkan layanan perpustakaan, memperluas aksesbilitas, dan memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan berkesan kepada pengguna.
      Ketika berurusan dengan perpustakaan perguruan tinggi, manajemen pengetahuan membutuhkan perspektif dan pola pikir yang terampil. Perpustakaan perguruan tinggi harus kuat dalam menerapkan manajemen pengetahuan karena mereka harus menerima pengunjung yang aktif dan sistem pembelajaran yang membutuhkan pengetahuan terbaru. Mereka juga harus menangani berbagai topik dan disiplin ilmu. Oleh karena itu, pustakawan perguruan tinggi harus terus memperbarui kemampuan mereka. Perpustakaan perguruan tinggi modern tidak hanya mengelola dan menyebarkan informasi; mereka juga membuat informasi. Perpustakaan perguruan tinggi harus mempersiapkan sumber daya manusia, yang merupakan elemen penting yang harus disiapkan. Perpustakaan ini bertanggung jawab untuk mengubah berbagai sumber daya yang ada menjadi sumber daya yang relevan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Maka dari itu, penting adanya profesi pustakawan di perguruan tinggi yang menguasai spesialisasi sesuai dengan bidang ilmu masing-masing sehingga dapat fokus mengelompokkan informasi sejenis yang akan digunakan oleh akademisi guna mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kesimpulan
      Dalam era digital yang terus berkembang, perpustakaan perguruan tinggi mengambil peran yang sangatpenting pada mengelola pengetahuan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi. Melalui perpustakaan digital, perguruan tinggi dapat meningkatkan aksesibilitas, ketersediaan, dan penggunaan sumber daya elektronik oleh mahasiswa dan fakultas. Perguruan tinggi telah mengalami transformasi dalam mengadopsi teknologi informasi berfungsi meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pengetahuan. Perpustakaan digital memungkinkan akses sumber daya informasi yang luas dan fleksibel, dengan memanfaatkan buku elektronik, jurnal ilmiah, basis data, dan sumber daya digital lainnya. Aksesibilitas yang lebih baik dan ketersediaan tak terbatas memungkinkan pengguna untuk belajar dan melakukan penelitian kapan saja dan di mana saja.
Penerapan sistem manajemen pengetahuan terintegrasi memungkinkan perpustakaan untuk mengelola, mengatur, dan menyediakan akses ke sumber daya elektronik dengan lebih efisien. Peningkatan literasi informasi dan pendidikan pengguna juga menjadi fokus penting dalam memastikan pengguna mampu menggunakan sumber daya elektronik dengan efektif dan mengembangkan keterampilan pencarian informasi yang baik. Namun, dalam menghadapi era digital, perpustakaan perguruan tinggi juga dihadapkan pada tantangan yang signifikan. Pengelolaan koleksi yang meluas, perlindungan data elektronik, dan kepatuhan terhadap peraturan privasi merupakan tantangan yang perlu diatasi. Selain itu, perubahan paradigma belajar dan perubahan perilaku pengguna juga memerlukan adaptasi dan inovasi dalam layanan perpustakaan.
Dalam rangka mengoptimalkan manajemen pengetahuan era digital, perpustakaan perguruan tinggi perlu terus berinovasi, beradaptasi, dan berkolaborasi. Meningkatkan literasi informasi, menjaga keamanan data elektronik, dan memanfaatkan tren teknologi yang sedang berkembang akan memungkinkan perpustakaan untuk memainkan peran yang krusial dalam mendukung pembelajaran, penelitian, dan pertumbuhan akademik di perguruan tinggi. Dengan demikian, perpustakaan digital di perguruan tinggi memiliki potensi besar untuk meningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan sumber daya informasi, memfasilitasi kolaborasi dan pembelajaran yang interaktif, serta menjadi pusat pengetahuan yang inovatif dan relevan di era digital.
Daftar Pustaka
(Senjaya and Susinta 2022)Anggreini, Yesika, and Br Ginting. 2021. "Peran Perpustakaan Dalam Penerapan Knowledge Management Di SMP Negeri 1 Peran Perpustakaan Dalam Penerapan Knowledge Management Di SMP Negeri 1 Kabanjahe Oleh: Yesika Anggreini Br Ginting Mata Kuliah: Manajemen Pengetahuan Dosen Pengampu: HIMMA DEWIYANA Departemen Ilmu Perpustakaan Dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara." (December).
Aulianto, Dwi Ridho. 2019. "Implementasi Manajemen Pengetahuan Pertanian Pada Perpustakaan Khusus PUSTAKA Kementan RI." (July).
Dan, Manajemen Pengetahuan. 2020. "Manajemen Pengetahuan Dan Implementasinya Dalam Organisasi Dan Perorangan." 16(1): 77--90.
Fakultas, Pustakawan, Ekonomi Universitas, and Islam Indonesia. 2012. "PERAN PUSTAKAWAN DALAM MANAJEMEN PENGETAHUAN DI ERA DIGITAL UNTUK AKADEMIKA FE UII." 3(1): 58--74.
Informasi, Jurnal Kajian, and Thoriq Tri Prabowo. 2017. "Implementasi Manajemen Pengetahuan Di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta." (December 2016).
Kasus, Studi, Ipdn Jatinangor, and Sumedang Jawa. 2017. "DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ( TIK )." : 20--38.
Komunikasi, Pengalaman et al. 2020. "Model Knowledge Management Di Perpustakaan Universitas Padjadjaran Model Knowledge Management Di Perpustakaan Universitas Padjadjaran." (July).
Makdis, Nasrul. 2020. "PENGGUNAAN E-BOOK PADA ERA DIGITAL." 19.
Senjaya, Rahman, and Annisa Susinta. 2022. "Manajemen Perpustakaan Digital Di Era Global Pada Perpustakaan Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri." 13(2): 56--66.
Tyas, Zahra Wenning. 2023. "MENGELOLA KOLEKSI DIGITAL DI PERPUSTAKAAN KABUPATEN BANDUNG." 10(1): 10--20.
Wahdah, Siti. 2020. "Perpustakaan Digital , Koleksi Digital Dan Undang-Undang Hak Cipta." 8(2): 75--84.
Wuryaningrat, Nikolas Fajar, Universitas Negeri Manado, and Ardianus Laurens Paulus. 2023. "Manajemen Pengetahuan." (April).
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI