Pengetahuan ekplisit merupakan pengetahuan logis, formal, dapat didokumentasikan, yang bisa didistribusikan, dibagikan, dan dikomunikasikan secara jelas. Pengetahuan ekplisit disahkan dan dirangkai sebagai kata-kata, kode, nomor matematika, dan langkah-langkah ilmiah. Peristiwa ini bisa ditemukan pada internet, dalam buku-buku, dokumen, email, dan sumber daya lainnya, baik lisan maupun visual (Polanyi, 1997 dalam Alhazmi, 2010). Menurut Nonaka dan Takeuchi (1999:3), pengetahuan ekplisit adalah pengetahuan yang siap diakses, telah didokumentasikan dalam sumber pengetahuan formal yang telah terorganisir dengan baik. Pengetahuan taksit merupakan pengetahuan taksit yang diartikulasikan, didokumentasikan, dikodifikasi, diorganisir, dalam sebuah media tertentu misalnya dengan bantuan ilmu teknologi sehingga dapat mudah diakses dan dipublikasikan ke pihak lain yang membutuhkan. Hal global dari pengetahuan ekplisit seperti prosedur, petunjuk pengamanan, serta video. Pengetahuan ekplisit juga dapat termediakan dalam bentuk audio-visual. Hasil dari kinerja seni serta desain produk dapat juga dipandang sebagai bentuk pengetahuan ekplisit yang menjadi eksternalisasi dari sebuah motif, keterampilan, dan pengetahuan individu.
      Manajemen pengetahuan memiliki proses mengambil pengumpulan pengetahuan baru, membuka pengetahuan dari luar, saving pengetahuan pada dokumen, database, dan software, penggunaan pengetahuan, dalam proses, produk ataupun layanan, membagi pengetahuan yang ada di sekitar organisasi. Menggunakan pengetahuan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan, menyediakan kemajuan pengetahuan melalui budaya serta dorongan berbagi, dan  mengevaluasi manajemen pengetahuan (Galagan, 1997 dalam Sirorei & Fombad, 2019). Menurut (Captureanu, Olaru, & Popescu, 2018), (Gonzalez & Martins, 2017), menyatakan proses manajemen pengetahuan merupakan penciptaanipengetahuan, penyimpanan pengetahuan, berbagi pengetahuan dan aplikasi pengetahuan. IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions), memberikan pengertian kerja manajemen pengetahuan dengan menyebutnya sebagai proses menciptakan, menyimpan, berbagi, mengaplikasikan dan menggunakan kembali pengetahuan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya (IFLA, 2015).
      Ada empat tujuan manajemen pengetahuan, diantaranya: (1) membuat manajemen repositori dengan tujuan dapat digapai dengan menerapkan taksit pengetahuan yang tersimpan didalam dokumen tersebut dan kemudian menyimpannya dalam repositori sehingga dokumen tersebut dapat mudah diakses, hal ini bertujuan menangkap pengetahuan individu; (2) meningkatkan akses pengetahuan dengan tujuan dapat dicapai dengan memfasilitasi perpindahan pengetahuan antar individu sehingga tercipta proses pembagian pengetahuan; (3) memperbesar pengetahuan lingkungan dengan tujuan dapat dicapai dengan menyediakan lingkungan yang dapat mengefektifkan penciptaan, berbagi, dan penggunaan pengetahuan. Penyediaan pengetahuan ini erat kaitannya dengan membangun  kepedulian dan budaya prganisasi terhadap pengetahuan; (4) mengelola manajemen aset memiliki tujuan dapat dicapai dengan memasukkan aset kekayaan intelektual pada laporan organisasi (Davenport et al., 1998).
      Secara sistematis manajemen pengetahuan di perguruan tinggi akan menjadi fasilitas yang penting untuk menambah produktivitascivitas akademika. Perguruan tinggi memiliki dasar pengetahuan yang berlimpah yang mana pengetahuan diciptakan, dan digunakan secara berkelanjutan, maka dari itu perguruan tinggi harus merangkai dan mengelola pengetahuan yang kuasainya. Pengetahuan di perguruan tinggi tentunya sangat besar dan luas, maka dari itu diperlukan dan dibutuhkannya manajemen pengetahuan, karena dalam institusi pendidikan yang selalu menyediakan informasi dan bahan yang berkualitas, pengambilan keputusan yang efektif, peningkatan pada kinerja serta meningkatkan peran perpustakaan sebagai sumber informasi disebuah perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki visi misi mendukung pembelajaran dan pengajaran, observasi/penelitian dan pengabdian masyarakat dengan mengumpulkan dan menyebarkan sumber informasi yang dimiliki.
      Implementasi knowledge management di perpustakaan perguruan tinggi dilakukan dengan cara mengumpulkan bermacam bahan pustaka, bahan pustaka ialah informasi akan dibutuhkan oleh pengguna umumnya koleksi dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pengadaan bahan pustaka setelah bahan pustaka diperoleh maka dilakukan proses knowledge management dilakukan, termasuk pendataan yang dikumpulkan dengan tujuan memberikan identitas untuk memudahkan pencarian informasi. Setelah melalui berbagai proses, bahan pustaka disimpan dalam sistem tertentu untuk memudahkan akses pengetahuan. Bahan pustaka yang disimpan untuk penggunaan yang lebih efektif memerlukan promosi atau upaya untuk menyediakan informasi bagi pengguna sehingga dapat dipahami dan dimanfaatkan pada saat dibutuhkan.
Perpustakaan yang mumpuni adalah perpustakaan yang punya kemampuan akses terhadapteknologi. Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang ada keunggulan dalam teknologi. Sistem dan manajemen pengetahuan tekah didukung oleh teknologi serta koleksi-koleksi berupa teknologi digital. Perpustakaan digital merupakan salah satu infrastruktur, kebijakan, dan prosedur, dan organiasasi mekanisme politik dan ekonomi yang diperlukan untuk mengakses dan melestarikan konten secara digital (Sun dan Yuan, 2012). Dalam pengelolaan perpustakaan di perguruan tinggi, adapun tujuan guna mengumpulkan dan mempublikasi informasi untuk mendukung tujuan dari institusi pendidikan, peneliatian, serta pengabdian terhadap masyarakat. Tujuan utama perpustakaan digital ialah memberikan layanan perpustakaan kepada pemustaka yang utamakan penggunaan dan penyaluran informasi dengan cepat dan tepat (Widayanti, 2015). Dengan beberapa tujuan tersebut manjadikan perpustakaan perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk riset, pengajaran dan pembelajaran. Dalam memberikan layanan perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan utama mneyediakan berbagai sumber informasi baik tercetak maupun elektronik.
Konsep manajemen pengetahuan pada perpustakaan dengan cara pengolahan pengetahuan yang tercantum banyak informasi meminta inovasi dari manajemen tradisional menuju manajemen modern. Perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsikonvensional memiliki fungsi mengolah, mengumpulkan, mempublikasi, dan menyimpan serta menggunakan informasi guna memberikan jasa kepada user saat ini harus memperbaiki layanan yang diberikan terhadap pemustaka dengan menjadi organisasi pembelajaran yang ada peningkatan proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi.
      Perpustakaan digital umumnya mempunyai tiga karakteristik utama yang sudah di jelaskan oleh (Tedd, L. A. & Large, 2005) dalam (Prasojo, 2016), yaitu: 1) Menggunakan teknologi yang manyatukan keterampilan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam sebuah jaringan yang tersebar luas; 2) Memiliki koleksi bisa mencakup data dan metadata yang saling mencantumkan banyak data, baik dalam lingkup eksternal maupun internal; 3) Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama komunitas pengguna layanan guna mencukupi kebutuhaniinformasi yang dibutuhukan.
      Perpustakaan berperan penting dalam peningkatan aksesbilitas dan ketersediaan sumber saya informasi, adapun beberapa peran dan manfaat perpustakaan digital diantaranya: aksesbilitas yang luas dan tak terbatas memungkinkan akses informasi yang luas, sehingga mahasiswa ataupun civitas akademika mampu mengakses perpustakaan digital dari tempat dan waktu fleksibel dengan ketentuan terkoneksi dengan internet; ketersediaan sumber daya elektronik yang disediakan perustakaan digital yang beragam, seperti e-book, jurnal ilmiah, artikel, basis data, dan sumber daya digital lainnya; kemudahan akses atau fleksibelitas dalam melakukan pencarian yang canggih dan spesifik; keberagaman format sesrta media yang bisa memberikan kesan belajar yang lebih bervariasi serta dapat menjadi ineraktif; penghematan biaya dan ruang, perpustakaan digital dapat mengurangi biaya operasioanl dalam hal pengadaan, pemeliharaan, dan menyimpan koleksi fisik. Perpustakaan digital juga dapat mengurangi ketergantungan menggunakan ruang fisik yang terbatas.
      Selain terdapat sistem manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi, sumber daya manusia juga faktor utama pada proses manajemen pengetahuan. Seoptimal apapun sistem bekerja, apabila sumber daya manusia yang mengelola kurang mengerti atau menguasai, sistem manajemen pengetahuan tersebut akan sia-sia. Diharapkan pengelola guna menyadari urgensi aset pengetahuan disuatu organisasi, cara mengelola pengetahuan tersebut dan menggunakan aset tersebut guna mencapai kepuasan maksimal bagi user.
      Dalam manajemen pengetahuan era digital, keamanan data elektronik dan perlindungan privasi merupakah hal yang selalu dikritisi. Dala perguruan tinggi, perpustakaan memiliki pertanggung jawaban untung melindungi data user, menjaga kerahasiaan informasi sensitif, serta mengamankan sumber daya elektronik yang dikelola. Ada beberapa point penting mengenai keamanan data elektronik dan perlindungan privasi dalam manajemen pengetahuan era digital, diantaranya seperti: perlindungan data pribadi, sebagaimana dalam pertauran perundang-undangan dan peraturan privasi yang berlaku untuk melindungi data pribadi pengguna; pengamanan jaringan dan infrastruktur, sebagaimana perpustakaan harus menjaga jaringan dan infrastruktur teknologi informasi yang digunakan untuk menyimpan dan mengelola dsumber elektronik; otentikasi pengguna, dimana perpustakaan harus menerapkan mekanisme otentifikasi yang kuat guna memngidentifikasi pengguna dan memastikan cuma pemustaka yang berhak memiliki jalan masuk ke sumber daya elektronik; pengendalian akses, perpustakaan perlu mengatur tingkat akses dan izin pengguna ke sumber daya elektronik; penghapusan data yang aman, perpustakaan harus mempunyai ketetapan dan metode yang jelas untuk menghapus data pengguna yang tidak lagi diperlukan secara aman dan permanenen; audit keamanan dan pemantauan, perpustakaan harus melakukan audit keamanan secara berkala dan memantau aktivitas sistem untuk mendeteksi potensi ancaman atau kebocoran data; kepatuhan terhadapa aturan bahwa kebijakan dan praktik mereka sesuai dengan peraturanprivasi dan keamanan data yang aktif,sseperti dalam General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa atau peraturan privasi masing-masing. Dengan memperhatikan keamanan data elektronik serta perlindugan privasi, perpustakaan perguruan tinggi dapat membangun kepercayaan dengan pengguna, menjaga integritas sumber daya informasi, dan memastikan ketaatan terhadap persyaratan hukum dan regulasi yang berlaku.