Mohon tunggu...
eRda cIgaretta
eRda cIgaretta Mohon Tunggu... -

seorang wanita yang senang berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengalaman Nonton JavaRockingLand Tahun Lalu (2)

29 September 2010   19:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:51 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kemudian berjalan ke ticket box, dan menanyakan tentang pengambilan ticket bagi pemenang quiz. Pihak panitia hanya meminta foto copy KTP yang sudah saya siapkan beserta KTP aslinya. Setelah mereka mem-verifikasi data saya kemudian memberikan list nama dan meminta saya untuk tanda tangan di dafar tersebut. Dan, taraaaaa… 2 tickets akhirnya benar-benar di tangan saya.

Tak sabar rasanya saya ingin segera masuk ke lokasi, apalagi sudah terdengar suara Andra and The Backbone memanggil-manggil saya. Hehehe.. Oya, karena penasaran, Popoy sempat menanyakan kepada panitia di ticket box tentang larangan membawa kamera. Dan ternyata, TIDAK DILARANG alias diperbolehkan. Duh, gondok banget rasanya, nyesseeelll banget, kenapa kok kami tuh jadi orang yang benar-benar menurut dengan peraturan. Kenapa kok kami ini tidak sedikit aja berani melawan syarat dan ketentuan itu. Hhuhh, tapi ya sudahlah, yang penting sekarang kita tau kalau boleh bawa kamera, jadi waktu nonton Mr. Big besok, harus lebih matang persiapannya.

Tak lupa saya juga menelpon Yanik, apakah dia jadi pergi atau tidak, dan ternyata dia ada kerjaan yang mendadak, jadi tidak bisa ikut gabung malam ini. Yah, sudahlah.

Di pintu masuk pertama, penjagaannya sangat ketat juga rupanya, mungkin karena masih trauma dengan bom di Mega Kuningan kali ya, apalagi kan ada musisi dunia kali ini. Kami disuruh menunjukkan tiket, dan panitia memotong tiket bagian atas kanan, untuk laporan ke kantor pajak, biar nonton konser musik Rock, kami tetap bayar pajak lho Bung! Setelah itu ada petugas yang meminta saya untuk membuka tas dan memperlihatkan isinya. Cuma sekilas siy, tidak ada metal detector juga. Jadi kalau misalnya saya bawa bahan peledak atau bom yang ukuran mini, saya rasa mungkin tidak akan terdeteksi. Mungkin loh ya, atau mungkin juga mereka punya system sinar infra merah yang paling canggih yang saya tidak tau, sehingga dengan sensor wajah saja, mereka bisa tau apakah saya ini bawa bom atau tidak. Hihihi, ngayal banget. Saya dan Popoy pun lolos, dan dipersilahkan masuk ke tempat konser. Dengan senyum-senyum bahagia, sayapun bersemangat sekali untuk secepatnya masuk. Yeah, I’m rock.. kata saya sambil mengacungkan jari telunjuk dan kelingking secara bersamaan, symbol rocker masa kini.

O ow, ternyata saya sampai di pintu masuk lagi. Rupanya mereka menggunakan system pengamanan 2 lapis. Disini saya kembali diminta untuk menunjukkan ticket yang oleh mereka kemudian di scan di barcode nya. Canggih juga siy sebenarnya, udah computerize system. Ketika komputer menunjukkan kata valid, saya pun diperbolehkan masuk, tapi sebelumnya saya harus mengangkat kedua tangan saya, mungkin seperti adegan penggeledahan kali ya. Apa ya tujuannya? Untuk mendeteksi peralatan tajam atau persenjataan? Bisa jadi, meski deteksinya secara manual. Hihihi.

Lupakan prosedur tadi, yang penting sekarang saya sudah benar-benar masuk ke lokasi. Dan karena di panggung utama ada Andra and The Backbone sedang tampil, maka kami pun segera ikut bergabung di keramaian itu. Untuk sebuah konser musik kelas dunia, termasuk dunia dong ya, mungkin ini termasuk sepi. Saya yang datang telat saja masih bisa merangsak ke depan pangung dan melihat Andra and The Backbone dari jarak dekat. Yah, mungkin karena ini adalah hari Jumat, dimana kebanyakan orang juga masih ada aktifitas, jadi banyak yang melewatkan konser hari ini. Analisa saya siy. Untuk Andra and The Backbone, saya hanya kebagian mungkin sekitar 3-4 lagu. Tapi lumayanlah, karena memang saya yang telat datangnya.

Selesai Andra and The Backbone tampil, saya kemudian bergerak ke panggung yang lain. Kalau tidak salah, JRL itu ada sekitar 8 panggung. Dimulai dari panggung yang ada setelah pintu masuk yang kedua tadi, waktu saya datang, ada grup band yang lagi tampil juga, tapi maaf ya, saya lebih tertarik ke Andra and The Backbone nya. Mungkin band-band indie gitu lah yang ngisi panggung tadi. Trus ada lagi panggung di depan café Segarra, tidak terlalu besar juga, saya tidak terlalu memperhatikan juga siy. Banyak lah, sesuai dengan jadwal yang sudah ada secara on line atau yang dibagikan panitia. Ngomong-ngomong tentang jadwal acara, saya pikir seharusnya panitia bisa memberikan secara cuma-cuma pada saat kami membeli tiket di ticket box atau membagikannya di pintu masuk. Tapi ini tidak ada, dan saya pun tidak kepikiran untuk nge-print jadwal di situs JRL itu. Jadi saya dan Popoy hanya mengandalkan feeling dan ingatan, siapa, kapan, dimana band-band favorite kami tampil.

Jadi setelah Andra and The Backbone tampil, ada 2 band berbeda yang tampil secara bersamaan. Seringai di Gudang Garam stage, dan 1 lagi band dari luar negeri di Telkomsel stage. Saya tidak ingat nama band nya apa, hanya 2 lagu saja saya berdiri di depan Telkomsel stage. Kemudian saya pindah ke Gudang Garam stage karena mendengar suara yang agak-agak keras, nge rock banget gitu maksudnya. Ternyata yang sedang tampil adalah Seringai. Lumayanlah, akhirnya saya bisa menemukan aura nge-rock juga disini. Tapi sayang, sekali lagi karena saya tidak terlalu memperhatikan grup musik ini sebelumnya, jadi saya bertahan hanya sekitar 5 lagu. Kemudian saya mengajak Popoy untuk membeli makan dan minum. Yah, memang sejak pulang kerja tadi kan, perut saya belum terisi apapun. Padahal saya harus bertahan sampai nanti jam 1 pagi.

Di area JRL memang tersedia berbagai macam stand, termasuk stand makanan. Dari makanan siap saji sampai makanan rumahan. Bahkan starbuck pun ikut serta jadi tenant disana. Sebelum menuju ke stand makanan, saya berjalan-jalan dulu ke stand merchandise. ada dijual berbagai macam kaos, baik yang bertuliskan event JRL ataupun hanya bertuliskan nama band yang tampil. Harganya pun bervariasi, dari mulai Rp. 70.000 sampai dengan 100.000. selain itu ada keychain, magnet kulkas, dan gelang karet. Semua bersimbol JRL. Untuk sekedar kenang-kenangan, termasuk lumayanlah. Selesai di stand merchandise. kamipun langsung menuju ke stand makanan, karena kaki sudah terlalu lama berdiri, dan perut sudah minta diisi.

Saya menuju stand hotdog. Tidak ribet, praktis, saya pikir. Jadi dengan pedenya saya pesan 2 porsi, satu lagi untuk Popoy tentunya. Tau gak harga per porsinya berapa? Rp. 40.000 bo’! jadi kami harus bayar Rp. 80.000 untuk makan malam yang ‘hanya’ sebuah hot dog. Trus, untuk air mineral ukuran 600ml, dijual dengan harga Rp. 5000. Cukup amat mahal menurut saya. Kemudian setelah pesan, saya jalan lagi ke stand yang lain. Ternyata disana ada jual masakan rumah gitu dengan menu nasi gudeg telor, dan dijual dengan harga Rp. 20.000. akhirnya dengan sangat terpaksa, saya tidak jadi beli hotdog tadi. Saya dan Popoy memutuskan untuk mengganti menu makan malam tadi dengan nasi. Biar kenyang, alasannya, hahaha, padahal biar murah.

Jadi untuk stand makanan di JRL prosedurnya adalah, kita mengunjungi stand tersebut, pesan, maka mereka akan memberikan kita bon dimana kita harus bayar ke kasir yang telah disediakan panitia. Jadi bukan langsung bayar ke penjualnya. Dan uniknya, ketika kita pesan, mereka langsung membuat pesanan kita itu, lalu menyimpannya sampai kita memberikan bukti lunas bon tadi. Makanya ketika saya tidak jadi pesan hotdog, saya agak merasa tidak enak. Takutnya sudah dibikin, trus saya tidak muncul-muncul, bisa jadi tukang penjualnya kebingungan mencari saya. Tapi kata Popoy, sudah cuek saja, toh yang beli juga banyak kok, mungkin saja pesanan kita sudah diberikan ke orang lain. Lagian mana bisa siy tukangnya hapalin wajah kita? Masuk akal juga siy. Cuma dalam hati saya masih aja ngerasa tidak enak. Membayangkan bagaimana jika saya yang menjadi penjualnya, kemudian ada customer yang seperti saya ini. Pasti rasanya jengkel bukan? Mungkin masukan juga bagi panitia, sebaiknya untuk stand makanan jangan seperti itu prosedurnya, kalau customer sudah bawa bukti baru dibikinin pesanannya. Jadi kalau ada yang tidak jadi, ruginya tidak terlalu besar. Analisa saya ini dibantah sama Popoy, kata dia, kan mereka tidak ingin customer menunggu, jadi begitu customer pesan langsung dibuat oleh mereka. Kata saya, benar juga ya, ada masukan lain tidak ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun