Mohon tunggu...
Erbi Setiawan
Erbi Setiawan Mohon Tunggu... NGO -

Lulusan Master of Urban Environmental Management - Wageningen University & Research. @erbiesetiawan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mari Sudahi Narasi Politik Hari Ini

18 April 2019   09:50 Diperbarui: 18 April 2019   09:52 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun ini pesta demokrasi tidak hanya menentukan siapa nahkoda bangsa Indonesia, tetapi juga rakyat menentukan siapa saja yang ditunjuk untuk menjadi ABK kapal yang berdaulat ini. 

Dengan euphoria yang terpusat pada pimpinan negara, sudah seharusnya kita meraba memilih siapa yang memang pantas mengemban amanat rakyat secara langsung. 

Di tingkatan nasional, 575 kursi senayan menjadi gerbong yang perlu kita amati. Ditangan 575 orang itu nanti kita rakyat Indonesia mewakilkan aspriasi kita untuk berbicara tentang arah tujuan bangsa. 

Ada atensi yang perlu kita perhatikan, selain siapa pucuk pemerintahan, perlu juga kita sorot siapa wakil kita yang mengawal pemerintahan. Tidak bisa kita hanya mengkritik pemerintah tanpa kita mau peduli dengan perwakilan kita. 

Perlu peran ganda bagi kita selain pengawal pemerintahan sekaligus kritikus terhadap 575 anggota dewan perwakilan rakyat. Kondisi ini patut diadopsi pada tingkatan provinsi dan juga kota/kabupaten. Hari ini kita semua diharuskan membuka mata untuk siap mengawal politik bangsa.

Apapun pilihannya, cukuplah 17 April 2019 menjadi titik awal bagi kita semua untuk kembali menyelaraskan nada untuk kebhinekaan. 

Alasan golput silahkan, tapi jangan kalian klaim bahwa kalian agen perubahan. Indonesai ini negara besar, pasti banyak pihak yang ingin memecah, bukan hanya dengan mengadu domba, tapi juga dengan merusak identitas bangsa. 

Bangsa Indonesia itu kuat, kental dengan sejarah, buktikan perbedaan adalah peluru utama untuk bisa menjadi bangsa yang besar tidak hanya dari sejarahnya, tapi juga dari generasi penerus dan pelurus bangsanya. 

Mari sudahi diri kita menjadi hakim di sosial media, lebih baik kita kembali ke 'tongkrongan' itu dengan membawa cerita tentang bagaimana Indonesia akan kita bangun bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun