Di tahun ini pesta demokrasi tidak hanya menentukan siapa nahkoda bangsa Indonesia, tetapi juga rakyat menentukan siapa saja yang ditunjuk untuk menjadi ABK kapal yang berdaulat ini.Â
Dengan euphoria yang terpusat pada pimpinan negara, sudah seharusnya kita meraba memilih siapa yang memang pantas mengemban amanat rakyat secara langsung.Â
Di tingkatan nasional, 575 kursi senayan menjadi gerbong yang perlu kita amati. Ditangan 575 orang itu nanti kita rakyat Indonesia mewakilkan aspriasi kita untuk berbicara tentang arah tujuan bangsa.Â
Ada atensi yang perlu kita perhatikan, selain siapa pucuk pemerintahan, perlu juga kita sorot siapa wakil kita yang mengawal pemerintahan. Tidak bisa kita hanya mengkritik pemerintah tanpa kita mau peduli dengan perwakilan kita.Â
Perlu peran ganda bagi kita selain pengawal pemerintahan sekaligus kritikus terhadap 575 anggota dewan perwakilan rakyat. Kondisi ini patut diadopsi pada tingkatan provinsi dan juga kota/kabupaten. Hari ini kita semua diharuskan membuka mata untuk siap mengawal politik bangsa.
Apapun pilihannya, cukuplah 17 April 2019 menjadi titik awal bagi kita semua untuk kembali menyelaraskan nada untuk kebhinekaan.Â
Alasan golput silahkan, tapi jangan kalian klaim bahwa kalian agen perubahan. Indonesai ini negara besar, pasti banyak pihak yang ingin memecah, bukan hanya dengan mengadu domba, tapi juga dengan merusak identitas bangsa.Â
Bangsa Indonesia itu kuat, kental dengan sejarah, buktikan perbedaan adalah peluru utama untuk bisa menjadi bangsa yang besar tidak hanya dari sejarahnya, tapi juga dari generasi penerus dan pelurus bangsanya.Â
Mari sudahi diri kita menjadi hakim di sosial media, lebih baik kita kembali ke 'tongkrongan' itu dengan membawa cerita tentang bagaimana Indonesia akan kita bangun bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H