Mohon tunggu...
Erbi Setiawan
Erbi Setiawan Mohon Tunggu... NGO -

Lulusan Master of Urban Environmental Management - Wageningen University & Research. @erbiesetiawan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mari Sudahi Narasi Politik Hari Ini

18 April 2019   09:50 Diperbarui: 18 April 2019   09:52 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa ketakutan ? Banyak yang memilih salah satu calon karena takut jika calon satunya menang maka bangsa ini akan menghadapi hal yang tidak diinginkan. 

Banyak juga yang memilih salah satu calon karena merasa calon satunya hanya menebar kebencian. Inikah potret demokrasi bangsa kita? Bangsa yang tersohor akan budi pekertinya, bangsa yang terkenal akan keramahannya, bangsa yang terkenal akan rasa kebersamaan dalam perbedaan.

Coba sedikit kita ubah sudut pandangnya, dari yang kita melihat 01 dan 02 menjadi mereka yang melihat kita. Apaka kata mereka dengan apa yang terjadi diantara kita semua? 

Ketika sesama teman permainan harus berdebat panjang hanya karena beda pilihan dan berujung pindah 'tongkrongan'. Ketika para petani dan buruh harus terpecah fokusnya karena perbedaan pendapat dan berakhir pada saling mencibir. 

Ketika para akademisi sesaat menjelma menjadi maha guru yang paham betul tentang dinamika politik tanpa berfikir bahwa ilmu itu untuk mensejahterakan bangsa, bukan memecah belah. Ketika para seniman saling merendah tanpa sadar bahwa seni adalah media yang terbukti dapat mencairkan ketegangan dan perselisihan di dunia hanya dengan persamaan selera. 

Ketika para aktivis dengan lantang saling berteriak memihak salah satu kontestan padahal rakyat yang seharusnya diperjuangkan. Rasanya tidak mungkin 01 atau 02 menginginkan perpecahan.

Berbicara siapa yang menjadi presiden nanti itu memang penting, tapi yang lebih penting bagaimana kita rakyat dapat kembali utuh dan siap menjadi partner sekaligus kritikus bagi pemerintahan Indonesia. Bukan pemerintahan Jokowi atau Prabowo, tapi pemerintahan bangsa Indonesia. Narasi ketakutan yang dibangun selama masa kampanye ini harus mulai dihilangkan dan diganti dengan narasi kebersamaan. Entah itu narasi Indonesia Maju ataupun Indonesia Adil Makmur.

Perjalanan hidup masing -- masing calon dapat ditelusuri sendiri, visi misi yang akan direalisasikan juga dapat dicari, tapi tentang persatuan bangsa Indonesia tidak ada prediksinya selain kita sendiri yang merealisasikannya. Rasanya sudah cukup untuk menetukan pilihan siapa yang cocok memimpin bangsa ini. 

Bayangkan masa di mana perbedaan dapat dinikmati dengan secangkir kopi dengan canda tawa diselingi obrolan tentang harapan bangsa. Bayangkan masa di mana perbedaan dapat diresapi dengan secangkir teh dengan hasil kesepakatan berjuang mengawal pemerintahan. 

Bayangkan masa di mana elemen masyarakat yang heterogen dapat berdiskusi dengan intelek untuk merumuskan apa yang diinginkan rakyat. Bayangkan Indonesia tidak lagi berbicara salah satu calon adalah buruk tapi salah satu calon adalah putera terbaik bangsa. Bayangkan itu semua adalah kita.

Menilik lebih jauh tentang pemilihan umum yang mungkin terbesar di dunia ini, perlu dipahami ada yang berbeda di pemilu tahun 2019 dibandingkan dengan pemilu tahun -- tahun sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun