Mohon tunggu...
Era Sofiyah
Era Sofiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Buruh tulis

Hanya buruh tulis yang belajar tulus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lakon Bambang Sudomolo, Jalan Sutera Pendidikan Anti Korupsi Generasi Muda

17 Agustus 2024   21:07 Diperbarui: 18 Agustus 2024   14:29 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Institut Harkat Negeri (IHN)/harkatnegeri.org

Padahal kalau kita bisa berpikir jernih dan mampu menganalisa, bahwa wayang kulit telah merajut kisah dan mengajarkan kehidupan melalui layar kulit yang tipis. Melalui pertunjukan yang dipimpin oleh seorang dalang, penonton dapat belajar nilai-nilai moral dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai kehidupan.

Di sisi lain, anggapan bahwa wayang adalah kebudayaan yang kuno dan kaku tidak tepat. Wayang diyakini tetap bisa relevan dengan konteks kehidupan modern. Seni pertunjukan wayang telah bertransformasi mengikuti dinamika zaman, baik dari segi bahasa lisan maupun media mendalang. 

Di era generasi Z ini mulai berkembang jenis wayang baru, wayang kontemporer misalnya. pertunjukan wayang kontemporer ini nggak lagi berfokus pada kisah Ramayana atau Mahabharata, melainkan kehidupan sehari-hari anak zaman sekarang.

Wayang kontemporer juga tidak monoton bercerita tentang hikayat kerajaan, apalagi kisah-kisah sejarah. Justru kita akan menemukan cerita baru yang lebih segar. Makin dekat cerita pewayangan dengan masyarakat, maka wayang kontemporer bisa melekat di hati banyak orang.

Tak hanya itu, wayang kontemporer memberikan warna baru dengan menggabungkan musik kekinian. Sebut aja Ki Catur Kuncoro yang dikenal dengan proyek wayang HipHop. Ki Catur Kuncoro mengolaborasikan musik elektronik, eksperimental serta HipHop. Kolaborasi unik itu pun menjadi trademark tiap performa Ki Catur. Ciamik!

Maka dari itu, seni pertunjukan wayang perlu didorong lebih jauh lagi demi memunculkan karya yang memberi nafas baru tanpa harus merusak nilai-nilai dalam wayang. Generasi muda perlu dikenalkan wayang dengan bahasa lakon, pesan sosial dan ajaran wayang.

Pun demikian, media massa bisa dijadikan alat dalam penyebarluasan informasi wayang. Akses terhadap media yang begitu mudah bagi masyarakat saat ini merupakan titik tengah mengangkat tradisi wayang. Media massa perlu didorong untuk memberikan ruang khusus bagi wayang.

Terakhir sebagai warisan dunia dan telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Manusia. Pelestarian wayang membutuhkan political will dari pemerintah agar adanya sinkronisasi kebijakan pendidikan dan kebudayaan supaya wayang dapat masuk ke dalam dunia pendidikan, sebagai upaya pencegahan korupsi sejak dini. 

Sumber Referensi:

https://harkatnegeri.org/berita/memperingati-hari-antikorupsi-ihn-dan-mti-menggelar-wayangan-dan-diskusi/

https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220517-memahami-9-nilai-prinsip-antikorupsi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun