Mohon tunggu...
Era Sofiyah
Era Sofiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Buruh tulis

Hanya buruh tulis yang belajar tulus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Baik Merdeka Belajar, Perspektif Ki Hajar dan Persemaian Sastra Gending

31 Mei 2023   20:03 Diperbarui: 31 Mei 2023   20:09 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada titik ini, sekolah bukan lagi menjadi tempat yang nyaman bagi anak. Namun semua itu harus disadari semua pihak. Sebab faktor pendidikan sekolah ini amat memegang peran penting dalam menumbuhkembangkan anak, baik secara mental-spiritual maupun aspek lain. Kita lihat bagaimana ulah anak ketika mereka lulus dari SMP maupun SMA, mereka melepaskan kegembiraan di jalanan, seolah mau mengatakan bahwa mereka kini bebas. Padahal mereka masih harus mencari sekolah lanjutan lagi yang bagi orangtuanya bisa jadi bikin pusing tujuh keliling.

Ki Hajar sendiri sudah menurunkan semboyan yang diperas dari sebuah mahakarya Sultan Agung, Sastra Gending yakni 'Ing arsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani'. Teladan-teladan yang pantas dilihat anak. Sekolahnya boleh tradisional, tetapi cara pikirnya harus global. 'Think globally, act locally'.

Selanjutnya, Ki Hajar menjabarkan salah satu inti dari  'Sastra Gending' dalam bahasa yang gampang. Bisa kita bandingkan atau sejajarkan pemahaman Sastra Gending dengan dimensi psikologi anak yang digarap oleh pakar-pakar manca yang disebut dengan Intelegence quotient (IQ), Emotion Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), di Jawa disebut dengan Tata Basa, Tata Rasa dan Tata Brata. Hanya saja pemahaman akan budaya Jawa yang bertujuan 'Hamemayu hayuning bawana' sudah dilupakan oleh sebagian masyarakat Jawa khususnya, dan Nusantara pada umumnya.

Tata basa dimaksudkan anak diperkenalkan dengan etika dan tata cara hidup dengan menempatkan diri secara benar. Anak dibimbing untuk belatih 'udanegara,unggah-ungguh' menghormati orangtua, menghormati sesama dan lain sebagainya. Lewat bahasa, anak ditempa untuk memahami siapa dirinya sesungguhnya dan untuk apa ia hidup. Disini dibutuhkan ketrampilan untuk merangkai kata dan tindakan agar pemahaman akan bahasa disertai laku yang selaras.

Kemudian tata-rasa, adalah mengolah rasa, memahami jati diri manusia secara mendalam, bahwa manusia dan lingkungannya itu sesungguh-sungguhnya berasal dari sumber yang sama yakni Allah Yang Maha Esa, untuk apa berselisih, bertengkar. Didalam pemahaman ini mengalir pengertian untuk hidup rukun bergotong royong. Perbedaan yang ada bukan sebagai tantangan, tetapi justru sebagai warna-warni kehidupan. Manusia wajib memberi garisbawah pada warna-warni duniawi ini agar semakin indah dan bermakna bagi kehidupan dunia ini, sehingga makin membuat dunia nyaman untuk hidup.

Selanjutnya Tata Brata, menyiratkan keprihatinan, yang merupakan spirit hidup, semangat hidup yang mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Bisa jadi didalam hal ini tata brata bisa merupakan sebuah kriteria untuk bertahan dan terus berkarya dalam semangat dasar kehidupan yang sangat kuat.  Struggle of live-- yang tinggi. Atau perjuangan hidup yang sangat dahsyat. Ketekunan menjadi landasan hidup masyarakat. Melakukan yang biasa secara luar biasa.

Demikian, kalau semangat ala wong Jowo ini mengemuka kembali dan didukung  kurikulum merdeka, kita patut optimis semangat bangsa ini kembali bersinar selaras dengan tembang kebangsaan ciptaan Wage Rudolf Supratman, dengan kata-kata 'bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya', bukan tidak mustahil harapan itu akan terwujud.

 

Referensi :

https://centroriau.id/2022/12/07/kurikulum-merdeka-peduli-budaya-lokal/

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/02/kurikulum-merdeka-membangun-potensi-siswa-sesuai-fitrahnya

https://www.perwara.com/2017/tamansiswa-persemaian-kusuma-bangsa/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun