Mohon tunggu...
Er Agapi
Er Agapi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penggemar filsuf dari Socrates sampai Nietzsche, penggemar sejarah dari Dark Age sampai Soviet, penggemar sains dari Big Bang sampai God Particle, penggemar artist dari Michaelangelo sampai J.M.W. Turner. Saya pun suka Pedro Lopez....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa Dibalas Jiwa, Harta Dibalas Harta - Cerpen

25 Maret 2024   19:49 Diperbarui: 26 Maret 2024   18:37 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mohon, adakah yang mungkin ada mau mengirimiku barang segenggam padi?

Atau setidaknya, adakah yang mungkin punya bukti untuk menguak kebenaran bahwa aku hanya korban?

Besuknya, sambil aku peluk perut cekung yang keroncongnya seolah mengguncang usus hingga mual, biar kutelepon emak. Aku duga emak tak akan menjawab, tetapi deringnya berdengung lama.

Apakah mungkin emak hendak menjawab? Tapi bukannya emak tak pernah mengharapkanku?

Sewaktu aku kecil, emak pernah bilang bahwa setiap melihatku dia ingat tragedi malam itu, membuat traumanya terbuka kembali. Sewaktu aku remaja, emak pernah bilang bahwa begitu aku lahir, emak hanya bisa gigit jari. Sewaktu aku tertangkap polisi, emak pernah bilang, "Pergi dari hadapanku, putra iblis!"

Emak, Mahbubuddin hanya tertuduh. Emak, Mahbubuddin sayang emak.

Dering teleponku berhenti. Begitu aku telepon lagi sambil berjalan-jalan dengan resah, kudengar sesuatu dari balik pintu halaman belakang. Suara gemetar perlahan, begitu lembut tetapi berdengung, seolah terbenam air. Aku tahu jelas apa itu.

Dering telepon.

Aku lekas membuka pintu. Dan langsung bertemu emak.

Emak di sana, dalam daster kuning hasil curianku dahulu, yang berubah warna menjadi merah segar. Perut emak mekar, kulitnya mencuat-cuat, memerahkan logam pisau yang masih menancap. Darahnya menetes. Merembes ke tanah.

Aku membeku. Sang pembunuh baru saja meninggalkan rumah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun