"Lebih tepatnya, dia tampak bahagia."
"Kami punya anak."
"Itu wajar, Pak."
"Aku tidak peduli!"
"Ya, tepat, Pak. Tak peduli. Itu salah satu syarat untuk mendapatkan kebahagiaan."
"Persetan!"
"Nah, ini lebih tepat lagi. Apakah Bapak tahu bahwa ..."
Norman membanting gagang telepon. Tapi suara dari ujung telpon itu menerobos ke dalam benaknya, bergema di telinganya:"Kini Bapak membanting telepon, menolak berkompromi. Inilah prasyarat untuk mendapatkan kebahagiaan sejati."
Brengsek, rutuk Norman dalam kepalanya.
"Elis...."
"Ada apa, Norman?"