"Selamat malam! Tunggu sebentar," Elis bergegas ke beranda. "Norman, untukmu."
Dengan malas Norman masuk untuk menjawab telepon.
"Selamat malam, Pak Norman."
Norman belum bisa mengatakan sepatah kata pun. Pikirannya masih tertinggal di beranda.
"Halo, apakah saya sedang berbicara dengan Bapak Norman?"
"Oh, maaf, saya tidak tahu."
"Ah, Pak Norman bercanda."
"Saya serius. Maaf, saya sulit menjelaskannya."
"Mudah saja 'kan? Yang harus Bapak katakan hanyalah ya atau tidak."
"Tidak semudah itu, Saudara. Ini sulit."
"Bapak masih mengajar sastra dunia, 'kan?" kata si penelepon setelah berdeham.